Islam memandang thalabul ilmi adalah sebuah kewajiban. Atas dasar ini, penguasa akan berusaha sungguh-sungguh mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Negara dengan sistem Islam tidak akan dipusingkan masalah anggaran karena pengelolaan keuangan meniscayakan pemasukan negara melimpah ruah.
CemerlangMedia.Com — “Kabar duka” tersiar selepas upacara Hardiknas di Karanganyar. Kepala Dikdisbud Karanganyar menyampaikan bahwa ada sekira 2000 anak putus sekolah. Angka tersebut tersebar di 17 kecamatan di Karanganyar (02-05-2025).
Kemendikbudristek bahkan menyebutkan bahwa ada 4,6 juta anak putus sekolah pada 2024. Impitan ekonomi masih menjadi faktor utama.
Selain impitan ekonomi, sarana dan prasarana pendidikan juga masih minim, akses transportasi yang tidak tersedia. Para siswa harus menempuh medan terjal hutan belantara. Ketika sampai di sekolah, mereka harus bersabar dengan sarana dan prasarana belajar yang masih minim. Jumlah tenaga pendidik pun tidak memadai.
Potret pendidikan di Indonesia memang masih jauh panggang dari api dengan cita-cita mewujudkan Indonesia pintar. Kendati pemerintah telah mengalokasikan anggaran terbesar APBN untuk pendidikan, nyatanya problem di atas masih belum terurai.
Problematika pendidikan di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari sistem kehidupan yang mengaturnya. Sistem sekuler kapitalisme berhasil memporak-porandakan kekayaan negara sehingga negara tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dengan optimal. Alih-alih menjamin kesejahteraan, rakyat justru dibebani dengan beraneka macam pajak dan kebijakan yang memberatkan.
Ketika ada rakyat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan, negara hanya bisa memberikan bantuan ala kadarnya yang jauh dari kata layak. Alhasil, rakyat pun berdikari untuk mengatasi masalah mereka. Anak-anak terpaksa putus sekolah dan membantu keluarga mencari nafkah.
Sistem sekuler kapitalisme juga melahirkan kesenjangan pendidikan di tengah rakyat. Anggaran negara tidak mencukupi pembangunan sarana pendidikan secara layak dan merata. Di sisi lain, ada sekolah bertaraf internasional dengan kelengkapan dan kemewahan fasilitasnya. Namun, sekolah tersebut hanya bisa diakses oleh kalangan berduit.
Sekularisme juga melahirkan pandangan yang salah terhadap pendidikan. Pendidikan tidak dipandang sebagai kewajiban dari Allah, tetapi hanya sebagai wasilah mendapatkan pekerjaan, bahkan ada yang memandangnya sebagai beban.
Berbeda dengan sistem sekuler, Islam memandang thalabul ilmi adalah sebuah kewajiban. Atas dasar ini, penguasa akan berusaha sungguh-sungguh mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Negara dengan sistem Islam tidak akan dipusingkan masalah anggaran karena pengelolaan keuangan meniscayakan pemasukan negara melimpah ruah.
Dengan pengaturan berdasarkan tuntunan Ilahi inilah kemudian lahir para ilmuwan hebat dan peradaban yang cemerlang. Oleh karena itu, sudah saatnya mengambil sistem Islam untuk mewujudkan Indonesia pintar.
Ummu Arrosyidah [CM/Na]