Oleh: Angesti Widadi
CemerlangMedia.Com — PUISI
Kerlipan mata itu bersinar merah
Ribuan kaki berpijak pada satu tanah
Tak terhitung berapa tangan mengepal
Membawa pedang ‘tuk hilangkan sial
Di bawah naungan langit kelabu
Terdapat amarah yang menggebu
Luapan teriakan tak terbendung
Tampak air hujan dari mega mendung
Negeri ini tak bersinar terang
Ratusan tahun diselimuti kegelapan
Seperti terkurung sesak dalam ruangan
Tak bisa mendobrak pintu peradaban
Ribuan mayat sudah tergeletak akibat tak kuasa menahan diri
Ribuan nyawa terancam punah akibat tak dipenuhi
Tuan-tuan itu merenggut semua hak dan kebutuhan kami
Tuan-tuan itu menginginkan kami semua mati
Mereka membuat kami hidup dalam kegelapan labirin
Selalu berputar-putar pada kondisi hidup yang mengenaskan
Mereka membuat kami menjadi syuhada
Mereka tak menginginkan kami merdeka
Di saat kami berjuang memancarkan cahaya
Di saat itu pula mereka memadamkannya
Mereka hanya mementingkan diri sendiri
Bahagia di atas penderitaan kami
Wahai gelap, kapankah kau menghilang?
Wahai gelap, bisakah kau panggilkan cahaya?
Kami rindu tertawa lepas tanpa sesak
Kami rindu berkelana di luar labirin
Wahai gelap, sudahilah kuasamu pada kami
Wahai gelap, lepaskan lilitan egomu
Biarkan cahaya yang menggantikanmu
Untuk menemani hidup kami [CM/NA]