Islam memandang, standar kemiskinan bukan hanya sekadar angka dan data semata. Kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat menetapkan kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan, dan papan.
CemerlangMedia.Com — Bank Dunia (World Bank) pada April lalu mengeluarkan data yanga menyatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia mencapai 60,3 % dari total keseluruhan penduduk atau sebesar 171,8 juta jiwa. Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan perbedaan signifikan dalam cara perhitungannya. Disparitas tersebut terjadi karena perbedaan atandar garis kemiskinan yang digunakan. Versi BPS sendiri, angka kemiskinan di Indonesia hanya berada pada 8.57% atau sekitar 24,06 juta jiwa per September 2024 (06-05-2025).
Sejak 2023, Indonesia masuk dalam jajaran negara yang berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country/UMIC) dengan Gross National Income (GNI) per kapita sebesar 4.870 dolar AS. Garis kemiskinan standar dunia atau proverty line untuk kategori negara tersebut menggunakan standar 6.85 dolar AS PPP (purchasing power parity). Sementara standar yang digunakan nasional masih sebesar 2,15 dolar AS per kapita per hari.
Garis kemiskinan ialah nilai uang minimum yang diperlukan seseorang atau rumah tangga demi memenuhi kebutuhan pokoknya selama satu bulan, baik makanan atau non makanan. Kemiskinan adalah suatu keniscayaan dalam sistem ekonomi kapitalisme karena semua aturan yang ada dalam sistem ini hanya membuat yang kaya makin kaya dan rakyat msikin makin miskin. Walaupun jargon yang selalu mereka gaungkan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”, tetapi faktanya tidaklah demikian.
Sulitnya mendapatkan pekerjaan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Di sisi lain, biaya hidup menuntut untuk terus dipenuhi. Alhasil, kriminalitas meningkat karena rakyat menghalalkan segala cara hanya demi mendapatkan sesuap nasi. Pemerintah menutup mata dan hanya sibuk menghitung angka tanpa aksi nyata agar rakyat bisa terlepas dari semua beban hidup.
Islam sangat berbeda dengan kapitalisme dalam menentukan standar garis kemiskinan. Islam memandang, standar kemiskinan bukan hanya sekadar angka dan data semata. Kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat menetapkan kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan, dan papan.
Dalilnya adalah firman Allah Swt. yang artinya, “…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.” (TQS al-Baqarah: 233).
Seorang khalifah tidak akan pernah “tutup mata atau pun cuci tangan” atas semua kesusahan yang dihadapi rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara atau daulah bertanggung jawab penuh untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Semua pendapatan dan aset negara akan dikelola dengan baik dan dikembalikan kepada rakyat, tidak untuk keuntungan diri sendiri ataupun golongan. Hanya Islam yang tuntas mengentaskan kemiskinan sampai ke akar, bukan hanya sebatas angka. Wallahu a’lam bisshawab
Mia Kusmiati
Bekasi, Jawa Barat [CM/Na]