Oleh: Irsad Syamsul Ainun
Creative Design CemerlangMedia.Com
Lautan memang luas, tidak perlu menggali pasir untuk mendatangkannya di bibir pantai. Cukup kita mendatanginya, lalu menyaksikan airnya. Bisa juga diambil untuk minum, tetapi apakah dengan meminumnya, dahaga kita bisa hilang?
CemerlangMedia.Com — Hempasan gelombang kehidupan membuat siapa pun terdampar. Entah di pesisir, lautan, daratan, atau bahkan kembali ke alam barzah. Satu ketentuan yang telah digariskan, di manapun manusia terdampar, ia tidak akan lepas dari pengawasan-Nya.
Kehidupan yang membuat manusia berpikir hakikat kehidupan ini hanya dilandasi oleh pertanyaan besar, yakni dari mana ia berasal? Untuk apa ia hidup? Lalu, ke mana ia setelah kehidupan ini? Namun, menyikapi serta memahami ketiga pertanyaan tersebut ternyata tidak mudah. Ada banyak hal yang harus dilalui, salah satunya adalah berperang dengan hawa nafsu. Rasulullah mengatakan melalui sabdanya bahwa musuh terberat seseorang adalah dirinya sendiri.
Hal itu benar adanya. Sebab, sering kali perkara kecil yang diremehkan oleh sebagian dari diri manusia menjadi persoalan yang amat besar akibat mengikuti hawa nafsu. Girah juang ini memang tidak setangguh para sahabiyah. Salah satu pemuda yang sangat terkemuka akan penampilannya, bahkan rela melepaskan semua kemewahan yang melekat dalam dirinya ketika mengenal Islam yang indah ini.
Bagaimana dengan generasi saat ini? Atau jangan bawa generasi, bawalah dirimu sendiri. Pertanyakan girahmu yang jauh dari aturan Islam, tersebab oleh hawa nafsu yang mendidih, terbakar api yang menjanjikan kemewahan semu.
Lautan memang luas, tidak perlu menggali pasir untuk mendatangkannya di bibir pantai. Cukup kita mendatanginya, lalu menyaksikan airnya. Bisa juga diambil untuk minum, tetapi apakah dengan meminumnya, dahaga kita bisa hilang?
Begitu pula kehidupan ini. Tidak ada maksiat yang harus ditutupi dengan maksiat. Jalan satu-satunya adalah kembali tersungkur atas khilaf, lalu memperbaiki diri untuk menjadi manusia sadar diri, bukan malah berlaku angkuh, lalu menjauh dari aturan-Nya.
Kembalilah, pulang dan temui siapa yang semestinya ditemui. Minta agar hatimu dilapangkan, belajar berdamai dengan takdir yang memang telah ditakdirkan untukmu, meskipun itu bukanlah hal yang kamu ingini. Belajar untuk menyelami lautan kehidupan sampai kamu paham bahwa hidup bukan hanya soal kesenangan, tetapi juga kesenjangan.
Berbuatlah sesuatu yang dengannya engkau mampu meraih rida-Nya, bukan manusia. Sebab, manusia hanya mampu menjelajahi kesenangan dunia yang fana, bukan akhirat yang abadi. Luangkan waktu untuk menjadi pembelajar, bukan penghakim kehidupan. Sebab, hidup akan terus berjalan, meskipun engkau tersesat. Come back to Allah, taat selamat, maksiat merana. [CM/NA]