Oleh: Reni Ummu Ibrahim
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Pada dasarnya Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang sejatinya pasti membutuhkan bantuan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri sebanyak apa pun ia memiliki kekayaan. Namun, pada kasus yang baru-baru ini terjadi membuat kita berpikir, ada apa dengan rasa kepedulian terhadap sesama saat ini? Sudah begitu lunturkah kepedulian itu sehingga membuat manusia tidak peduli lagi terhadap sesama?
Seperti yang terjadi di Cinere, Depok, jenazah ibu dan anak ditemukan dalam kondisi sudah berupa kerangka, petugas keamanan setempat memperkirakan kematian korban sudah satu bulan (Kompas.Com, 7-9-2023).
Gaya Hidup Individualisme
Di kota besar banyak sekali ditemui orang-orang yang hidup secara individual, seolah tidak membutuhkan bantuan orang lain dan merasa bisa melakukan sesuatu sendiri. Gaya hidup inilah yang memicu kurang pekanya manusia terhadap keadaan manusia lain, sebab ia berpendapat bahwa manusia lain juga sama seperti dirinya yang bisa hidup tanpa orang lain.
Padahal sejatinya manusia pasti akan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Ada hal-hal yang tidak bisa diatasi sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain, contoh ketika seseorang sakit, maka ia membutuhkan bantuan orang lain untuk merawatnya. Apalagi jika ditimpa kemalangan yang lebih besar, maka bantuan dari orang lain pasti akan sangat dibutuhkan, seperti kasus di atas. Lantas, bagaimana mungkin jenazah tersebut baru diketahui setelah satu bulan?
Sebagaimana diketahui bahwa korban jarang berinteraksi dengan masyarakat sekitar, hanya keluar rumah sesekali dan di waktu-waktu tertentu sehingga wajar pula jika para tetangga menganggap korban memang sedang tidak di tempat.
Akibat Sistem Rusak
Saat ini, ketika manusia berusaha untuk peduli dengan kondisi manusia lain malah dianggap mengganggu privasi,seperti ketika seseorang mengingatkan agar tidak berbuat maksiat, maka dianggap melanggar privasi, atau ketika salah satu tetangga berusaha untuk mencari tau tetangga yang lain yang mungkin sedang mengalami kesulitan, malah dianggap terlalu ikut campur urusan orang lain. Padahal sebagai sesama, sedang berusaha membantu untuk mengurangi beban atau masalah yang sedang dihadapi, maka tidak heran jika makin banyak manusia yang memilih tidak ikut campur dengan urusan orang lain, salah-salah mereka yang dijadikan pesakitan. Alhasil, ketika seseorang mengalami kesulitan atau kasus jasad yang sudah menjadi kerangka makin hari makin banyak ditemukan.
Akar masalah dari kasus yang terjadi adalah karena diterapkan sistem kapitalisme liberal yang melahirkan sikap individualisme sehingga kepedulian dianggap mengganggu privasi. Dalam sistem ini, manusia dibebaskan dalam menjalani hidupnya, tidak ada aturan yang melarangnya, jika pun ada aturan yang mengatur hanya sebagai formalitas belaka. Sebab, pada hakikatnya, sistem ini membebaskan penganutnya untuk berbuat sesuka hati selama tidak mengganggu orang lain. Jika pun ada yang merasa prihatin atau simpati, hanyalah sebagian kecil. Sebagian orang sudah terlanjur nyaman dan tak peduli dengan sesama karena sistem yang juga abai.
Pentingnya Sistem Islam
Oleh karena itu, sangat penting mengganti sistem yang rusak dengan sistem yang benar, sistem yang bisa mengatur hidup manusia sesuai dengan tuntunan yang benar, yang menjadikan manusia memiliki rasa simpati yang tinggi, yakni sistem Islam.
Dalam Islam, peduli pada sesama manusia sangat dianjurkan karena kembali pada hakikat bahwa manusia tidak hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, Islam menganjurkan untuk berbuat baik kepada tetangga dan orang lain, sebab orang yang terdekat dengan kita adalah tetangga, seperti dalam hadis Rasul, “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak dikatakan beriman seorang hamba hingga ia mencintai tetangga atau saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR Muslim dari Anas ra.).
Maka sudah sepatutnya kita kembalikan sistem hidup kepada sistem Islam yang bersumber dari Rabb semesta alam sehingga dapat mencegah orang-orang memiliki sifat apatis. Alhasil, penemuan tetangga dalam bentuk kerangka tidak perlu terjadi karena umat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap keadaan sekitarnya, memiliki interaksi yang baik antara tetangga sehingga juga mampu menghindarkan diri dari tindak kejahatan dan kriminal. Wallahu a’alam bisshawwab. [CM/NA]