CemerlangMedia.Com — Berbicara kemiskinan dan pengangguran di negeri ini, sungguh tiada habisnya. Keduanya merupakan problem yang hingga hari ini masih menjadi PR pemerintah. Berbagai solusi yang coba dihadirkan nyatanya hingga saat ini belum mampu mengatasi persoalan tersebut.
Seperti kabar terbaru yang datang dari wilayah Sumbar. Mahyeldi selaku Gubernur Sumatra Barat melalui Asisten Pemberian dan Kesra Delvi Kurnia mengatakan, angka pengangguran dan kemiskinan terbuka di Kabupaten Solok Selatan meningkat dan butuh perhatian khusus Pemkab setempat. Saat ini, angka kemiskinan meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 11.810 jiwa pada 2022 menjadi 11.912 jiwa. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka juga naik, yaitu dari 1,13 persen pada 2022, menjadi 1,16 persen pada 2023 (07-01-2024).
Pengangguran dan kemiskinan merupakan momok menakutkan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS) yang notabene negara maju. Apalagi, di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Pemerintah sendiri, sejauh ini telah berusaha memfokuskan program pembangunannya pada penanganan kedua masalah ini. Namun, hasilnya, sama sekali belum memuaskan berbagai pihak, bahkan indikator-indikator sosial yang ada juga belum menunjukkan perbaikan dalam pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Banyak kalangan begitu menginginkan percepatan dan keseriusan penanganan masalah pengangguran dan kemiskinan tersebut. Sebab, pada hakikatnya, menjadi suatu keharusan bahwa hasil-hasil pembangunan diperuntukkan bagi manusia itu sendiri, termasuk rakyat miskin dan para pengangguran. Tentu saja karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan hidup miskin atau menganggur. Logikanya, apabila pengangguran dan kemiskinan dikurangi, tentu anggaran untuk itu harus ditambah pula.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memplot anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) khusus untuk pengentasan kemiskinan dan pengangguran, sebagaimana pemerintah juga memplot APBN-nya untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, pemerintah juga dapat meningkatkan stimulus fiskalnya, khusus untuk mengurangi atau mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.
Berbagai program dan upaya harus terus dilaksanakan pemerintah, seperti perluasan kesempatan kerja, bantuan sosial, pemberian subsidi, dan lain-lain. Hal tersebut penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun.
Begitu juga untuk menciptakan pembangunan ekonomi berkualitas dan berkeadilan. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Untuk merealisasikannya, tentu diperlukan penyempurnaan peraturan mengenai ketenagakerjaan, pelaksanaan negosiasi tripartit, serta penyusunan standar kompetensi, penempatan, dan perlindungan.
Dalam Islam, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengatasi pengangguran karena pemimpin merupakan penanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang menyatakan bahwa, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Pertama, yaitu dalam bidang pendidikan. Pendidikan dalam negara yang menerapkan syariat Islam akan mudah didapatkan, bahkan cenderung gratis. Tidak hanya itu, rakyat juga dibebaskan untuk memilih sesuai dengan potensinya, termasuk memberikan keahlian atau keterampilan kepada rakyat terutama bagi laki-laki yang memiliki kewajiban bekerja.
Kedua, menyiapkan sarana dan prasarana bagi semua rakyat terutama laki-laki agar mau bekerja. Seperti memberikan modal dengan cuma-cuma dan lainnya.
Ketiga, kewajiban bekerja hanya untuk laki-laki saja. Itu semua demi menghilangkan persaingan antara tenaga laki-laki dan perempuan. Kecuali pekerjaan yang mengharuskan dilakukan oleh perempuan.
Keempat, sektor industri dalam Islam akan lebih banyak menyerap tenaga dalam negeri dan dikelola langsung oleh negara. Dengan tujuan supaya rakyat lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan tidak ada yang menganggur.
Dengan beberapa langkah tersebut, Islam sangat mampu menyelesaikan angka pengangguran. Dengan demikian, kesejahteraan pun akan dirasakan oleh seluruh umat Islam. Bahkan, umat nonmuslim pun dapat merasakannya. Wallahu a’lam
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]