Penulis: Ustaz Abu Zaid R
Sebagaimana kita siapkan waktu untuk kerja dan keluarga, maka kita siapkan waktu juga untuk dakwah. Sibuk jangan sampai menjadi alasan untuk tidak ngaji. Sebab, kesempatan adalah harta paling berharga yang jika sudah lewat tidak akan kembali lagi.
CemerlangMedia.Com — Harta paling berharga bagi kita adalah waktu. Semua harta yang lain, baik keimanan, kesehatan, kekayaan, ilmu dan lain-lain menjadi sesuatu yang bisa kita manfaatkan karena ada pada waktu hidup kita.
Apabila waktu hidup kita habis, maka semua itu tidak lagi bisa kita manfaatkan karena bukan lagi milik kita. Jika waktu habis, beriman pun tidak lagi bisa. Jika waktu habis, ilmu setinggi apa pun tidak lagi berguna. Apalagi sekadar harta atau jabatan, sama sekali tidak berharga jika sudah habis waktunya. Jadi, kita serius atau tidak dalam melakukan sesuatu sangat bergantung pada apakah kita menyediakan dan menyiapkan waktu untuk itu atau tidak.
Seberbusa apa pun mulut kita mencintai keluarga jika tidak memberikan waktu untuk mengurus mereka, maka hanya akan menjadi bualan kosong tanpa makna, meskipun kita membual setiap hari. Demikian pula jika kita berteriak kencang bahwa kita adalah pejuang Islam, pengemban dakwah untuk menegakkan Islam kafah, tetapi tidak menyediakan waktu untuk dakwah, maka semua itu hanya omong kosong tanpa makna. Hanya bualan belaka tanpa bukti apa pun.
Jika kita dengan sukarela menyediakan waktu rutin terus-menerus untuk bekerja dan mengurus keluarga, semestinya begitu pulalah kita siapkan waktu untuk dakwah. Meskipun hal ini bukan tentang alokasi yang seimbang atau tidak. Namun, wajib ada waktu yang kitas siapkan untuk dakwah. Untuk ngaji dan hadir dalam agenda-agenda dakwah.
Di sisi lain, apabila kita telah memberikan waktu untuk keluarga, maka ikut pula kita berikan harta, jabatan, ilmu, cinta, dan lain-lain untuk keluarga. Demikian pula jika kita telah memberikan waktu untuk dakwah, maka kita ikut pula berikan ilmu, harta, dan lain-lain untuk dakwah. Namun, apabila kita tidak memberikan waktu untuk dakwah, ilmu dan harta pun tidak akan bisa ikut kita berikan.
Oleh karena itulah, mari kita berupaya menjadi pengemban dakwah yang sebenarnya dengan memberikan waktu kita untuk berjuang, yakni dengan mengagendakan kegiatan dakwah dalam waktu kita sehari-hari. Kita jadwalkan kapan kita ngaji, kapan kita jumpa guru, kapan kita hadir pada agenda lain, sebagaimana kita juga agendakan waktu untuk bekerja dan keluarga.
Memang, sibuk sering kali lebih mudah untuk kita sampaikan sebagai alasan untuk tidak hadir ngaji. Namun, ini justru menunjukkan bahwa kita tidak serius dalam dakwah dan tidak serius mencari solusi agar bisa hadir ngaji. Sebab, yang selama ini aktif ngaji dan berdakwah juga bukan para pengangguran. Bahkan, sebagian mereka malah orang-orang yang sangat sibuk dengan berbagai kegiatan, bekerja, keluarga, dan lain-lain.
Alasan sibuk bisa saja tetap keukeh kita sampaikan kepada guru. Namun, justru akan makin membuat kita merugi besar karenanya. Sebab, kesempatan adalah harta paling berharga yang jika sudah lewat tidak akan kembali lagi.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Taala kepada manusia. Akan tetapi, sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (Muttafaqun ‘alaih).
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadis ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barang siapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barang siapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”
Nah, marilah kita luangkan waktu untuk dakwah ya, Sobat. Semoga Allah mencatat kita sebagai orang orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, meskipun dengan segala kelemahan dan keterbatasan kita.
Ubur ubur ikan lele, waktunya sahur dah lewat le!
Ngaji, yuk! [CM/Na]