Oleh: Tri Silvia
(Pemerhati Masyarakat)
“Kemenangan yang bukan sekadar pengakuan, melainkan simbol kesejahteraan dan hilangnya tekanan. Kemenangan semacam ini hanya ada jika negara menerapkan aturan Islam secara kafah. Negara akan menyatukan seluruh dunia Islam di bawah satu panji kemenangan, membebaskan umat dari segala penghambaan dan penderitaan sehingga kemerdekaan yang dirayakan akan berubah menjadi kemenangan sesungguhnya.”
CemerlangMedia.Com — Agustus telah datang. Berbagai pernak-pernik pun mulai tampak di berbagai sudut desa dan perkampungan. Ya, setiap 17 Agustus, negeri ini memperingati hari kemerdekaannya.
Sebagaimana diketahui bersama, Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945. Hingga saat ini, seluruh warga memperingatinya setiap tanggal tersebut, terlepas apakah kemerdekaan tersebut bisa dirasakan secara hakiki oleh rakyat ataukah tidak.
Ditengah hiruk pikuk persiapan hari peringatan Kemerdekaan RI ke 79, jauh di belahan bumi lainnya ada saudara muslim yang sedang terintimidasi, Palestina. Genosida terjadi di sana dengan berbagai cara yang mengerikan dan nihil rasa kemanusiaan. Begitu mengerikan hingga setiap orang yang melihatnya menangis dan bergidik ngeri.
Mulai dari (07-10-2023) hingga saat ini, korban terus berjatuhan. Jumlah korban meninggal sudah hampir mencapai 40.000 jiwa (Kompas, 07-8-2024). Adapun korban luka-luka mencapai 90.589 orang (detiknews, 27-7-2024). Jumlah yang sangat besar, bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan korban peperangan yang terjadi di wilayah tersebut sebelumnya.
Lantas, apa hubungannya dengan kemerdekaan Indonesia? Jelas sangat berhubungan. Sebab, banyak literasi yang menyebutkan bahwa Palestina adalah negeri pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Lantas kini, bagaimana dengan nasib kemerdekaan warga Palestina itu sendiri? Di tengah kesendirian dan polemik perpolitikan negeri-negeri sekitar, mereka terus bersemangat mempertahankan wilayah dan agamanya.
Belum lagi kemenangan tercapai, Gaza diterpa kabar menyedihkan tentang berpulangnya seorang mujahid hebat. Kepala diplomasi Hamas di kancah internasional, Ismail Haniyya telah tiada. Sang pemimpin dikabarkan wafat di Iran karena terkena bom saat berada di rumah pribadinya.
Duka melanda tidak hanya di Gaza, melainkan merebak ke seluruh penjuru dunia. Namun, apakah syahidnya Ismail Haniyyah bisa mematikan gerakan? Tentu tidak.
Para pejuang akan tetap terdepan dalam perlawanan dan perjuangan. Mereka akan tetap dengan pendirian atas agama dan percaya bahwa kemenangan akan datang.
Dari sejak didirikan oleh Syeikh Ahmad Yassin rahimahullah, gerakan ini terus berdiri tegak membela kebenaran. Pantang mundur, meski harus merelakan tumbangnya beberapa pemimpin sebelum ini, termasuk Ismail Haniyya. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat untuk beliau.
Tumbang satu tumbuh seribu, kiranya tepat untuk menggambarkan semangat para pejuang saat ini. Bagaimana tidak, usai wafatnya sang pemimpin diplomasi, gerakan ini memilih Yahya Sinwar sebagai pengganti.
Berita ini pun disusul dengan respons cepat berbagai pihak, terutama Isra3l. Mereka merasa menyesal telah menghilangkan Ismail Haniyya, sebab pemimpin saat ini (Yahya Sinwar) terkenal memiliki sikap yang kokoh dan tegas atas arah perjuangan. Ia cenderung menolak diplomasi-diplomasi palsu ala asing dan senantiasa lurus pada arah perjuangan.
Tidak hanya Isra3l yang kebakaran jenggot, Paman Sam melalui Gedung Putih pun dengan cepat menelepon Qatar tidak berapa lama usai pengumuman diangkatnya Sinwar sebagai pengganti Haniyya. Gedung putih menghubungi Qatar untuk meredakan sementara berbagai serangan di Gaza, dengan kata lain gencatan senjata (CNBC Indonesia, 07-8-2024).
Pertanda apakah peristiwa ini? Akankah ini berujung pada kemenangan kaum muslimin? Ataukah justru memicu kebrutalan lain dari Isra3l yang akan mengancam warga Gaza lebih dari sebelumnya?
Kemenangan atas kaum muslimin adalah janji Allah yang pasti akan terjadi. Cepat atau lambat, tanpa melihat lagi pemicu terlaksananya, kemenangan itu pasti terjadi. Sebagai muslim, kita bisa menambah semangat dan keimanan dengan mengaitkan berbagai peristiwa apa pun dengan kemenangan.
“Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata.” (QS Al-Fath: 1).
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7).
Sungguh, janji kemenangan itu nyata. Segala peristiwa hari ini, esok, dan seterusnya yang menjadi ikhtiar kaum muslimin dalam melawan kaum kafir merupakan langkah-langkah untuk mempersingkat datangnya pertolongan Allah.
Sungguh, kemerdekaan Palestina akan muncul, bukan lewat meja mediasi atau perundingan, melainkan lewat perlawanan dan kebangkitan kaum muslimin seluruh dunia. Kemenangan yang bukan sekadar pengakuan, melainkan simbol kesejahteraan dan hilangnya tekanan.
Kemenangan semacam ini hanya ada jika negara menerapkan aturan Islam dalam naungan Khilafah secara nyata. Hanya Daulah Khilafah yang akan menyatukan seluruh dunia Islam di bawah satu panji kemenangan, membebaskan umat dari segala penghambaan dan penderitaan. Semoga masa itu akan segera datang sehingga kemerdekaan yang dirayakan akan berubah menjadi kemenangan sesungguhnya, termasuk bumi Nusantara saat ini. Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]