Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah tidak bisa dipisahkan dari sosok Mushab bin Umair sebagai sahabat Nabi Muhammad saw. yang memiliki peran penting dalam menyebarkan dakwah Islam di Madinah. Beliau berasal dari kalangan bangsawan Quraisy yang hidup dalam kemewahan dan kemakmuran di Makkah. Namun, setelah mengenal ajaran Islam, ia tergerak hatinya untuk memeluk Islam dan menolak kepercayaan-kepercayaan jahiliah yang telah ada sebelumnya.
Mushab bin Umair dengan penuh dedikasi dan loyalitas yang tinggi menerima tugas dakwah untuk memahamkan ajaran Islam bagi tokoh masyarakat Madinah. Beliau dikenal karena kebijaksanaan, akhlak yang baik, dan kemampuannya dalam berbicara yang mampu menarik hati orang-orang yang mendengarkan. Mushab memainkan peran kunci dalam mendekati orang-orang terkemuka Makkah dan Yatsrib pra-hijrah untuk memperkenalkan mereka pada ajaran Islam.
Salah satu momen penting dalam dakwah Mushab adalah ketika beliau berhasil mengajak Ubaidullah bin Jahsy, seorang tokoh penting dari suku Bani Zuhrah, untuk masuk Islam. Ubaidullah kemudian kembali ke suku dan membawa banyak anggota suku Bani Zuhrah untuk masuk Islam. Hal ini menunjukkan bagaimana dakwah Mushab memiliki dampak yang signifikan dalam menyebarkan agama Islam ke berbagai lapisan masyarakat.
Dengan demikian, proses hijrah adalah peristiwa bersejarah yang bernilai politis dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, yaitu meninggalkan kota Makkah menuju kota Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Madinah). Hijrah terjadi pada tahun 622 Masehi dalam kalender Islam dan menandai awal dari penanggalan Hijriah.
Sebelum hijrah, Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin menghadapi penindasan dan kekerasan dari suku Quraisy yang memaksanya untuk mencari perlindungan dan dukungan (thalabu al nushrah) di luar Makkah. Kota Yatsrib (Madinah) menawarkan kesempatan bagi Nabi Muhammad saw. untuk menyebarkan ajaran Islam dengan lebih aman dan mendapatkan tempat perlindungan bagi kaum muslimin yang tertindas.
Hijrah Bagian Fase Dakwah Rasulullah
Hijrah bukanlah sekadar perpindahan fisik Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, melainkan juga sebuah proses dari tahapan dakwah untuk penerapan syariat Islam secara kafah melalui institusi negara yang berdaulat secara penuh. Hijrah juga sebagai ujian keimanan dan keteguhan hati para pengikut Rasulullah saw. setelah mereka masuk Islam. Ketika Nabi saw. dan Abu Bakar ash-Shiddiq berlindung di Gunung Tsur, mereka merasa diiringi oleh pertolongan Allah. Allah Swt. menurunkan ketenangan dan keberanian pada hati mereka sehingga mereka mampu mengelabui pengikut-pengikut Quraisy yang mengintai mereka.
Setelah Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah, beliau diterima dengan antusiasme dan kegembiraan oleh masyarakat Madinah yang telah terkondisikan dengan baik oleh dakwahnya Mushab bin Umair. Kota Madinah menjadi basis utama bagi penyebaran agama Islam dan hijrah menjadi tonggak bersejarah yang menandai awal dari perkembangan pesat Islam sebagai agama dan institusi negara.
Tampaklah peran dakwah Mushab bin Umair dalam proses hijrah Rasulullah saw. yang merupakan tahapan dakwah dari fase interaksi dengan umat menuju diraihnya kekuasaan dari tangan umat. Dua peristiwa penting dalam sejarah awal Islam ini menunjukkan pentingnya kesabaran, kebijaksanaan, dan ketabahan dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Kedua peristiwa ini telah membawa dampak besar dalam menyebarkan Islam dan membentuk dasar bagi masyarakat muslim di masa depan.
Sekali pun akhir hayat Mushab bin Umair sangat mengharukan, tetapi beliau adalah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. yang memiliki peran penting dalam menyebarkan dakwah Islam di awal-awal masa kehidupan Nabi saw. seperti yang telah disebutkan sebelumnya, akhir hayat Umair berakhir tragis dalam salah satu perang besar dalam sejarah Islam, yaitu perang Uhud.
Pada perang Uhud yang terjadi pada tahun 625 Masehi, Mushab bin Umair berada di barisan depan dengan membawa bendera Ar Rayah pasukan muslim. Saat pertempuran berlangsung, pasukan muslim awalnya mengalami keberhasilan, tetapi situasi berbalik ketika beberapa pasukan muslim melanggar perintah Nabi Muhammad saw. untuk tetap berada di posisi pertahanan mereka.
Akibatnya, pasukan muslim mengalami kebingungan dan celah di barisan pertahanan mereka dimanfaatkan oleh pasukan musuh untuk menggempur mereka dari belakang. Dalam situasi ini, Mushab bin Umair menemukan bahwa pasukannya berada dalam bahaya dan bahwa mereka mungkin kalah dalam pertempuran tersebut.
Dalam menghadapi situasi yang genting, Mushab bin Umair dengan gagah berani berteriak, “Aku adalah Mushab bin Umair! Aku pemegang panji Islam untuk kamu! Aku adalah bendera untuk kamu!” Dengan gagah beraninya Mushab bertarung seorang diri untuk melindungi bendera pasukan muslim agar tidak jatuh ke tangan musuh. Meskipun akhirnya beliau gugur sebagai syuhada di medan perang, tetapi panji Islam masih bisa dipegangnya kuat.
Ketika pertempuran berakhir, Nabi Muhammad saw. dan para sahabat mendapatkan jasad Mushab bin Umair yang telah gugur sebagai pahlawan Islam. Meskipun tubuhnya berada dalam keadaan yang mengenaskan, Nabi dengan hati yang penuh duka, merobek-robekkan kainnya sendiri dan menjadikannya kafan untuk Mushab.
Spirit Mushab bin Umair
Akhir hayat Mushab bin Umair yang penuh pengorbanan dan kesetiaan menjadi inspirasi bagi banyak umat muslim. Kisahnya mengingatkan kita tentang pentingnya keberanian, dedikasi, dan cinta kepada agama dalam menghadapi tantangan hidup. Seperti banyak sahabat lainnya, Mushab bin Umair adalah salah satu teladan yang menunjukkan bagaimana keimanan yang kuat dapat membimbing seseorang dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup dengan martabat dan ketabahan.
Hijrah sampai akhir hayat adalah gambaran kehidupan Mushab bin Umair, sebagaimana hadis dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra. dari kakeknya, ia berkata, “Aku dan Rasulullah saw. masuk kepada Mushab bin Umair ketika beliau sedang mandi janabah. Rasulullah saw. datang kepadanya lalu bersabda, ‘Mengapa aku melihat malaikat mencela Mushab?’ Mushab berkata, ‘Utangku telah lunas dan warisanku sudah kuterima, namun ada beberapa harta yang masih kusimpan hingga saat ini.’ Beliau berkata, ‘Aku berharap agar tidak ada dinar atau dirham pun yang tersisa atas Mushab.’ Lalu Rasulullah saw. menangis.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberikan gambaran tentang kesalehan dan keutamaan Mushab bin Umair, bahwa beliau telah menyelesaikan utang dan menyelesaikan urusan warisan dengan sungguh-sungguh sebelum kematiannya. Mushab bin Umair adalah sosok yang dicintai oleh Rasulullah saw. dan diberkahi oleh para malaikat. Kehidupan dan akhir hayatnya adalah contoh teladan bagi umat Islam untuk meneladani keikhlasan, dedikasi, dan ketekunan dalam beribadah dan berdakwah.
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]