Oleh. Rini Sulistiawati
(Peserta Kelas Menulis CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — 7 Agustus 2023
Pukul 7 malam
Apakah angka 7 angka keberuntungan?
Skip. Bukan itu yang mau dibahas.
Malam ini Wisuda Akbar. Saya pribadi sudah menyiapkan diri sedini mungkin agar bisa mengikuti malam kelulusan ini nyaris tanpa gangguan.
Anak terkecil berusia 4 tahun sudah dikondisikan sedemikian rupa agar pikiran dan netra juga jiwa dan raga ini tetap bisa fokus di acara.
Walau terlambat masuk ruang zoom dikarenakan habis kuota. Alhamdulillah, kata sambutan dari Mbak Rahma Pemimpin Redaksi masih terdengar jua.
Susunan acara selanjutnya adalah kata sambutan dari Mbak Vovi. Super salut untuk beliau. Saya kenal beliau sudah lama sekali. Belajar bareng di kelas desain amatir sampai kini beliau sudah jadi desainer profesional plus menjabat beberapa job desk di berbagai komunitas dan media. “Mbak Vo, Keren … Barakallah fii ilmy, Mbak.”
A few minutes later, acara berlanjut kepada penayangan video dan kesan pesan. Dimulai dari Tim 1, kalau gak salah videonya menayangkan tentang apa makna menulis yang diungkapkan oleh anggota grup masing-masing. Dilanjutkan oleh video dan kespes Tim Kedua, Tim Ketiga, dan Tim Keempat.
Kreasi videonya macam-macam, ada yang buat quote, ada yang foto diiringi lagu, dan kesan pesan dari anggota tentang CemerlangMedia.Com.
A few moment later, tibalah giliran video persembahan tim kami Tim 5. Video yang saya buat ditambah goresan puisi dari Mbak Neni di Bekasi. Mbak Irna, mentor di tim kami berkata, “Jujur saya bergetar hati ketika mendengar puisinya. 😭😭😭 Merinding sampai kedalam-dalam. Masyaallah, apalagi pengisi suara dan penulis puisinya.”
Pujian kadang melenakan kadang juga membelokan niat. Akan tetapi, sungguh ini adalah pemicu dan merupakan pemantik bagi saya untuk memberikan karya yang terbaik.
Niat saya membuat video ini adalah:
Pertama, agar masyarakat luas tahu, kami bisa menulis dari awal hingga tulisan tayang karena ada kiprah CemerlangMedia.Com di sana. Ada kelas gratis alias tak berbayar, tetapi bisa menelurkan para penulis handal.
Kedua, agar umat tahu bahwa kami sebagai pejuang dakwah tidak berdiam diri melihat kezaliman yang menimpa rakyat, ini kontribusi yang bisa kami beri bagi agama dan negeri kami tercinta.
Ketiga, agar umat paham bahwa kami yang rata-rata sudah tua, mungkin dianggap tak berguna, tetapi goresan pena kami adalah bukti nyata bahwa kami ada dan kami peduli.
Ya, diusia saya yang jelang 50 tahun. Usia senja juga tak lagi muda, daya ingat sudah makin cepat lupa. Saya ada di sini, di barisan para pejuang pena yang akan mengikuti wisuda kelulusan. Di saat mungkin, yang masih berusia muda terlena, terpapar paham hedonisme, individualisme akibat gerusan pemahaman kapitalisme juga neoliberalisme. Sungguh, kami tak ingin tinggal diam melihat kehancuran.
Alhamdulillah, walaupun hati tetap berdebar-debar karena nama saya belum ada di jajaran daftar siswa yang lulus. Toh, testimoni kelulusan ini tetap saya buat. Berharap malam ini bisa lelap tertidur karena sudah membaca … Yes, kamu lulus, Rin… Perjuanganmu selama sebulan penuh belajar di kelas ini tak sia-sia. [CM/NA]
