Oleh: Ummu Salman
(Aktivis Dakwah)
CemerlangMedia.Com — Pada Rabiulawal, umat muslim memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., mengenang sosok teladan kehidupan, sekaligus wujud cinta terhadap beliau yang membawa risalah bagi kehidupan dunia. Oleh karenanya, mengakui kenabian Rasulullah hendaknya mengikuti syariat yang beliau bawa, mentadabburi, mengamalkan, serta memperjuangkannya. Tentu disayangkan, mengakui belau Nabi, tetapi meninggalkan syariat yang beliau diutus dengannya, tidak mengamalkannya apalagi berjuang untuk menegakkannya dalam seluruh aspek kehidupan.
Oleh karena itu, mengenang kelahiran beliau bukan sekadar seremonial saja, tetapi momentum yang menguatkan semangat perjuangan untuk menegakkan kalimat-kalimat Allah Swt.. Mengenang kelahiran beliau, menjadikan kita mengenang kembali perjuangan Nabi dan para sahabat yang tidak kenal lelah dalam berjuang sehingga tegaknya peradaban Islam yang agung nan mulia. Sekaligus pada sosok manusia yang paling berjasa dalam kehidupan dan peradaban.
Sebagai kaum muslimin hendaknya kita menjadikan beliau satu-satunya teladan dalam mengarungi kehidupan dunia di segala aspeknya. Sebagaimana firman-Nya,
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullaah itu suri tauladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari akhir dan ia banyak menyebut Allah.” (QS Al-ahzab [33]: 21).
Demikian halnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia adalah cinta yang mutlak, cinta kepada selain keduanya adalah cinta karena keduanya. Cinta kepada keluarga, tempat tinggal, usaha, dan sebagainya, haruslah karena Allah Swt. dan Rasul-Nya. Sebab, mencintai keduanya adalah wajib bagi seorang muslim. Firman Allah Swt,
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS At-Taubah: 24).
Menurut Qadhi ‘Iyadh, bukti yang paling nyata juga paling awal atas pengakuan seseorang akan cintanya kepada Rasulullaah saw. adalah meneladani beliau, mengamalkan sunah beliau, mengikuti ucapan dan perbuatan beliau, menjauhi larangan beliau, serta berusaha memiliki adab (akhlak) seperti adab (akhlak) beliau (Qadhi ‘Iyadh, Asy-Syifa bi ta’rif Huquq al-Musthafa, 2/16).
Dengan demikian, ketika seorang muslim mencintai Rasulullah, maka ia juga akan mencintai syariat yang beliau bawa, mengamalkan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul serta memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan dan keyakinan.
Ada tiga peristiwa penting pada 12 Rabiulawal, yakni momentum kelahiran Rasulullah, wafatnya beliau, serta pembaiatan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama atas kaum muslimin. Peristiwa wafatnya Rasulullah bertepatan dengan pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menggantikan beliau dalam memimpin kaum muslimin. Sistem kepemimpinan umat Islam ini tidak berhenti pasca wafatnya baginda Nabi saw..
Rasulullah bersabda,
“Bani Israil dahulu dipimpin oleh para nabi. Setiap nabi yang meninggal, ia digantikan oleh nabi berikutnya. Sungguh tidak ada lagi nabi setelah aku. Yang akan ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya.” (HR Muttafaq’alaih).
Dengan dibaiatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama kaum muslim, hal ini merupakan tonggak pertama syariat Islam dengan kepemimpinan selain Nabi, tetapi oleh seorang khalifah. Risalah kenabian telah usai, tetapi peradaban Islam tetap menaungi dunia. Kegemilangan peradaban Islam berlangsung hingga kekhalifahan terakhir, Turki Utsmani pada 1924 M.
Oleh karenanya, pada momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., hendaknya kita kembali membangkitkan semangat perjuangan menegakkan syariat Islam di seluruh aspek kehidupan sebagai wujud cinta kita kepada beliau sehingga umat Islam kembali dinaungi dengan peradaban Islam yang penuh keagungan dan kemuliaan.
Wallaahu a’lam bisshwawab [CM/NA]