Menuju Perubahan Hakiki

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Ummu Irul

“Kini yang semestinya kita harapkan dan perjuangkan adalah hadirnya sistem Islam yang diterapkan oleh negara agar terwujud perubahan yang sebenarnya/hakiki. Tetap semangat memperjuangkannya, jangan patah semangat karena janji-Nya (lewat sabda Rasul-Nya) pasti benar adanya.”


CemerlangMedia.Com — Secara fitrah, manusia itu senantiasa berubah dan berkembang. Berubah dari bayi ke anak-anak, dari anak-anak menuju balig/muda, kemudian tua dan akhirnya tiada. Itulah kehidupan dunia yang kini kita tapaki. Alami, tanpa terasa hingga tidak sedikit yang terlena dan terbuai keindahan yang serba fana ini.

Demikian juga dalam tatanan masyarakat maupun negara saat ini. Seluruh rakyat ingin senantiasa berubah, mulai dari zaman orde lama diganti orde baru. Tidak nyaman era orde baru, dirombak lagi menuju masa reformasi. Setelah masa reformasi, apakah negeri ini bisa mencapai cita-citanya menjadi yang terdepan dan berwibawa?

Rakyatnya makmur sejahtera, berkepribadian mulia, dan berkemajuan teknologi maupun informasi, hingga bisa mencapai derajat negara adidaya? Tidak! Justru pada masa reformasi itu, keadaan negeri ini tambah rusak. Semuanya makin liberal (bebas) dan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan).

Dalam bidang pemerintahan, kapitalisme di negeri ini memakai sistem demokrasi, yaitu menjadikan suara rakyat identik dengan suara tuhan. Dalam negara yang menerapkan demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat —ini hanya teori juga karena praktiknya tidak demikian—, yang terjadi adalah kekuasaan di tangan pengusaha (oligarki).

Kok bisa demokrasi diterapkan di negeri yang mayoritas beragama Islam? Bukankah itu namanya perbuatan syirik? Kok syirik? Iyalah. Dalam demokrasi, rakyat/manusialah yang harus membuat aturan melalui wakil-wakilnya di DPR untuk diterapkan dalam kehidupan manusia lainnya.

Ini bertentangan dengan ajaran Islam bahwa sesungguhnya yang berhak membuat hukum itu adalah Allah Swt.. Bukankah itu mau menyamai Allah Yang Maha Pengatur? Lalu mengapa umat mau menerima? Itulah dahsyatnya ide kapitalisme demokrasi. Ia bisa membius siapa pun. Pertanyaannya, bisakah melalui demokrasi, negeri ini menuju perubahan yang hakiki?

Perubahan Hakiki Hanya dengan Islam

Tatkala suatu negara menginginkan bangsanya berubah menuju lebih baik, terlebih dahulu yang diubah adalah mindset/cara berpikirnya. Mengubah cara berpikir jahiliah menuju cara berpikir islamiah.

Mengapa harus meniti jalan sesuai Islam? Hal itu dikarenakan penduduk negeri ini mayoritas Islam. Umat harus yakin bahwa Islam pasti punya solusi dalam mengubah negeri ini. Islam itu agama sempurna dan paripurna, tidak mungkin tidak punya solusi.

Islam mengatur bahwa dalam sistem pemerintahan, kedaulatan ada di tangan syarak, yaitu Allah Taala, sebagaimana firman-Nya:
“… Sesungguhnya yang berhak membuat hukum itu Allah …” (TQS Yusuf: 40).

Bayangkan jika manusia yang membuat hukum, pastilah sangat subjektif dan akan berubah-ubah sesuai dengan isi kepala pembuat hukum tersebut. Di samping itu, manusia sangat lemah dan terbatas, bagaimana bisa mengatur manusia lainnya. Mereka itu sama-sama makhluk, pasti akan sangat rawan dengan perselisihan dan pertentangan. Sebab, beda kepala, beda isinya.

Berikutnya dalam mengelola SDA (sumber daya alam) yang berfungsi untuk memberikan jaminan kebutuhan dasar rakyat, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan mendasar lainnya, maka sistem Islam mengatur bahwa SDA harus dikelola oleh negara itu sendiri dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Tidak boleh disewakan, apalagi dijual kepada asing maupun aseng, kepada pribadi maupun kelompok. Kesemuanya haram dilakukan, sebagaimana yang Rasul saw. sabdakan,

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Dari hadis ini jelas bahwa SDA (sumber daya alam) itu milik umat/rakyat dan negara harus mengelolanya untuk melayani rakyat. Apabila negara benar-benar menjalankan hadis tersebut, maka bisa dipastikan, negara akan mampu menyejahterakan rakyatnya. Alhasil, penduduk negeri-negeri muslim, termasuk di negeri ini makmur sejahtera hidupnya, bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya karena pendidikan disediakan secara gratis untuk seluruh jenjang pendidikan.

Jadi, tatkala kita berharap kepada demokrasi untuk menuju perubahan yang hakiki, itu adalah sesuatu yang impossible, bikin kecewa dan tidak dapat pahala. Pasalnya, demokrasi tidak berasal dari panutan kita, Nabi Muhammad saw.. Saatnya mencampakkan sistem demokrasi yang rusak dan merusak ini dan menggantinya dengan sistem yang berasal dari Ilahi.

Kini yang semestinya kita harapkan dan perjuangkan adalah hadirnya sistem Islam yang diterapkan oleh negara agar terwujud perubahan yang sebenarnya/hakiki. Tetap semangat memperjuangkannya, jangan patah semangat karena janji-Nya (lewat sabda Rasul-Nya) pasti benar adanya. Rasulullah saw. bersabda,

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khil4fah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” Beliau kemudian diam.” (HR Ahmad dan Al-Bazar).

Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *