The Power of Iman

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Eyi Ummu Saif

Ketika diri merasa lelah dengan hiruk-pikuk kehidupan dunia, maka pastikan lelah yang hadir dalam diri adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah Taala. Semua ikhtiar yang dilakukan, baik dalam bekerja, belajar, ibadah mahdhah, atau dakwah dan kebaikan yang lainnya, semata-mata karena ingin mendapatkan rida Allah Taala.

CemerlangMedia.Com — Bicara soal iman, semua orang yang mengaku muslim dan muslimah, pasti merasa beriman kepada Allah. Iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati, dan mengamalkan dalam perbuatannya.

Jadi, bicara soal iman belum tentu semua orang memilikinya. Ketika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat, memang ia sudah menjadi muslim, tetapi belum memiliki iman. Sebab, iman hanya dimiliki oleh orang-orang yang sadar dan mau merealisasikannya dalam perbuatan.

The power of iman bisa ditemui dari berbagai kisah nabi dan rasul, juga para sahabat Rasulullah saw., misal kisah Ibrahim alaihissalam dengan Raja Namrudz. Kalau tidak ada iman di dalam diri Ibrahim alaihissalam, tentu ia tidak akan terjun ke dalam api yang membara. Namun, biidznillah, api yang panas tersebut menjadi tidak mampu menghanguskan Ibrahim alaihissalam. Kalau bukan karena keteguhan iman Ibrahim alaihissalam pada saat itu, mungkin beliau tidak akan mau dilalap oleh api.

Ada juga kisah sahabat Rasulullah, yaitu Bilal bin rabah. Saat itu ia adalah seorang budak dan tuannya memaksa ia untuk jangan beriman kepada Allah Taala, tetapi Bilal menolak permintaan tuannya. Akibat tidak menuruti permintaan tuannya, Bilal diikat dan dijemur di tengah padang pasir gersang yang panas sembari ditindih oleh sebuah batu besar pada bagian punggungnya.

Namun, apakah saat itu Bilal menuruti permintaan tuannya? Tentu tidak. Ini karena keteguhan iman yang dimilikinya. Bilal bertahan menahan sakit sambil berkata, “Ahad (Allah hanya satu),” dengan lantang.

Masyaallah, sebagai seorang hamba Allah Taala, kita pasti mendambakan mati dalam keadaan beriman pada Islam. Sebab, kunci bisa menapaki surga Allah Taala adalah ketika mati dalam keadaan memeluk Islam dan beriman.

Oleh karenanya, ketika diri merasa lelah dengan hiruk-pikuk kehidupan dunia, maka pastikan lelah yang hadir dalam diri adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah Taala. Semata-mata, semua ikhtiar yang dilakukan dalam bekerja, belajar, ibadah mahdhah, atau dakwah dan kebaikan yang lainnya karena ingin mendapatkan rida Allah Taala. Tidak ada kebaikan sekecil apa pun yang sia-sia ketika diniatkan karena Allah Taala dan caranya sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.

Insyaallah, semua kelelahan yang dirasakan di dunia tidak akan pernah berakhir. Sebab, semisal diri tidak sibuk dalam ketaatan, bisa jadi malah sibuk dengan hal yang sia-sia dalam perkara mu’bah atau mungkin —nauzubillah— melakukan perbuatan yang haram.

Saat ini kita hidup di dunia, bukan di surga. Dunia bukanlah tempat untuk istirahat, tetapi tempat kita berjuang untuk memantaskan diri mendapatkan tempat peristirahatan abadi, yakni surga.

Yuk, perhatikan ayat dan hadis di bawah ini,

إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلًا – وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal.” (QS Al Kahfi: 7-8).

Dalam sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau bersabda, “Apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah surga Firdaus karena ia itu surga yang paling mulia dan yang paling tinggi dan di atasnya terdapat Arsy Ar Rahman dan dari surga Firdaus itu mengalirlah sungai-sungai surga.”

Masyallah, the power of iman akan mengubah lelah menjadi lillah karena akhir tujuan hidup adalah surga. Ketaatan yang dimiliki harus disertai dengan kesadaran, yakni kesadaran bahwa manusia adalah hamba Allah Subhanahu wa Taala yang lemah dan terbatas, maka sudah sepatutnya tunduk dan bertakwa kepada Allah Taala.

Walaupun iman yang dimiliki kadang naik turun, itu adalah hal wajar karena kita bukan nabi/rasul atau malaikat. Oleh karena itu, ketika iman sedang naik, maka istikamahlah dalam ketaatan dan banyak memohon kepada Allah Taala supaya hati ini dijaga dan diberi keteguhan iman.

Namun, ketika iman turun, bergegaslah untuk bangkit. Jangan terpedaya oleh tipu daya setan yang membuat nikmat dan nyaman maksiat yang dilakukan hingga akhirnya terjerumus dan memilih untuk meninggalkan perintah Allah Taala atau melakukan apa yang Dia larang, nauzubillah.

Semoga Allah senantiasa menjaga hati dan diri ini agar selalu berada dalam ketaatan sampai tiba saatnya kematian datang. Aamiin ya rabbal alaamiin. Wallahu a’lam bissawab [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *