Oleh. Nur Ramadhani
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
“Menurut Manda, Indah terlalu berlebihan, menangis hanya karena seorang laki-laki, yang bukan siapa-siapa. Hanya terpikat sebab godaan hawa nafsu dunia. Kenapa dia tidak mencintai Penciptanya, atau menangis karena dijauhi Penciptanya, tidakkah Indah takut.”
CemerlangMedia.Com — Menyukai ataupun mencintai adalah fitrah manusia. Tetapi, tidak bagi Amanda, remaja yang sedang dimabuk uang. Baginya, cinta itu kepalsuan, dan kebohongan belaka. Di saat teman-temannya sedang dimabuk cinta, tak bisa makan kalau tidak di suruh, seperti robot yang dipegang kendali oleh remote. Amanda justru akan tertawa paling nyaring, mentertawakan kebodohan teman-temannya.
Teman-temannya pun akan berlaku sama, menertawakan Amanda ketika mulai bercerita tentang uang. Seakan tidak ada topik lain saja, selain uang.
*****
“Woy, Man!” teriak nyaring Keyla.
Manda menoleh. Lalu, menarik sedikit sudut bibirnya. Perlahan, ia menghampiri meja makan Keyla. Lalu, ikut bergabung bersama Keyla dan teman-temannya yang lain.
“Santai! Kuping gue, gak budek kok!” Jawab Manda sambil mengambil paksa gelas Keyla yang berisi teh es.
Desi menatap heran ke arah Manda, “Lo habis ngapain, sih? Keringatan gitu.”
Indah ikut menatap wajah Manda yang biasa-biasa saja, “Emang, iya?”
“Apa-apaan sih. Gue gak keringatan!” Elak Manda sambil melanjutkan aktivitas minumnya.
Keyla melotot, pasalnya teh esnya sudah tidak tersisa lagi. “Gak sekalian gelasnya, lo makan?”
Selanjutnya tawa menggelegar dari meja makan mereka. Memang berisik, dan berisiko diusir pemilik kantin. Tapi, circel dengan nama “ADIK,” tidak peduli.
Hening, mereka asyik dengan dunia maya mereka masing-masing. Indah yang sedang asyik main handphone tiba-tiba menangis. Tangannya gemetar, seperti orang ketakutan. Desi yang melihat hal tersebut sontak panik.
“Lo, kenapa?” ucap Desi panik.
“Ada masalah keluarga?” tanya Keyla khawatir.
“Tenang Indah, smile!” perintah Desi.
“Jangan bilang ini masalah cinta,” ketus Manda. Sambil mengunyah kentang goreng milik Indah dengan santai. Berbeda dengan kedua temannya yang lain, yang sudah mulai panik dan ikut menenangkan Indah.
“Aaa! dia selingkuh!” teriak Indah kemudian.
“Kan? Gue sudah bilang! Kalian aja yang panikan!” Manda terus berkomentar.
Desi yang sudah lelah dengan Manda, langsung mendorong bahu Manda hampir terjatuh.
“Apa-apaan sih?”
Desi yang sudah tersulut emosi langsung mengeluarkan kata-kata yang dari tadi ia tahan. “Lo! Kalau gak normal, mending periksa ke dokter! Hati lo terbuat dari apa, sih? Uang, ya? Pantes! gak pernah paham derita temen sendiri!”
Keyla menepuk jidatnya, “Des, stop!”
“Lo! Mau bela si manusia aneh ini lagi? Sampai kapan?”
Manda berdiri, “Gue gak aneh! Dan satu lagi, no partner no problem, no money big problem!” ucap Manda sambil meletakkan dua lembar uang berwarna merah.
*****
Sejak kejadian itu, hubungan mereka menjadi renggang. Grup chat yang biasanya rame pun sekarang menjadi sepi. Tidak ada yang ingin memulai semuanya seperti semula lagi, sesekali Keyla mencoba, namun hasilnya malah tidak ada satupun anggota grup yang merespon. Apalagi Manda, dia malah ke luar dari grup.
Berhari-hari tanpa komunikasi bukanlah hal yang mudah bagi mereka, apalagi bagi Keyla. Dia benar-benar merindukan kehangatan pertemanan mereka dulu. Meskipun persahabatan mereka dengan Amanda dibangun atas asas manfaat, namun rasa kehilangan tetap ia rasa.
Amanda terdiam sambil menghadap ke lemari uang edisi terbaru dan juga antik di kamarnya, “Mereka lagi ngapain ya kira-kira?”
Pertanyaan itu kerap muncul, dia memang salah, tapi menurutnya perlakuan Desi yang mengata-ngatainya di kantin sekolah, lebih salah dari dirinya. Dia memang mencintai uang, tapi dia tidak buta akan perasaan teman-temannya.
Menurut Manda, Indah terlalu berlebihan, menangis hanya karena seorang laki-laki, yang bukan siapa-siapa. Hanya terpikat sebab godaan hawa nafsu dunia. Kenapa dia tidak mencintai Penciptanya, atau menangis karena dijauhi Penciptanya, tidakkah Indah takut. Manda mendesah pelan, lalu mulai bergegas bersiap pergi ke sekolah.
Bersambung[CM/NA]