Header_Cemerlang_Media

Indonesia Juara Pengangguran di ASEAN, Apa Penyebabnya?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Ummu Rifazi, M.Si.

“Negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah akan mengambil kebijakan dan melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengatasi pengangguran, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh suri teladan terbaik kita, Rasulullah Shalallhu ‘alaihi wassalam, para Khulafaur Rasyidin dan khalifah penggantinya.”


CemerlangMedia.Com — Tingkat pengangguran di Indonesia pada April 2024 tercatat oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 5,2 %, tertingi dibandingkan enam negara lainnya di Asia Tenggara (ASEAN). Penghitungan yang dilakukan oleh IMF melalui World Economic Outlook ini menggambarkan persentase angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Sementara penduduk usia produktif, tetapi sedang tidak mencari pekerjaan, seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, dan penduduk tanpa pekerjaan, tetapi sedang tidak mencari pekerjaan, tidak termasuk dalam penghitungan ini (cnnindonesia.com, 19-07-2024).

Persoalan Klasik Sistem Ekonomi Kapitalis

Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia tersebut disebabkan oleh berbagai faktor akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme liberal yang diterapkan di negara ini.

Faktor pertama sekaligus penyebab utama tingginya tingkat pengangguran di Indonesia adalah persaingan akibat pasar global. Kecenderungan perusahaan asing di Indonesia untuk mempekerjakan pegawai dari negara mereka makin mempertajam kesenjangan antara pekerja lokal dan pekerja asing.

Salah satunya terbukti dari terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) selama Januari—Mei 2024 di negara ini sebagai akibat banyaknya perusahaan lokal yang gulung tikar karena kalah dalam persaingan bebas ini. Akibatnya, banyak orang mendadak menjadi pengangguran (nasional.kontan.co.id, 17-06-2024).

Globalisasi merupakan perluasan kapitalisme Barat multidimensional dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya ke wilayah negara berkembang. Persaingan bebas dalam globalisasi ini akan selalu memunculkan pemenang dan pecundang, lebih lanjut menimbulkan kesenjangan yang besar (Raharjo Jati, Wasisto. Memahami Globalisasi sebagai Evolusi Kapitalisme. Global & Strategis, Juli-Desember 2013).

Faktor kedua adalah rendahnya pemerataan industri. Para pencari kerja dari daerah kurang berkembang, yang jauh dari pusat pekerjaan sering kali mengalami kendala keuangan untuk berpindah tempat guna mencari peluang pekerjaan yang lebih baik.

Faktor ketiga adalah rendahnya kualitas para pencari kerja. Penyebabnya adalah belum meratanya pendidikan di negara ini. Kalau pun dari generasi ini ada yang diterima bekerja, posisi mereka tak lebih dari pekerja kasar karena tidak memenuhi standar dasar keahlian yang dibutuhkan industri/perusahaan.

Faktor keempat yang juga merupakan penyebab utama tingginya pengangguran adalah ketidakseimbangan antara ketersediaan lowongan pekerjaan dengan tingginya kebutuhan akan pekerjaan. Talent Acquisition Insights 2024 oleh Mercer Mettl melaporkan penemuannya bahwa 69% perusahaan di Indonesia melakukan pembekuan perekrutan pada 2023 karena khawatir akan terjadi PHK.

Platform ini juga melaporkan bahwa 75% perusahaan di Indonesia mulai mempertimbangkan memanfaatkan kemahiran kecerdasan buatan (AI) di perusahaan mereka. Posisi pekerjaan, seperti pemasaran email dan eksekutif layanan pelanggan kemungkinan besar akan digantikan oleh AI. Sebaliknya, permintaan seperti ilmuwan data dan pembuat konten AI diperkirakan akan meningkat (money.kompas.com, 23-04-2024).

Faktor kelima yang juga saat ini menjadi ciri gen Z adalah kemalasan dan enggan mengambil risiko (nasional.sindonews.com, 17-10-2023). Karakter ini membuat mereka sering kali mengambil jalan pintas untuk bisa mendapatkan uang dengan cara instan, seperti pijaman online, judi online, atau lewat tindakan yang mengarah kepada kriminalitas, seperti mencuri, menipu, dan meretas.

Dari kelima faktor tersebut benarlah apa yang dikatakan oleh Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana bahwa tingginya angka pengangguran merupakan salah satu persoalan klasik yang tidak bisa dijawab oleh sistem ekonomi kapitalisme. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh penjelasan Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam modul digital Sistem dan Reformasi Ekonomi Indonesia bahwa sistem ini juga sudah mengarah kepada keruntuhannya, ditinggalkan banyak negara karena ketidakmampuannya menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya.

Oleh karenanya, langkah seperti apa pun yang akan dilakukan oleh pemerintah, selagi masih berasal dari sistem ini, niscaya tidak akan pernah bisa menuntaskan permasalahan pengangguran ini. Jadi, masih patutkah sistem batil dan menyengsarakan ini akan terus kita pertahankan?

Islam Solusi Tuntas Persoalan Pengangguran

Penerapan kapitalisme terbukti melahirkan berbagai kebijakan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat. Para pemimpin negara justru membuka selebarnya kerja sama dengan swasta dan para pemilik modal untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya demi berbagai kemewahan hidupnya. Sementara rakyat dibiarkan menderita, berjibaku memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebaliknya, Islam mewajibkan negara dan pemimpinnya untuk mengurusi segala urusan rakyat (riayah suunil ummah), sebagaimana sabda Rasulullah Shalallhu ‘alaihi wassalam dalam hadis yang diriwayatkan Imam al Bukhari dan Imam Ahmad bahwa Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.

Oleh karena itu, negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah akan mengambil kebijakan dan melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengatasi pengangguran, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh suri teladan terbaik kita, Rasulullah Shalallhu ‘alaihi wassalam, para Khulafaur Rasyidin dan khalifah penggantinya. Upaya dan kebijakan tersebut antara lain:

Pertama, menyiapkan dan menyediakan pendidikan berkualitas secara gratis bagi seluruh rakyatnya. Pemahaman terkait fitrah dan amanah laki-laki dan perempuan akan diberikan sejak awal pendidikan. Laki-laki akan mengemban amanah sebagai pemimpin dan wajib mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan perempuan adalah pengurus keluarga suaminya (ummu wa rabbatul bayit) sehingga akan mencegah laki-laki dari kemalasan mencari nafkah bagi keluarganya.

Kedua, memudahkan seluruh lapisan masyarakat memenuhi kebutuhan asasinya berupa sandang, pangan, dan papan dengan harga terjangkau. Pelayanan kesehatan dan keamanan akan disediakan secara gratis. Dengan semua kemudahan ini, rakyat bisa tenang bekerja karena tidak terbebani mahalnya biaya semua pelayanan tersebut.

Ketiga, memperingatkan warganya yang malas bekerja dan menyediakan sarana prasarana bagi warganya yang cacat atau tidak memiliki keahlian yang memadai. Amirul mukminin Khalifah Umar bin Khattab ra. pernah menegur warganya yang hanya sibuk beribadah di masjid dan tidak bekerja menafkahi keluarganya. Pada saat itu, beliau lantas menyuruh mereka keluar dari masjid dan memberi mereka setakar biji-bijian sebagai modal berusaha.

Keempat, negara akan mengelola harta kepemilikan umum, seperti sumber-sumber air (sungai, laut, danau, dan sebagainya), hutan, padang gembalaan, dan lainnya tanpa ada campur tangan swasta sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh seluruh rakyat.

Kelima, intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan lahan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencontohkan intensifikasi lahan ketika memberikan tanah pertanian subur milik Bani Nadhir yang ditanami pohon kurma kepada Zubair untuk dikelola. Sebagai langkah ekstensifikasi, beliau mengambil tanah mati dan lantas memberikannya kepada Bilal al Muzni untuk dikelola menjadi lahan pertanian.

Keenam, pengembangan industri halal yang akan mendorong tumbuhnya industru-industri lain.

Ketujuh, Melarang perkembangan sektor non riil. Hal ini menyangkut keharaman dan dampak negatifnya, yaitu mengakibatkan terbatasnya perputaran uang di sekitar orang-orang kaya saja dan menyempitkan peluang lapangan pekerjaan (An Nabhani, Taqiyuddin. 2015. Sistem Ekonomi Islam).
Masyaallah, allahummanshuril bil Islam, wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an