Oleh: Watini, S.Pd.
(Pegiat Literasi)
Islam bukan hanya memberikan solusi pada sistem pendidikan saja, tetapi juga sistem lain, seperti sistem ekonomi, media massa, hukum/sanksi, dan sebagainya. Dalam sistem ekonomi, negara akan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, menyediakan lapangan kerja yang luas dengan gaji yang layak sehingga perempuan tidak perlu lagi bekerja.
CemerlangMedia.Com — “Beri aku 10 pemuda niscaya akan aku guncangkan dunia.” Begitulah kutipan pidato Bung Karno pada peringatan hari pahlawan. Hal ini mengandung makna bahwasanya masa depan bangsa berada di tangan pemuda. Namun, apa yang terjadi pada pemuda hari ini sungguh memprihatinkan. Jauh dari moralitas dan agama yang mampu menjaga perilaku mereka.
Seperti dilansir dari Tribun-medan.com (22-09-2024), salah satu anggota geng motor ditangkap polisi saat hendak melakukan aksi tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Remaja yang masih di bawah umur tersebut mengaku bahwa dia bersama teman-temannya berencana melakukan aksi tawuran dengan geng motor lain di Hamparan Perak. Penangkapan bermula dari petugas yang melakukan patroli. Di tempat kejadian, petugas juga mengamankan sejumlah senjata tajam.
Tawuran antar kelompok juga terjadi di Cianjur, Semarang, dan Boyolali. Di Semarang makin marak kelompok berandalan (gangster) yang beranggotakan anak-anak remaja di bawah umur yang selalu bikin onar. Kenakalan mereka bukan lagi kenakalan remaja pada umumnya, tetapi sudah berbau kriminal. Mereka saling tantang lewat media sosial, lalu tawuran dengan senjata tajam. Untuk itu, polisi dan pemerintah kota setempat berupaya untuk mencegah aksi tawuran antargeng yang sering terjadi belakangan ini (detik.com, 20-09-2024).
Aksi tawuran oleh pemuda terus berulang. Hari demi hari makin meningkat dan mengerikan. Jika hal ini tidak mendapatkan penanganan yang bijak, tentu generasi akan makin rusak. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan, masa depan yang cemerlang hanya akan jadi angan. Untuk itu, dibutuhkan penanganan yang solutif dan kritis terhadap akar permasalahan.
Faktor Pemicu Kriminalitas
Melihat dari fakta yang ada, kebanyakan pemuda saat ini mengalami krisis identitas. Oleh karenanya, mereka tidak mampu mengenali tujuan hidup dan menyalurkan potensi diri dengan baik. Ditambah lagi, tidak ada fasilitas yang memadai, seperti tempat olahraga dan bela diri yang bisa digunakan secara gratis. Tidak heran jika energi yang besar dalam diri mereka malah disalahgunakan demi menampakkan eksistensinya, seperti dalam bentuk kekerasan.
Selain itu, lemahnya kontrol diri pada setiap individu mengakibatkan ketidakpeduliannya terhadap halal dan haram. Semua ditempuh demi kesenangan semata. Mereka dengan mudahnya bermabuk-mabukan dan bahkan melukai orang, tanpa peduli konsekuensinya. Kontrol iman dan takwa juga tidak ada dalam diri sehingga dengan mudahnya mereka tersulut emosi meski hanya sekadar cuap-cuap di media sosial. Alhasil, tawuran dijadikan sebagai ajang balas dendam.
Di sisi lain, disfungsi keluarga karena tuntutan ekonomi/pekerjaan menjadi salah satu pemicu kerusakan remaja. Oleh karena kesibukan bekerja, orang tua abai terhadap tugas mendidik dan mengawasi anaknya. Bahkan, sekadar memastikan anaknya di rumah dan tidak membuat onar di luar, jarang sekali dilakukan orang tua. Mereka hanya memenuhi kebutuhan anak secara materi, tetapi tidak memberi nasihat dan perhatian agar anak bisa mengarungi kehidupan dengan baik.
Kebanyakan orang tua hanya berpangku tangan terhadap institusi pendidikan. Sementara kurikulum pendidikan saat ini, sama sekali tidak mengarah pada pembentukan pribadi yang bertakwa. Justru mereka dibentuk untuk menjadi calon pekerja yang hanya mencari materi sebagai tujuan hidupnya, apalagi di lingkungan sekitar, media sekarang tidak lagi ramah anak. Banyak sekali situs-situs atau tontonan yang tidak terfilter dengan baik dan malah menjadi panutan anak muda, termasuk tawuran yang dijadikan konten di media sosial.
Jika hal ini terus berlanjut, entah apa yang akan terjadi pada generasi mendatang. Sebab, para pelaku kekerasan pun tidak mendapatkan sanksi yang tegas. Hukum di negara ini tidak berlaku bagi pelaku di bawah umur 18 tahun. Mereka hanya mendapat wejangan (binaan) dari kepolisian, kemudian dilepaskan begitu saja. Sanksi yang diberikan terasa sekadar formalitas semata, tidak memiliki efek jera. Alhasil, tidak menutup kemungkinan ketika dilepaskan, mereka (pelaku) akan kembali mengulanginya.
Semua itu terjadi disebabkan sistem yang diterapkan, yakni sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini membuat individu tidak memanusiakan manusia lagi. Meski telah melukai dan menghilangkan nyawa, tetapi seolah hanya seekor nyamuk yang dibunuhnya. Bahkan, tidak ada lagi rasa iba, mereka malah bangga jika bisa mengalahkan dan melukai pihak lawannya. Sistem sekuler juga merusak pemikiran dan budaya. Sebab sistem ini jugalah, negara abai terhadap tugas pe-riayah-annya. Bukannya membentuk generasi berperadaban mulia, justru menyia-nyiakan potensi pemudanya.
Islam Solusi Tuntas
Islam memiliki sistem pendidikan yang bertujuan mencetak generasi berkepribadian mulia. Dengan fondasi akidah Islam, sistem pendidikan akan membangun sosok pemuda beriman dan bertakwa, memahami tujuan hidup semata-mata mendapatkan rida dari Allah Taala sehingga tingkah lakunya selalu terikat syariat. Islam juga memberikan lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun kebijakan negara, yang akan menumbuhsuburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda.
Negara Islam akan membangun sistem yang menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan dan sistem lain yang menguatkan fungsi kontrol masyarakat. Selain itu, negara bertugas secara optimal sebagai raain (pengurus) rakyat sehingga memberikan perhatian penuh pada tumbuh kembang generasi muda agar optimal dan mengarah pada kebaikan. Oleh karenanya, mereka mampu memberikan sumbangsih besar bagi peradaban Islam dan menebarkan rahmat ke seluruh alam.
Dengan kata lain, Islam bukan hanya memberikan solusi pada sistem pendidikan saja, tetapi juga sistem lain, seperti sistem ekonomi, media massa, hukum/sanksi, dan sebagainya. Dalam sistem ekonomi, negara akan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, menyediakan lapangan kerja yang luas dengan gaji yang layak sehingga perempuan tidak perlu lagi bekerja. Perempuan cukup fokus berperan sebagai ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga).
Negara Islam akan menerapkan sistem sanksi yang tegas terhadap pelaku kriminalitas sehingga menimbulkan efek jera. Jikalau pelaku kriminalitas sudah balig, akan dihukum sebagaimana orang dewasa, contohnya jika ia membunuh, akan berlaku hukum qisas, sebagaimana firman Allah Taala,
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah [2]: 178).
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]