Ramadan Mode: #KaburAjaDulu dari Dosa, Gaspol Pahala!

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Eli Ermawati
Pembelajar

Islam bukan sekadar urusan ibadah personal, tetapi juga sistem kehidupan yang harus kita perjuangkan. Untuk itu, jangan hanya fokus pada perbaikan diri sendiri, tetapi juga ajak lingkungan sekitar untuk ikut merasakan nikmatnya Ramadan yang penuh berkah.

CemerlangMedia.Com — Beberapa waktu terakhir, media sosial diramaikan dengan tren #KaburAjaDulu. Awalnya, istilah ini sering dipakai untuk situasi lucu, misalnya kabur dari mantan toxic, tugas kuliah yang numpuk, atau bahkan dari tanggung jawab yang bikin kepala pening. Namun, kalau kita lihat lebih dalam, konsep “kabur” ini bisa kita bawa ke refleksi Ramadan. Pertanyaannya, apa yang sebenarnya harus kita “kaburi” di bulan suci ini?

Puasa Bukan Sekadar Lapar dan Haus

Banyak orang masih menganggap, puasa itu cuma soal menahan lapar dan haus, padahal esensinya jauh lebih besar. Rasulullah saw. bersabda,

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan hausnya.” (HR Bukhari).

Artinya, selain menahan diri dari makan dan minum, kita juga harus kabur dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Ghibah, marah-marah, hingga sekadar scroll medsos tanpa manfaat bisa jadi hal-hal yang mengurangi pahala puasa kita. Ramadan seharusnya jadi waktu terbaik untuk detox, bukan cuma dari makanan, tetapi juga dari hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah.

Selain itu, banyak dari kita yang sibuk mikirin menu buka dan sahur, tetapi lupa kalau Ramadan adalah bulan peningkatan spiritual. Jadi, kalau selama ini kita santai aja dalam ibadah, sekarang saatnya kita kabur dari kebiasaan malas dan mulai membangun kedekatan dengan Allah.

Jangan Kabur dari yang Baik, tetapi dari yang Buruk

Menariknya, kita sering tanpa sadar lebih gampang “kabur” dari hal baik dibandingkan yang buruk, misalnya saat diingatkan untuk salat tepat waktu atau tadarus, sering muncul alasan seperti “nanti aja”, “mager“, atau “besok bisa kejar lagi”. Namun, kalau diajak nonton film maraton atau scroll medsos berjam-jam, semangatnya langsung beda, padahal Allah Swt. berfirman,
“Maka segeralah kembali kepada Allah….” (QS Adz-Dzariyat: 50).

Di sini kita belajar, kalau mau “kabur”, ya harus kabur ke arah yang benar, seperti lari dari maksiat, bukan lari dari ibadah. Caranya? Mulai dari hal kecil, seperti mengganti waktu scroll medsos dengan mendengarkan kajian, memilih lingkungan yang positif, dan menjadikan ibadah sebagai rutinitas yang menyenangkan. Jangan sampai kita sibuk dengan dunia, tetapi lupa mempersiapkan bekal untuk akhirat.

Media Sosial, Distraksi atau Ladang Pahala?

Di era digital, salah satu godaan terbesar selama Ramadan adalah medsos. Setiap buka ponsel, ada aja konten yang bikin kita lupa waktu, mulai dari gosip artis, drama viral, sampai video-video random yang nggak jelas manfaatnya.

Rasulullah saw. bersabda:
“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi).

Bukan berarti kita harus benar-benar hilang dari dunia digital, melainkan harus tahu kapan saatnya bilang “kabur aja dulu” dari konten-konten yang bikin lalai. Coba bayangin, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk hal yang nggak produktif? Kalau selama ini HP lebih sering bikin jauh dari Allah, mungkin sekarang saatnya kita ubah mindset, “Gunakan sosial media untuk kebaikan, sebarkan manfaat, dan jangan sampai jadi budak algoritma.”

Kita bisa memanfaatkan medsos untuk nonton kajian singkat, berbagi konten islami, atau ikut komunitas yang mendukung perjalanan spiritual kita. Dengan begitu, medsos bukan lagi distraksi, tetapi justru menjadi ladang pahala.

Kabur dari Rasa Malas dalam Ibadah

Terkadang kita lebih memilih kabur dari ibadah dibanding menghadapinya dengan semangat. Malas tarawih, bolong tadarus, atau hanya sekadar puasa tanpa upaya meningkatkan kualitas ibadah adalah hal yang sering terjadi. Sementara Ramadan hanya datang setahun sekali dan kita nggak pernah tahu apakah tahun depan masih punya kesempatan yang sama atau nggak.

Ada satu mindset yang bisa bikin kita lebih semangat, “Ibadah itu bukan beban, tetapi kesempatan.” Rasulullah saw. dan para sahabat menjalani Ramadan dengan penuh semangat, bahkan di tengah kondisi perang dan kesulitan hidup. Kalau mereka bisa tetap konsisten dalam ibadah, kenapa kita yang hidup jauh lebih nyaman, malah sering cari alasan untuk “kabur”?

Bayangkan kalau di sepuluh hari terakhir Ramadan kita masih sibuk rebahan dan malas-malasan, padahal bisa jadi itu momen doa kita sedang diijabah Allah. Jangan sampai kita melewatkan malam-malam penuh keberkahan hanya karena terlalu nyaman dengan kemalasan.

#KaburAjaDulu ke Arah yang Benar

Ramadan ini, yuk ubah makna #KaburAjaDulu menjadi sesuatu yang lebih positif. Pertama, kabur dari ghibah dan lari ke zikir. Kedua, kabur dari malas ibadah dan lari ke kebiasaan baik. Ketiga, kabur dari distraksi digital dan lari ke pemanfaatan waktu yang lebih berkah.

Ulama dan pemikir, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani mengatakan, Islam bukan sekadar urusan ibadah personal, tetapi juga sistem kehidupan yang harus kita perjuangkan. Untuk itu, jangan hanya fokus pada perbaikan diri sendiri, tetapi juga ajak lingkungan sekitar untuk ikut merasakan nikmatnya Ramadan yang penuh berkah.

So, kalau mau kabur, pastikan arahnya benar. Bukan menjauh dari Allah, tetapi justru makin dekat kepada-Nya. Setuju, Bestie[CM/Na]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *