Oleh. Hessy Elviyah, S.S.
CemerlangMedia.Com — Serangan gelombang panas tengah menerjang penduduk bumi. Panas ekstrem dengan suhu bumi di atas normal dirasakan oleh makhluk di seluruh dunia. Keadaan alam ini sontak saja membuat keadaan tak nyaman, energi lebih tergerus, ancaman kekeringan hingga gagal panen.
Gelombang panas ini melewati kawasan ASEAN, dengan catatan suhu tertinggi berada di negara Vietnam yakni mencapai 44,2° Celcius atau sekitar 111,6 Fahrenheit. Lebih jauh pengamat cuaca terkemuka, Maximiliano Herrera di web Guinness World Records menyatakan bahwa Laos, tepatnya di daerah Kota Luang Prabang mencapai 43,5° Celcius atau 110,3 Fahrenheit (cnn.indonesia.com,8 Mei 2023).
Kondisi panas ekstrim rupanya membawa petaka bagi India. Negara ini tercatat mempunyai suhu 46,1° Celsius atau 115 derajat Fahrenheit. Bahkan dalam 30 tahun terakhir, gelombang Panas di India terus memburuk seiring dengan meningkatnya intensitas gelombang panas yang masih terjadi.
Gelombang panas yang mengganas di India memakan korban jiwa. Sebanyak 24 ribu jiwa tewas selama periode 30 tahun terakhir. Wakil presiden meteorologi dan perubahan iklim di Skymet Weather Services, Mahesh Palawat, menyatakan bahwa penyebab utama gelombang panas di India adalah adanya perubahan iklim, meskipun ada beberapa faktor lainnya yang juga mempengaruhi.
Lebih jauh, direktur Institut Studi Perubahan Iklim di Kottayam, India, D.S. Pai membenarkan pernyataan tersebut, ia menambahkan faktor lain penyebab gelombang panas di India adalah adanya peningkatan betonisasi, penggundulan hutan serta adanya pengubahan penggunaan lahan. Peneliti di India mengungkapkan gelombang panas lebih dari 8 hari melanda daerah tersebut, di mana kondisi wilayah mengalami peningkatan selama 3 dekade sebelumnya (detik.com, 2 Mei 2023).
Kondisi miris India harus ditangani lebih serius, sebab jika tidak maka akan semakin meluas dan mengancam keberlangsungan hidup penduduk bumi. Namun, penanganan tidak semata-mata memperbaiki India saja, tetapi haruslah penanganan global, karena bagaimanapun kondisi heat wave ini adalah masalah dunia, yaitu dampak buruk dari krisis Iklim yang tengah menimpa bumi.
Iklim acapkali berubah, hal ini terjadi karena banyak faktor, di antaranya adalah adanya fenomena alam karena adanya interaksi antar komponen dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik dan variasi sinar matahari. Sedangkan faktor lainnya adalah adanya kegiatan manusia seperti alih fungsi lahan dan penggunaan bahan bakar fosil (Indonesiabaik.id).
Dunia mencatat bahwa krisis iklim pernah terjadi sepuluh ribu tahun yang lalu, menurut Profesor Fahmi Amhar, seorang Peneliti Utama bidang Informasi dan Spasial sekaligus Alumnus Vienna University of Technologi mengatakan penyebab terjadinya krisis iklim tersebut murni karena adanya aktivitas vulkanik (Mediaumat.id, 2 Mei 2023).
Namun berbeda pada hari ini, seperti yang dikemukakan D.S Pai di atas bahwa gelombang panas saat ini dikarenakan oleh aktivitas manusia. Tak dapat dipungkiri, kapitalisme yang tengah menjangkiti pemikiran manusia saat ini menciptakan manusia yang berlomba untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, akibatnya konsumerisme tak terkendali. Faktor kebutuhan tidak lagi menjadi standar memiliki materi, akan tetapi lebih kepada faktor keinginan yang dilandasi atas nafsu semata.
Konsumerisme inilah yang memacu para kapitalis untuk memproduksi barang melimpah, akibatnya industrialisasi semakin tak terbendung, hal ini berefek pada emisi gas karbon dioksida (CO2). Faktor utamanya adalah adanya pembakaran fosil untuk gas alam, batu bara dan minyak bumi.
Misalnya pada tahun 2014, penggunaan fosil dalam pembuatan semen dapat melepaskan 9.9 miliar ton karbon dioksida (CO2), ini tercatat sebagai level tertinggi dalam sejarah sejak era industrialisasi. Lebih jauh, sejak tahun 1980 an tercatat karbondioksida (CO2) dilepas sebanyak 200 miliar (Kompas.com, 2 Mei 2018).
Di sisi lain, para kaum kapital dalam hal ini produsen pun berlomba-lomba untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Mengumpulkan bahan baku tanpa memperdulikan alam sekitar, misalnya menebang pohon, pengalihfungsian lahan, membuang limbah industri tanpa proses daur ulang, baik limbah cair industri maupun limbah udara.
Hal ini diperparah dengan tindakan bebas atau liberalisme, manusia bebas melakukan apa saja sesuai dengan kehendak hati, bebas menjarah sumber daya alam tanpa peduli kepada hak manusia lain, makhluk lain dan lingkungan. Kebebasan manusia yang tanpa batas inilah penyebab rusaknya lingkungan.
Kerakusan manusia didukung sepenuhnya dengan sistem politik demokrasi yang ditopang kaum kapital. Dengan uang mereka, mereka mampu membeli boneka untuk didudukkan sebagai pemimpin negeri-negeri dengan sumber daya alam yang melimpah. Pemimpin yang sejatinya diamanahkan untuk menjaga umat, namun dalam demokrasi tak berdaya oleh kedigdayaan para pengusaha untuk merampok sumber daya alam.
Simbiosis mutualisme ini terjadi antara penguasa yang membutuhkan modal untuk berkuasa dan pengusaha yang membutuhkan jaminan dan keleluasaan secara legal untuk menancapkan cengkraman di negeri kaya sumberdaya alam. Keadaan ini menimbulkan kerusakan di segala lini kehidupan, yang kaya semakin digdaya yang miskin semakin tak berdaya. Kehidupan ini seolah lebih parah daripada kehidupan binatang yang tidak mempunyai akal.
Melihat fakta kerusakan yang terjadi jelas ini adalah sebuah cara hidup yang salah. Cara hidup yang tidak sesuai dengan hakikat manusia. Pandangan hidup yang tidak sejalan dengan fitrah hidup manusia. Ini terbukti dengan terombang-ambingnya manusia tanpa arah. Mereka yang hidup dalam gelimang harta pun hidupnya tidak bahagia, justru terkadang lebih memilih untuk segera mengakhiri hidupnya. Tak dapat dipungkiri, kita berada dalam kendaraan hidup yang mengarah pada kubangan kehancuran.
Oleh sebab itu, dibutuhkan pandangan hidup yang jauh lebih baik, cara hidup yang mampu membangkitkan manusia kearah peradaban yang maju. Sistem tersebut adalah sistem Islam, sistem yang telah terbukti 13 abad membawa manusia ke jalan kemuliaan. Sistem hidup yang selama memimpin peradaban dunia mampu mencetak manusia-manusia brilian, ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan akhlak dan adab sehingga mampu menembus kebodohan zaman. Sistem yang dilengkapi keamanan memadai yang mampu melindungi setiap makhluk.
Dalam sistem Islam, konsumerisme yang lumrah terjadi di sistem kapitalis ini akan ditekan seminimal mungkin. Pasalnya sistem yang Allah design untuk manusia ini memerintahkan untuk tidak menghamburkan harta secara boros, sebagaimana tercantum dalam surah Al Isra ayat 26.
Demikian pula dengan penguasa, Allah memerintahkan untuk menjaga dan melindungi umat dan lingkungan. Oleh karena ini merupakan tanggung jawab pemimpin atas apa yang dipimpinnya, Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Maka setiap dari kalian adalah adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR Abu Dawud). Tidak akan kita temukan persekongkolan antara penguasa dan pengusaha dalam sistem Islam, karena pengangkatan pemimpin tidak membutuhkan anggaran yang banyak dan undang-undang (hukum) telah Allah tetapkan melalui Al Qur’an dan hadis.
Maka dari itu, satu-satunya jalan untuk mengatasi krisis iklim yang mengakibatkan gelombang panas seperti saat ini adalah dengan menjalankan sistem hidup yang baik dan benar, yaitu sistem Islam. Islam yang diterapkan secara menyeluruh. [CM/NA]