Upaya Meraih Derajat Pengemban Dakwah Minimalis (Bagian 2/5)

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Ustaz Abu Zaid R

Secinta apa kita kepada istri, anak, dan kedua orang tua? Harusnya secinta itu pula kita kepada dakwah.

CemerlangMedia.Com — Secinta apa kita kepada istri, anak, dan kedua orang tua? Harusnya secinta itu pula kita kepada dakwah. Sobat, cinta adalah alasan mengapa kita rela bersusah payah, bahkan bertaruh nyawa untuk anak, istri, dan kedua orang tua. Sebab alasan cintalah, kita siap sedia menanggung pedihnya hidup di rantau bertahun-tahun demi mendapatkan penghasilan. Panas dan hujan tidak kita rasa. Penat, letih, lelah kita anggap biasa. Bahkan, sakit hingga bertaruh nyawa kita siap. Semua karena cinta yang begitu dalam kepada keluarga.

Sobat, semestinya begitu pulalah minimal cinta kita kepada dakwah dan perjuangan ini. Cinta yang mampu membuat kita mengabaikan semua rasa lelah, penat, letih, bosan, malas, sakit, bahkan risiko kematian.

Hanya untuk melihat tetap ada senyum bahagia di wajah anak dan istri kita. Hanya untuk menghilangkan keluh kesah anak dan istri saat kekurangan sesuatu dari kebutuhannya. Semestinya untuk dakwah ini, minimal seperti itu pulalah rasa cinta dan pengorbanan kita.

Merupakan sikap yang tidak pantas jika kita justru bisa mencintai dan berkorban untuk keluarga, tetapi tidak untuk dakwah. Pada saat mengurus dan melayani keluarga, tidak pernah kita mendapatkan alasan apa pun untuk tidak maksimal. Sementara untuk dakwah begitu mudah kita jumpai alasan, meski hanya sekadar lelah, capai, bahkan bosan dan malas hingga berakhir dengan tidak datang ngaji atau agenda dakwah yang lain.

Hanya karena hujan rintik-rintik, kita tida hadir ngaji. Hanya karena capai habis bekerja, kita tidak hadir ngaji. Hanya karena kurang semangat, tidak hadir ngaji. Hanya karena sedikit pusing kepala, tidak hadir ngaji. Bahkan, karena bosan atau galau kita pun tidak hadir ngaji. Beribu alasan lainnya yang begitu mudah kita dapatkan tanpa pikir panjang.

Sementara untuk mencari uang demi anak dan istri, kita menjadi laki-laki siaga 24 jam tanpa satu pun alasan. Kita bisa menjadi sosok yang cerdas, sigap ambil keputusan, dan siap menanggung risiko pekerjaan. Namun jika berhubungan dengan dakwah, tiba-tiba pikiran jadi buntu, hari jadi kacau, dan semangat jadi lenyap, menyisakan kemalasan untuk berangkat ngaji dan agenda dakwah lainnya. Mengapa bisa begini?

Jawabnya satu, kita lebih mencintai anak, istri, dan keluarga serta pekerjaan, harta, jabatan daripada Allah, Rasul-Nya, dan perjuangan menegakkan agama-Nya, padahal Allah telah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 24,

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Jika kita ingin mencapai derajat pengemban dakwah minimalis, kita harus menjadikan cinta yang sama antara cinta untuk keluarga dan cinta untuk dakwah. Oleh karenanya, kita bisa berharap mampu berkorban pada level yang sama untuk keluarga juga dakwah.

Meskipun kita juga paham bahwa mencintai dakwah dan keluarga pada level yang sama masih belum cukup. Oleh karena itu, yang seharusnya kita lakukan adalah mencintai Allah, Rasul-Nya, dan perjuangan menegakkan agama-Nya lebih tinggi dari pada cinta kepada keluarga dan semua urusan dunia sebagaimana dalam ayat di atas.

Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radiyallahu ’anhu. Lalu Umar radhiyallahu anhu berkata,

لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي

“Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkata,

لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك

“Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata,

فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي

“Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkata,

الآن يا عمر

“Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR Bukhari) [Bukhari: 86-Kitabul Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersumpah].

Oleh karena itu, sekali lagi, apabila kita hanya bisa mencintai dakwah ini selevel dengan mencintai keluarga kita, maka itu berarti kita baru menjadi pengemban dakwah minimalis. Seharusnya, sebagai seorang mukmin kita wajib mencintai Allah, Rasul-Nya dan perjuangan ini lebih dari cinta kita kepada diri, keluarga, dan semua urusan dunia.

Semoga pertanyaan yang lama muncul terjawab sudah, yakni sebab yang membuat kita malas dan kurang semangat dakwah sebenarnya adalah karena kita belum, kurang, atau bahkan tidak mencintai dakwah ini dengan semestinya. Semoga kita diberikan sehat dan istikamah. Aamiin.

Ngaji, yuk! [CM/Na]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *