Oleh: Gusti Winda Zaskia
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Namaku Gusti Winda Zaskia, biasa dipanggil Gusti kalau di sekolah. Sebenarnya aku tidak suka dipanggil Gusti karena itu merupakan marga dari ayahku, tetapi kebanyakan orang memanggilku Gusti sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. Jadi, nama panggilan itu melekat di diriku.
Sebelum dinyatakan sebagai siswi di sekolah yang aku inginkan, yaitu SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan. Sebagai murid baru, tentunya aku harus mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Saat itu, masih pandemi sehingga kegiatan MPLS berbeda dengan sebelum pandemi.
Di masa sebelum pandemi, pastinya kegiatan berlangsung dengan jadwal yang padat. Banyak cerita menarik dan seru. Di masa pandemi ini kami tetap melaksanakan kegiatan MPLS tatap muka, tetapi hanya satu hari saja untuk beberapa gugus yang sudah ditentukan jadwal hadirnya.
Saat itu, aku kebagian jadwal di hari pertama, yaitu Senin. Perasaanku tidak terlalu antusias. Pada saat itu, yang kurasakan adalah perasaan malu dan gugup dikarenakan aku tidak mempunyai teman yang hadir di hari yang sama denganku. Ya, kami berada di gugus yang berbeda karena jurusan yang kami pilih berbeda juga.
Tepatnya 13 Juli 2020, pertama kali aku masuk sebagai murid baru di SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan. Namun, pembelajaran dilakukan secara online melalu zoom dan classroom dikarenakan pandemi covid-19.
Kami belum mengenal satu sama lain, tetapi ada juga yang sudah saling kenal sejak sekolah menengah pertama. Hari demi hari berlalu, tiba saatnya kami diperbolehkan untuk hadir tatap muka di sekolah. Akan tetapi, belum diperbolehkan hadir semua dalam satu kelas. Jadi, dibagi menjadi dua sesi.
Aku hadir pada sesi 1, sesuai urutan presensi 16 pertama dari atas. Sesampainya di sekolah, aku mengecek suhu tubuh terlebih dahulu, setelah itu memasuki ruang kelas. Perasaan canggung dan malu bercampur karena kami masih asing satu sama lain.
Satu minggu berlalu. Pada minggu kedua, aku mulai terbiasa dengan lingkungan sekolah dan sudah mengenal satu sama lain. Ternyata teman-teman di kelasku tidak seperti yang aku kira. Mereka asyik dan seru, jadi aku tidak merasakan canggung lagi dengan mereka.
Namun, perjalanan di SMA tidak selalu mulus. Ada momen-momen di mana aku merasa putus asa, terutama saat menghadapi ujian atau konflik dengan teman-teman. Akan tetapi, dari setiap kesulitan itu, aku belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pelajaran berharga untuk bangkit dan melangkah lebih kuat.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga waktu menjelang akhir sekolah tiba. Kami melaksanakan ujian praktik selama 3 hari, seperti menyanyi, memasak. Menurutku, ujian praktik ini seru sekali karena tidak terlalu banyak berpikir. Banyak momen berkesan bersama teman sekelas yang nantinya akan menjadi sebuah kenangan.
Meskipun belum sampai pada titik akhir, aku yakin bahwa setiap langkah yang aku ambil di sekolah ini telah membentuk diriku menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin nantinya, saat aku melangkah ke jenjang berikutnya, aku akan merindukan suasana SMA, seperti bel berbunyi setiap pergantian pelajaran, ruang kelas yang penuh dengan tawa dan canda, dan kebersamaan.
Namun, aku juga menyadari bahwa setiap perpisahan adalah awal dari petualangan baru yang menanti. Aku merasa bersyukur telah diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun belum sampai pada tahap kelulusan, aku yakin bahwa setiap langkahku telah membawaku lebih dekat menuju impianku. [CM/NA]