Pemuda dalam Jeratan Kapitalisme

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Reni Adelina
(Kontributor Media)

“Pemuda adalah tonggak peradaban dan estafet kehidupan pada masa depan. Jika ingin melihat kondisi peradaban pada masa depan maka lihatlah kondisi pemuda hari ini.” (Anonim).

CemerlangMedia.Com — Ungkapan ini menggambarkan bahwa peran pemuda sangat vital dalam membangun sebuah peradaban di masa depan. Namun sayangnya, kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi secara tidak langsung memengaruhi nilai-nilai moral pemuda hari ini. Tidak sedikit tindakan kriminal dan kasus kejahatan pelakunya adalah pemuda. Beragam kasus yang diperbuat para pemuda sangat meresahkan banyak pihak. Mulai dari pembunuhan, pencurian, narkoba, miras, seks bebas, bullying, tawuran hingga aksi geng motor yang tidak terpuji. Miris dan menyedihkan.

Dilansir dari detikjabar.com, Jumat (24/3/2023), polisi telah mengamankan tiga orang remaja yang diduga pelaku pembacokan siswa SMP yang berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi. Korban telah dijadikan target kedua kalinya oleh pelaku. Alasan tersangka melakukan tindakan melawan hukum karena korban telah menuduh para tersangka mencoret-coret dinding sekolah. Tidak senang dengan tuduhan korban yang akhirnya pelaku gelap mata hingga tragedi itu terjadi. Mirisnya kejahatan ini ditayangkan secara langsung via media sosial Instagram. Sontak membuat masyarakat geger. Sehingga, dari siaran langsung di Instagram, polisi dengan mudah mengamankan para pelaku yang merupakan para pelajar.

Begitu menyayat hati bukan? Media sosial yang sejatinya bisa digunakan untuk kebaikan justru dengan bangga dijadikan alat untuk memamerkan kemaksiatan. Nyawa manusia saat ini begitu murah dan tak berarti. Ada apa dengan pemuda? Mengapa tidak berpikir panjang dalam bertindak?

Jeratan Kapitalisme

Kondisi pemuda sedang tidak baik-baik saja. Mereka dalam jeratan kapitalisme. Pola pikir dan sikap sangat jauh dari syariat Islam. Kapitalisme merupakan sistem kehidupan yang berdiri di atas asas sekuler, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Masalah ini muncul karena kurangnya pemahaman agama yang ada dalam diri pemuda saat ini.

Pola pergaulan di kalangan para pemuda sangat jauh dari ajaran Islam. Hidup sesuka hati tanpa peduli aturan Ilahi. Brutal, hedonisme, foya-foya, dan maksiat. Jeratan kapitalisme menjauhkan pemuda dari ajaran agamanya.

Tanggung Jawab Bersama

Permasalahan pemuda adalah tanggung jawab kita bersama. Maka, untuk memperbaiki keadaan yang rusak dibutuhkan kesadaran dari setiap individu. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya;

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kamu sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS.Ar-Rad : 11).

Maka perlu adanya upaya untuk menyadarkan setiap individu yakni dengan adanya dakwah Islam di tengah-tengah umat. Kehadiran dakwah dari sekelompok orang akan menyadarkan seseorang untuk kembali kepada Islam.

Memperbaiki kondisi pemuda dapat dimulai dengan memperbaiki kondisi keluarganya terlebih dahulu. Ada dakwah yang disampaikan kepada keluarga-keluarga muslim. Melihat apakah orang tuanya mendidik pemuda tersebut dengan Islam atau justru jauh dari Islam?

Jika kondisi keluarga tersebut jauh dari Islam, maka sudah saatnya kembali kepada Islam. Mengokohkan pilar keluarga dengan syariat Islam. Setelah hijrah dan kembali kepada Islam maka perlu memperbaiki hubungan dengan Allah Swt. Kemudian berupaya mencari guru untuk senantiasa dibimbing agar memahami tsaqofah atau pengetahuan syariat Islam secara totalitas, karena Islam memiliki seperangkat aturan dalam mendidik generasi agar menjadi generasi khairu ummah (generasi terbaik).

Ketika orang tua sudah kembali kepada Islam, kewajiban orang tua untuk mendidik buah hati secara islami. Dalam pandangan Islam, orientasi pendidikan adalah untuk mencetak generasi unggul yang beriman dan bertakwa. Menjadikan pendidikan sebagai ikhtiar dalam membentuk kepribadian dan pemikiran Islam.

Berbeda dengan sistem pendidikan hari ini. Di bawah jeratan kapitalisme, orientasi pendidikannya hanya bersifat duniawi. Berburu nilai di atas kertas sehingga lupa akan akhlak dan adab. Walaupun kemajuan sains dan teknologi dirasakan di dunia pendidikan, namun akhlak dan moral makin terkikis.

Setelah peran keluarga ada peran masyarakat sebagai kontrol untuk beramar makruf nahi mungkar. Ada usaha untuk mencegah perbuatan maksiat yang dilakukan pada pemuda, tidak bersifat acuh tak acuh. Selanjutnya, peran yang paling penting adalah peran negara. Negara wajib memiliki visi dan misi dalam mencetak generasi. Negara juga wajib bertindak tegas terhadap pemuda yang melakukan tindakan kriminal ataupun kemaksiatan.

Semua peran bisa berjalan dengan baik ketika sistem kehidupan hari ini bersandar kepada Islam. Maka, sudah saatnya untuk memperbaiki kondisi yang rusak ini dengan kembali kepada sistem Islam.

Wallahua’alam

[CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *