Rakyat Konsumsi Bangkai, Sekali Lagi Negara Lalai

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Sri Rahayu
(Kontributor CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Memastikan terpenuhinya kebutuhan setiap individu rakyat termasuk pangan adalah kewajiban negara. Jaminan negara terhadap pangan tidak hanya sekadar membuat rakyat kenyang. Namun, sekaligus memastikan makanan yang dikonsumsi halal dan baik untuk tubuh sehingga membuat siapa pun yang mengonsumsi tetap sehat, kuat dalam melaksanakan berbagai aktifitas kehidupannya termasuk beribadah. Namun, bagaimana jika makanan tersebut tidak layak konsumsi, membahayakan tubuh, bahkan mengancam nyawa?

Inilah yang terjadi baru-baru ini di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY Yogyakarta. Tercatat, 3 dari 85 orang yang terjangkit antraks, meninggal dunia. Bukan tanpa sebab, penyakit yang biasanya menyerang hewan ternak ini menulari warga. Pasalnya, warga terjangkit antraks setelah memakan daging sapi yang telah mati, alias bangkai. Sedangkan bangkai sapi tersebut mati karena terserang antraks (jatim.tribunnews.com, 8-7-2023).

Dilansir dari laman yang sama, berdasarkan penelusuran Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul pasca kejadian sejak November 2022 hingga mencuat kasus warga meninggal, enam sapi dan enam kambing mati di Padukuhan Jati. Hewan mati yang terkonfirmasi antraks tersebut tidak ditemukan bangkainya karena telah dikonsumsi. Bahkan dilaporkan oleh DPKH Gunungkidul, sapi mati yang dikubur sesuai SOP digali kembali oleh warga untuk dikonsumsi.

Konsumsi hewan sakit atau mati ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat setempat. Bahkan merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama. Hewan ternak yang mati atau sakit akan dibeli dengan harga lebih rendah, lantas disembelih dan dikonsumsi. Pembelian dengan harga murah ini sebagai bentuk kepedulian pada sesama warga yang hewan ternaknya sakit atau mati. Tradisi yang dikenal sebagai brandu atau purak disinyalir menjadi penyebab sering munculnya kasus warga tertular antraks di Gunungkidul. Sebagaimana diungkap oleh Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Retno Widyastuti (cnnindonesia.com, 8-7-2023).

Tradisi 

Brandu, tradisi yang mengedepankan kepedulian dan gotong-royong sesama warga ternyata mampu menampakkan sisi lain dari masyarakat. Yaitu kondisi ekonomi masyarakat yang sebenarnya. Tingkat ekonomi rendah menyebabkan masyarakat melihat brandu sebagai salah satu solusi keluar dari permasalahan ekonomi. Bagaimana tidak, dilihat dari sisi ekonomi, peternak tidak terlalu rugi karena ternaknya yang sakit atau mati ada yang membeli. Sedangkan bagi warga, mereka dapat mengkonsumsi daging dengan harga lebih murah.

Kemiskinan ekstrem di beberapa wilayah termasuk Gunungkidul memungkinkan tradisi semacam ini bisa langgeng hingga sekarang. Kemiskinan menjadikan pertimbangan ekonomi diutamakan dari pertimbangan lainnya, termasuk kesehatan, keselamatan, dan agama. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kepala Desa Candirejo, David Warisman yang mengakui banyak pertimbangan untuk tidak segera melaporkan ketika ada ternak warganya yang mati (Bbc.com, 7-7-2023).

Tradisi ini juga membuka mata khalayak, bagaimana rendahnya tingkat literasi masyarakat sehingga mereka terbiasa mengonsumsi daging hewan mati. Sekalipun sudah banyak himbauan dan larangan dari pihak terkait. Mereka mengabaikan risiko dan bahayanya. Padahal secara medis mengonsumsi daging hewan sakit atau mati bukanlah pilihan yang benar. Terlebih jika sudah terpapar antraks, maka terlarang untuk dikonsumsi karena bakteri dalam dagingnya tidak akan mati sekalipun sudah direbus lama.

Negara Lalai

Dari sini terlihat pula bagaimana negara lalai dalam mengurus rakyat. Belitan sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini menjadikan negara lemah dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya sehingga tradisi salah masih ada. Negara tidak mampu memberikan jaminan pangan yang baik dan halal pada rakyat. Ini karena negara tidak memiliki sumber dana yang cukup untuk memberikan jaminan itu. Padahal negeri ini melimpah sumber daya alam. Jika dikelola dengan benar, tentu akan memberikan kesejahteraan. Sayangnya, pengelolaan sumber daya alam tersebut diserahkan pada swasta nasional dan asing. Pastinya tujuan mereka bukan kepentingan rakyat. Melainkan kepentingan dan keuntungan mereka sendiri.

Rendahnya literasi masyarakat juga menunjukkan lalainya negara dalam memberikan edukasi yang benar terkait konsumsi pangan dan kesehatan. Alhasil, masyarakat masih memegang tradisi berbahaya dengan erat.

Solusi Islam

Tentunya ini berbeda jauh dengan sistem Islam. Islam menempatkan negara sebagai pelayan dan pelindung umat. Negara dengan khalifah sebagai pemimpinnya adalah penanggung jawab utama dalam pengurusan rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Sebagai pengurus dan pelindung rakyat, negara berkewajiban menerapkan sistem Islam secara total, termasuk sistem ekonomi Islam. Negara akan mengatur masalah kepemilikan, pemanfaatannya, dan bagaimana distribusi harta sesuai syariat Islam. Salah satu dampak penerapan ini adalah pemulihan ekonomi negara karena berarti pengelolaan sumber daya alam akan berada di tangan negara dan diperuntukkan semata untuk rakyat. Begitupun pengaturan pemanfaatan dan distribusinya tidak lagi di tangan korporasi dan demi keuntungan mereka. Dengan demikian negara memiliki salah satu sumber keuangan yang kuat dan membelanjakannya sesuai syariat. Rakyat pun sejahtera dan tercegah untuk melakukan tindakan berbahaya.

Negara juga akan menerapkan beragam kebijakan yang memastikan teraihnya jaminan pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) tiap individu secara keseluruhan. Negara juga menjamin tiap individu memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier seperti kesehatan dan pendidikan sesuai kemampuan mereka.

Dalam bidang kesehatan, negara akan menerapkan kebijakan yang meniscayakan adanya pribadi yang memiliki sikap dan perilaku sehat juga lingkungan sehat. Pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau masyarakat. Kebijakan ini pula yang akan mencegah masyarakat terjerumus melakukan penyakit sosial yang merusak. Termasuk tradisi yang berbahaya.

Sistem pendidikan Islam yang diterapkan negara pun akan membentuk masyarakat yang berpikir dan berperilaku sesuai hukum Allah Swt.. Apapun aktivitas mereka, tidak akan terlepas dari tuntunan syariat termasuk dalam mengonsumsi makanan. Edukasi yang diberikan oleh negara akan memahamkan masyarakat bahwa Islam mengharamkan konsumsi bangkai. Sebagaimana firman Allah Swt.,

طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ

“Katakanlah: “Tiadalah aku memperoleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau binatang disembelih atas nama selain Allah.” (QS al An’am/6: 145)

Demikianlah sistem Islam begitu penuh rahmat. Ketika diterapkan secara kafah dalam sistem Khil4f4h, maka permasalahan manusia dapat terselesaikan. Kesejahteraan dan keberkahan pun akan meliputi seluruh alam. Wallahu a’lam bisshawwab[CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *