Oleh: Ummu Zahra
(Pemerhati Sosial dan Ibu Rumah Tangga)
CemerlangMedia.Com — Tiga pekan telah berlalu, serangan Israel ke Gaza makin instens. Pada Jumat malam (27-10-2023) dan Sabtu malam (28-10- 2023) sebagai puncak genosida besar-besaran Israel meluluhlantahkan seluruh wilayah Gaza. Sampai (29-10-2023) syahid Palestina menembus angka 10.000 jiwa, yakni 66% di antaranya adalah syahid perempuan dan anak-anak. Militer Zionis Israel juga memutus saluran air, listrik, memblokade perbatasan, dan menghalangi jemaah untuk melakukan salat Jumat di Masjidil Al-Aqsa, serta memutus jaringan internet/telekomunikasi agar media bungkam atas kezaliman yang mereka lakukan. Zionis terus menyudutkan, menggempur, dan membunuh kaum muslim di tanah mereka sendiri (gerakmenebarkebiakan, 29-10-2023).
Miris, melihat saudara-saudara kita tertimbun reruntuhan bangunan, menjadi sasaran tembakan ataupun roket-roket laknatullah. Namun, lebih miris lagi, tidak ada satu pun pemimpin muslim yang membantu Hamas memerangi Zionis Israel. Pemimpin kaum muslim saat ini hanya bisa membicarakan kecaman, mengutuk, dan memberikan sumbangan untuk para korban di Palestina. Memberikan dana untuk pembangunan yang telah hancur, memberi makanan pada rakyat Palestina yang kelaparan, serta banyak pula ajakan/seruan untuk boikot produk Israel beserta penyokongnya. Boikot dilakukan oleh masyarakat karena Amerika secara terang-terangan mendukung Israel, serta restoran cepat saji “Mcd” yang kedapatan mengratiskan makanannya untuk tentara Zionis Israel.
Penopang Ekonomi Yahudi
Boikot adalah tidak membeli merek barang-barang tertentu dan menggantinya dengan merek lain agar kebutuhan masyarakat tetap berjalan. Melakukan boikot sama dengan kita tidak memberikan keuntungan pada pihak terkait yang dikemudian hari profit tersebut bisa digunakan untuk menyokong keberlangsungan penjajah Israel. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang saleh.” (HR Ahmad).
Membeli produk mereka, sama dengan menambah amunisi pengeboman di Palestina. Produk-produk mereka sangat mudah kita jumpai di sekitar kita, sebab mereka sudah menjadi produsen raksasa/terbesar yang menguasai industri perdagangan. Memang tak terlalu signifikan dampak dari pemboikotan terhadap perusahaan yang sudah besar, tetapi diharapkan, lambat laun akan mengalami defisit dan dapat melemahkan ekonomi mereka. Namun, sesungguhnya boikot, genjatan senjata, two-state-solution/solusi dua negara, bukanlah solusi yang mampu menghentikan penjajahan Israel atas Palestina.
Jihad dan Khil4f4h
Tidak melihatkah bagaimana sejarah pernah menjelaskan tentang pembebasan Masjidil Al-Aqsa? Tidak bisakah kita belajar dari pembebasan Al-Quds terdahulu? Mengembalikan hak tanah kaum muslimin dan meninggikan kalimat tauhid Lailahaillallah Muhammadarrasulullah. Sejarah mencatat, hanya seruan jihadlah yang dapat membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah. Seruan jihad hanya bisa dilakukan oleh seorang khalifah yang menegakkan syariat Islam secara kafah dalam naungan Daulah Khil4f4h Islamiah.
Sejarah mencatat, terdapat dua pahlawan pembebas Al-Quds. Pertama, Khalifah Abu Bakar As-syiddiq yang dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab pada 637 M. Pada saat itu, Palestina hidup aman dan damai di bawah kepemimpinan Islam selama 462 tahun. Kedua, Khalifah Shalahuddin Al-Ayyubi yang pada 1187 M membebaskan Al-Quds dari cengkeraman pasukan salib, dan Islam kembali memimpin tanah Palestina selama 730 tahun lamanya. Dari sejarah kita dapat belajar bahwa hanya ada satu cara untuk membebaskan Al-Quds, yaitu dengan mengirim ribuan pasukan perang untuk berjihad, menyiapkan tentara terbaik dan mempunyai strategi perang yang matang dan handal, serta memiliki iman dan takwa kepada Allah Swt.. Atas izin Allah, Islam akan kembali membebaskan tanah suci Al-Quds dari cengkeraman musuh.
Namun, ketiadaannya seorang raa’in dan perisai umat, tidak ada pula seruan untuk berjihad, tidak ada pula bala bantuan tentara/pasukan perang, tidak ada pula kemenangan yang hakiki, tidak ada pula kesejahteraan dan keadilan bagi umat. Yang ada hanya rasa pilu melihat umat muslim terpecah belah dan tertindas di mana pun mereka berada. Hanya dalam naungan Islamlah, tiga agama, bahkan semua agama, bisa hidup rukun dan damai selama berabad-abad.
Wallahu a’lam Bisshawwab [CM/NA]