CemerlangMedia.Com — Kabar duka datang dari wilayah Kecamatan Tanjung Raya Agam Sumatera barat. Tingginya curah hujan mengakibatkan terjadinya bencana banjir bandang dan longsor di daerah tersebut. Bahkan ada dua warga yang merupakan suami istri dilaporkan meninggal dunia akibat musibah tersebut (14-7-2023)
Malang tak dapat di tolak, mujur tak dapat diraih. Sepertinya pepatah ini sangat tepat menggambarkan kondisi korban bencana yang terjadi di salah satu wilayah di provinsi Sumbar. Namun, yang harus di ketahui bersama bahwa musibah ini terjadi selain memang sudah ketetapan-Nya, tentunya ada campur tangan yakni ulah manusia sendiri. Manusia seringkali berbuat melampaui batas dan melakukan kerusakan terhadap alam semesta sehingga menimbulkan petaka yang tidak hanya menimpa dirinya, tetapi juga orang lain.
Contohnya saja penebangan hutan secara ilegal, membuang sampah ke sungai, penambangan liar, pembakaran hutan, dan lain sebagainya. Semua kegiatan tersebut jika tidak dikontrol dan dikelola dengan bijak, maka berakibat pada rusaknya ekosistem lingkungan yang sudah pasti juga akan berefek pada kelangsungan hidup masyarakat.
Ya, manusia memang merupakan faktor utama pemicu kerusakan lingkungan -tidak memiliki rasa puas- dan ini merupakan buah dari sebuah sistem yang hanya berasaskan materi semata yaitu kapitalisme. Maka wajar jika pada akhirnya manusia senantiasa melakukan kerusakan, karena orientasi hidup pada kapitalisme adalah meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara apa pun.
Padahal perilaku merusak lingkungan sungguh tidak dibenarkan menurut ajaran agama terutama Islam. Manusia itu “virus” sedangkan ajaran agama adalah “anti virus” karena bersumber langsung dari Allah Swt. Zat Pemilik alam semesta.
Oleh karena itu, seharusnya manusia menjaga lingkungan, memberi manfaat kepada alam, dan semua makhluk ciptaan Allah. Semestinya manusia kembali kepada fitrahnya yaitu sebagai pengelola alam dan menjadikan Islam sebagai solusi hakiki bagi kehidupan umat karena Islam pasti mampu menghilangkan sifat rakus yang ada pada diri manusia.
Dan mungkin saja semua bencana-bencana yang sedang terjadi saat ini merupakan alat “reformasi sosial” dari Sang Pencipta kepada umat agar kembali belajar menuju jalan yang lurus dengan memulai menata kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai rahmah (kasih sayang). Wallahua’lam
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]