Dalam negara Islam, pelaku korupsi akan dihukum berat, disita hartanya, dan dijatuhi takzir sesuai tingkat kesalahan. Islam menekankan pencegahan berbasis iman dan akidah sehingga lahir budaya takut pada Allah, bukan sekadar takut hukum pidana.
CemerlangMedia.Com — Kasus korupsi di negeri ini benar-benar terasa seperti sinetron tanpa akhir. Selalu saja muncul episode baru, lengkap dengan “pemeran” baru sebagai perampok uang rakyat.
Belum lama ini, publik kembali dibuat geram oleh skandal pengadaan mesin Electronic Data Capture (EDC) di bank pelat merah dengan nilai proyek yang fantastis, yakni Rp2,1 triliun. Proyek yang berjalan dari 2020 hingga 2024 itu akhirnya menelanjangi wajah asli oknum-oknum serakah yang tega mempermainkan dana publik. KPK bertindak cepat dengan mencekal 13 orang tersangka yang sudah bersiap kabur ke luar negeri (30-6-2025).
Fenomena ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem demokrasi kapitalisme yang dianut negeri hari ini. Alih-alih melindungi kepentingan rakyat, sistem ini malah membuka jalan lebar bagi politik transaksional. Kekuasaan tidak lagi dimaknai sebagai amanah, melainkan jadi barang dagangan yang bisa ditukar dengan uang dan kepentingan.
Kalau saja mau jujur, kepemimpinan dalam Islam justru mengajarkan bahwa jabatan adalah amanah besar yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.. Dalam sistem Islam, pemimpin diikat oleh akidah, bukan oleh nafsu kekuasaan. Negara wajib menjalankan syariat secara kafah, termasuk menerapkan hukum tegas untuk memberantas korupsi sampai ke akar.
Dalam negara Islam, pelaku korupsi akan dihukum berat, disita hartanya, dan dijatuhi takzir sesuai tingkat kesalahan. Islam menekankan pencegahan berbasis iman dan akidah sehingga lahir budaya takut pada Allah, bukan sekadar takut hukum pidana.
Umat bisa menengok sejarah Khil4f4h Islamiah. Para pemimpin, seperti Umar bin Abdul Aziz bahkan takut menerima hadiah pribadi, hidup sederhana, dan sangat berhati-hati agar tidak tergelincir pada pengkhianatan. Semua ini bukan dongeng, melainkan fakta sejarah yang dicatat banyak sejarawan, bahkan oleh penulis Barat yang objektif.
Kalau bangsa ini benar-benar ingin lepas dari lingkaran setan korupsi, sudah saatnya berhenti menggantungkan harapan pada sekadar slogan “antikorupsi” yang hanya jadi hiasan rapat-rapat mewah. Solusi sejati ada pada penerapan Islam secara menyeluruh (kafah) yang menegakkan hukum Allah tanpa tebang pilih. Wallahu a’lam bisshawab.
Mila Ummu Muthiah [CM/Na]