Menghadirkan Sistem Pendidikan Terbaik Berdasarkan Syariat-Nya

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Ummu Rifazi, M.Si.

Negara Islam akan menyelenggarakan sistem pendidikan terbaik sebagai kebutuhan pokok bagi warga negaranya dan kunci pembangunan peradaban yang maju dan mulia. Derajat kemuliaan bangsa dan negara Indonesia ini hanya akan bisa terangkat lagi dengan kehadiran sistem pendidikan sebagai jembatan ilmu.

CemerlangMedia.Com — Viral di media sosial, ratusan siswa SMP mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara lesehan beralaskan plastik terpal. Kondisi tersebut terpaksa dijalani oleh ratusan siswa SMP Negeri 60 Bandung. Pasalnya, bangunan SD negeri yang mereka tumpangi tidak memiliki jumlah kelas yang memadai.

Sejak didirikan pada 2018, siswa SMP Negeri 60 Bandung harus menumpang di bangunan SD Negeri 192 Ciburuy, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Sebanyak 270 siswa yang dikelompokkan menjadi 9 rombongan belajar (rombel).

Setiap harinya, para guru menggilir tujuh rombel belajar di dalam ruangan kelas. Sementara dua rombel sisanya belajar di selasar kelas atau di bawah pohon rindang (DPR) karena keterbatasan jumlah kelas yang dimiliki bangunan SD negeri tersebut (detik.com, 27-09-2024).

Sistem Batil Suguhkan Pendidikan Ala Kadar

Kekurangan jumlah bangunan sekolah merupakan masalah yang hampir tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Lebih memprihatinkan ketika bangunan sekolahnya ada, kondisinya pun rusak dan hampir tak layak pakai. Data yang tercatat oleh Kemendikbudristek, ruang kelas sekolah negeri yang rusak di seluruh wilayah Indonesia bertambah 26% atau 250.000 unit selama satu tahun terakhir.

Ironinya, kekurangan jumlah bangunan dan infrastruktur sekolah lainnya masih berkutat pada alasan minimnya anggaran pendidikan yang dimiliki pemerintah pusat, padahal sejatinya, Indonesia dianugerahi Allah dengan sumber daya alam (SDA) melimpah yang jika dikelola dengan baik, tentulah dapat memenuhi biaya pembangunan gedung sekolah dan sarana prasarana pendukung lainnya.

Realitasnya, sistem materalistis memuluskan penguasaan pengelolaan SDA negeri ini oleh para pemilik modal atau swasta. Privilege tersebut mereka dapatkan sebagai bentuk balas budi sokongan dana yang mereka gelontorkan untuk menghantarkan penguasa negeri ini ke kursi jabatannya. Alhasil, keuntungan pengelolaan SDA negeri ini hanya memperkaya segelintir kapitalis.

Sementara negeri ini menjadi miskin dan ringkih. Sumber pemasukan utama negara untuk membiayai berbagai aspek pembangunannya pun akhirnya mengemis pada pajak dan utang. Alhasil, negara hanya sanggup menyelenggarakan sistem pendidikan ala kadarnya.

Sungguh ironi bagi negeri kaum muslimin ini. Makin hari makin terpuruk akibat menjadi budak sistem sesat yang menuhankan materi.

Benarlah peringatan Allah dalam penggalan QS Al Baqarah ayat 120, “…Katakanlah,”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah petunjuk yang nyata datang kepadamu, maka Allah tidak akan lagi menjadi Pelindung dan Penolongmu.”

Sistem Sahih Hadirkan Pendidikan Terbaik

Negara Islam akan menyelenggarakan sistem pendidikan terbaik sebagai kebutuhan pokok bagi warga negaranya dan kunci pembangunan peradaban yang maju dan mulia. Derajat kemuliaan bangsa dan negara Indonesia ini hanya akan bisa terangkat lagi dengan kehadiran sistem pendidikan sebagai jembatan ilmu, sebagaimana janji Allah dalam QS Al Mujadalah ayat 11,
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Tinta emas sejarah mencatat bagaimana penyelenggaraan sistem pendidikan terbaik dalam negara Islam mampu mewujudkan kemajuan umat manusia dan peradaban agung, sebagaimana dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Shalallahu alaihi wasallam, Khulafaur Rasyidin, dan para khalifah setelahnya selama 1300 tahun lamanya.

Dalam naungan negara Islam pertama di Madinah, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sebagai kepala negara menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan. Menurut an-Naqbi, di masa itu terdapat lebih dari empat puluh masjid di Madinah. Pendirian sejumlah masjid tersebut dilakukan guna mempermudah jarak penduduk Madinah untuk menyelenggarakan salat berjemaah dan menghadiri berbagai halaqah ilmu.

Nabi Shalallahu alaihi wasallam memperhatikan penyelenggaraan pendidikan yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Di masa yang masih sederhana tersebut, serambi di sisi utara Masjid Nabawi digunakan oleh fakir miskin dari kalangan Muhajirin, Anshar, dan para pendatang dari orang-orang asing untuk kegiatan belajar membaca dan menulis. Pusat-pusat pengajaran lainnya di Madinah, seperti kuttab didirikan untuk mengajar anak-anak membaca, menulis, dan menghafalkan Al-Qur’an.

Kanjeng Nabi Shalallahu alaihi wasallam pun senantiasa mengupayakan keberadaan para pendidik terbaik, di antaranya dengan memerintahkan kepada para tawanan Perang Badar untuk menjadi pengajar bagi anak-anak penduduk Madinah. Setelah Kanjeng Nabi Shalallahu alaihi wasallam wafat, penyelenggaraan pendidikan diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin dalam naungan Daulah Khil4f4h Islamiah. Ketika penaklukan makin luas dan warga daulah makin banyak, Amirul Mukminin Umar bin Al Khathab memerintahkan pembangunan rumah-rumah pendidikan untuk penyelenggaraan pengajaran berbasis Al-Qur’an.

Pada masa Khilafah Bani Umayyah, masjid sebagai tempat ibadah dan pusat pendidikan bertransformasi menjadi universitas terkemuka. Salah satunya adalah Universitas Al-Karaouine (Al-Qarawiyyin) yang didirikan pada 859 dan secara resmi diakui oleh UNESCO serta tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai universitas tertua di dunia yang masih eksis hingga saat ini.

Beberapa masjid lain di masa Khilafah Bani Umayyah menjadi pusat pendidikan seperti Masjid Agung Kairouan, Tunisia, Masjid Zaituniyah, Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah ash-Shakhrah, Masjid Agung Wasith di Irak, dan Masjid Jami Umawi di Damaskus. Berbagai kuttab yang menjadi tempat belajar tsaqafah Islam dan membaca menulis bagi anak-anak pun berkembang pesat.

Pada masa Khilafah Abbasiyah, sekolah-sekolah dalam bentuk wakaf berkembang sangat pesat untuk pengajaran Al-Qur’an, tafsir, hadis, dan fikih. Madrasah untuk pendidikan ilmu kedokteran pun didirikan pada masa tersebut.

Tidak hanya infrastruktur yang diperhatikan, jasa para pendidik pun sangat dihargai dan diperhatikan kelayakan hidupnya. Pada masa amirul mukminin, pendidik mendapatkan 15 dirham atau sekitar Rp10 juta setiap bulannya, sedangkan di masa Muawiyah mencapai nilai tiga puluh dinar atau Rp75 juta setiap bulannya.

Dengan nilai gaji tersebut, para pendidik ini dapat hidup berkecukupan dan tidak perlu berprofesi lain sebagai nafkah sehingga dapat fokus mengajar memberikan ilmu terbaik. Sangat berkebalikan dengan kondisi gaji guru saat ini yang sangat kecil dan tidak mampu untuk memenuhi kehidupan selayaknya. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *