Oleh: Lusi
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — PUISI
Bundaku, apa kabar
Di balik pintu kamar tampak berbinar
Seorang wanita mulia dalam balutan mukena
Menyambutku dengan pandangan pesona
Duduk bersimpuh di atas ranjang
Menanti azan berkumandang
Bundaku tersayang
Sembilan puluh dua tahun masa telah dijelang
Namun, pikun pun enggan menyentuh
Nama, peristiwa masa lalu dan kini, terangkai dengan sungguh
Demi anak cucu melek sejarah
Tatkala perjuangan hidup berbunga hikmah
Bundaku salihah
Kecintaanmu pada Ilahi begitu megah
Di tengah tugas duniawi
Bunda tak pernah lupa Ilahi
Tak pula lupa sesama
Bunda adalah inspirasiku, meski tak mampu sama
Di mana bundaku
Tiba-tiba ranjang di depanku yang kosong itu memudarkan lamunanku
Sepi hati, air mata menetes di pipi
Ya, nyatanya bundaku telah pergi
Kini telah menjadi kenangan
Mencium dan memelukmu kini hanya angan
Allah memanggil bundaku
Saat sakratulmaut menghampiri
Tertunaikan sudah salat Subuhmu
Kusentuh kulit nan dingin dan kening nan berpeluh
Air mataku terurai, talkin kuucap
Kubersimpuh meminta maafmu
Bunda mengangguk dengan tangan menengadah
Malaikat pun membawamu dengan lembut dan indah
Selamat jalan, Bunda
Kini pintu surgaku telah tiada
Ya Allah, tempatkanlah bundaku di surga
Satukanlah kami nanti di sana bersama keluarga
Bersama sedihku ada rasa bahagia menyelimuti
Sebab kuyakin, bundaku ‘tlah meraih bahagia sejati [CM/NA]