Oleh: Ummu Ihsan Kamil
Anak adalah aset berharga dunia akhirat. Anak juga umur kedua orang tua. Kelak, mereka akan melanjutkan amal saleh dan penerus sujud-sujud panjang orang tua. Untuk itulah, mereka harus dididik menjadi anak yang saleh dan salihah.
CemerlangMedia.Com — Bagi orang beriman, kedatangan Ramadan merupakan sebuah kebahagiaan. Ramadan selalu dinantikan, bahkan antusiasme menyambut Ramadan sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
Ramadan adalah bulan penuh berkah. Di dalamnya, seluruh amal ibadah kita dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Taala. Bahkan, terdapat satu malam yang nilai pahalanya lebih baik dari 1000 bulan.
Menjalani ibadah Ramadan memang tidak ringan. Namun, kegembiraan akan ganjaran pahala yang Allah Taala berikan membuat hari-hari kita selama menjalani ibadah Ramadan terasa ringan dan mudah.
Namun, ada pula orang-orang yang tidak bergembira menyambut Ramadan. Hal itu mungkin saja terjadi karena ketidaktahuan atau tidak beriman.
Menyiapkan Anak
Kegembiraan menyambut Ramadan harus dimulai dari keluarga. Orang tua sebagai teladan semestinya memberikan contoh bagi anak-anak bagaimana antusiasme orang beriman menyambut bulan kemuliaan.
Anak-anak harus diberi penjelasan kenapa kita harus bergembira menyambut Ramadan. Mereka juga harus dipahamkan tentang dalil, keutamaan Ramadan, pahala yang dijanjikan Allah Taala.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Barang siapa melakukan qiyam Ramadan (salat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Penjelasan tentang pentingnya membangun karakter diri, seperti saleh, sabar, pemurah, dan sebagainya harus pula diajarkan kepada anak. Pun ganjaran dosa apabila meninggalkan puasa dan ibadah wajib lainnya tanpa uzur syar’i.
Orang tua perlu pula menguatkan keimanan anak bahwa Allah Taala adalah satu-satunya Pencipta yang patut disembah. Tidak ada Tuhan selain-Nya. Dialah Yang Maha Pemberi balasan terbaik, Maha Pemberi rahmat dan ampunan. Niat yang ikhlas dan kesadaran akan hubungannya dengan Allah Taala akan menjadikan anak sebaik-baik individu.
Dekatkan dengan Masjid
Anak adalah aset berharga dunia akhirat. Anak juga umur kedua orang tua. Kelak, mereka akan melanjutkan amal saleh dan penerus sujud-sujud panjang orang tua. Untuk itulah, mereka harus dididik menjadi anak yang saleh dan salihah.
Bagi anak laki-laki, dekatkan mereka dengan masjid. Biarkan mereka berkumpul dengan teman seusianya, tetapi berikan penjelasan bahwa masjid adalah tempat beribadah, bukan tempat bermain. Mereka juga tidak boleh mengganggu orang yang beribadah.
Begitu pun ketika itikaf, para ayah bisa mengajak anak laki-lakinya yang sudah masuk usia tamyiz. Ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan baik sedari dini.
Sementara bagi anak perempuan, salat di rumah memang lebih utama bagi perempuan. Akan tetapi, tidak ada salahnya mengajak anak perempuan salat tarawih ke masjid kecuali jika kondisi tidak memungkinkan, seperti sedang haid, punya bayi, dan lain sebagainya.
Para ibu bisa mengondisikan rumah agar anak perempuan bisa menunaikan salat Tarawih dan ibadah lainnya selama Ramadan. Optimalkan 10 hari terakhir Ramadan sebagai ganti i’tikaf bagi ibu dan anak yang tidak bisa ke masjid.
Hadiah, Apakah Perlu?
Anak akan merasa gembira ketika menyambut Ramadan, apalagi ada embel-embel hadiah jika puasanya tamat. Namun, kegembiraan anak menyambut Ramadan sebaiknya kita tumbuhkan dalam kerangka berpikir dan niat yang benar, yaitu ikhlas karena Allah Taala, bukan karena hadiah.
Akan tetapi, tidak ada salahnya memberi hadiah sebagai apresiasi atas pencapaian anak-anak. Tidak perlu mewah, yang terpenting berkesan dan mampu memberikan motivasi agar semangat beribadah anak tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga di luar Ramadan.
Reward sederhana, seperti pujian atau ciuman juga tidak ada salahnya diberikan untuk mengapresiasi pencapaian dan memantik anak untuk selalu beramal. “Kakak anak hebat, Bunda yakin, Kakak bisa melakukannya.”
Kalimat sederhana itu akan mampu membangun jiwa anak sehingga terbentuk kepribadian Islam. Dari Hafsah radiyallahu anha, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baik laki-laki adalah saudaramu (Abdullah Ibnu Umar radiyallahu anhu), asalkan dia salat malam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pujian itu Rasulullah sampaikan melalui Hafsah radiyallahu anha karena Abdullah Ibnu Umar radiyallahu anhu yang masih remaja selalu tidur di masjid, tetapi tidak melakukan salat malam. Hafsah radiyallahu anha pun menceritakan apa yang disampaikan Rasulullah kepada saudaranya, Abdullah Ibnu Umar radiyallahu anhu. Sejak saat itu, Abdullah Ibnu Umar radiyallahu anhu tidak tidur malam, kecuali sedikit. [CM/NA]