Meniti Jalan Menuju Cahaya

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Sendy Aulia Putri
(Siswi SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan)

CemerlangMedia.Com — Dia Asyakila, gadis berusia 17 tahun, lahir dari keluarga yang bisa dibilang kurang mampu. Namun, itu tidak dijadikan alasan bagi Asyakila untuk berkecil hati. Asyakila memiliki tekad yang besar untuk mengubah nasibnya.

Dia merupakan siswi SMA 2 Karya Bangsa yang dikenal cukup pintar dan berbakat. Beberapa kali Asyakila mengikuti perlombaan antar sekolah dan berhasil memenangkan lomba tersebut.

Namun, karena keadaan yang kurang mendukung, Asyakila harus melepaskan kesempatan emasnya. Terkadang pada waktu yang tidak tepat, Asyakila harus menolak kesempatan yang mungkin akan membawa nasib baik pada dirinya.

Alasannya karena Asyakila harus membantu perekonomian keluarganya, apalagi ibu Asyakila sedang sakit-sakitan. Ini mengharuskan Asyakila bekerja di pasar ikan sehabis pulang sekolah. Terkadang ia juga harus meliburkan diri dan tidak ke sekolah agar bisa membantu sang ayah guna membiayai pengobatan ibunya.

Asyakila selalu percaya dan yakin pada Allah Swt.. Dia akan selalu memberikan kemudahan bagi orang yang pantang menyerah dalam kehidupan.

Namanya manusia, terkadang juga ada masanya merasa lelah. Untungnya Asyakila memiliki sahabat baik yang selalu hadir mendukung dirinya. Dia Adella, teman sekampung Asyakila. Dia juga teman sebangku di SMA 2 Karya Bangsa

Dia lahir dari keluarga terpandang di desa Kembang Mawar. Adella gadis yang manis berpipi gembul, ceria, baik, tetapi sedikit bandel.

Orang tua Adella tipe protektif, membuat Adella terkadang merasa seperti tikus kecil yang terjebak di mangkok keju yang penuh dengan jebakan tikus. Karena itu, Adella sedikit pembangkang kepada orang tuanya.

“Asya, kamu hari ini nda pergi sekolah lagi, Nak?” tanya sang ayah pada Asyakila penasaran.

Eum, nggak, Ayah. Asya ada perkerjaan di pasar pagi ini sampe sore mungkin. Jadi, Asya gak bisa sekolah dulu hari ini,” jawab Asyakila.

“Asya, kamu masih bekerja di pasar ikan itu? Bukannya Ayah sudah bilang untuk berhenti kerja di situ?” tanya sang ayah.

“Tapi, Ayah, uang dari perkerjaan di situ cukup untuk membantu biaya pengobatan Ibu,” ucap Asyakila.

“Iya, Ayah tau, tetapi Nak, Ayah ingin kamu lebih fokus pada pendidikan kamu. Untuk biaya pengobatan Ibu, biar Ayah yang selesaikan. Lagi pula, Ayah sudah mendapatkan pekerjaan baru sekarang dan penghasilannya cukup untuk membiayai keseharian kita,” ucap sang ayah memberi nasihat.

“Uhuk…uhuk….” Terdengar suara batuk sang ibu.

“Asya, benar kata Ayah, Nak. Asya lebih baik fokus belajar terlebih dahulu karena pedidikan Asya lebih penting untuk sekarang. Kamu juga nda perlu khawatir tentang Ibu, Ibu udah lumayan baikan kok sekarang, Nak,” timpal sang ibu.

“Tapi untuk sekarang, Asya masih ingin membantu Ibu dan Ayah. Soal sekolah tenang saja, Asya bisa membagi waktu untuk belajar,” ucap Asyakila meyakinkan.

Kalo itu maumu, ya, sudah, Ayah dan Ibu nda bisa memaksakan. Asalkan kamu tetap harus bisa fokus pada sekolahmu, Nak,” ucap sang ayah pasrah.

“Iyaa, Ayah, tentu aku bisa,” ucap Asyakila semangat.

Dari langit yang cerah hingga mulai menggelap, Asyakila menyelesaikan perkerjaannya. Ia pun bergegas pulang karena besok ia harus kembali bersekolah. Ada beberapa tugas sekolah yang harus segera Asykila selesaikan karena sudah meliburkan diri.

Dalam perjalanan pulang dari pasar, Asyakila merasa ada yang memanggil namanya dari kejauhan arah belakang. Asyakila merasa gugup, bulu kuduknya merinding karena jalan yang ia lalui dikenal cukup angker. Asyakila sedikit melajukan langkah kakinya.

“Asyaa… Asyakilaa… Oii bb-baka,” suara dari kejauhan.

Asyakila terhenti karena mendengar suara yang cukup khas. Asyakila menoleh ke belakang, ia sedikit gugup.

Huh, Adella ternyata,” lega Asyakila.

“Aduh, kenapa cepet banget sih, Syaa jalannya,” ucap Adella terengah.

“Hahaha, aku kira kamu setan tau. Inikan jalanan sepi, jadi ya, aku jadi takut kalo setan yang manggil. Eh, tapi untungnya kamu nyebut baka, jadinya aku tau itu kamu, mana ada setan wibu, hahaha.” Ucap Syakila sambil tertawa.

“Iih, kamu Syaa, masa aku yang spek anime gini dibilang setan,” ucap kesal Adella.

“Hahaha, udahlah, Del, ada-ada aja kamu mah. Udah diciptain sama Allah sesempurna ini, malah pengen jadi gepeng?” Asyakilla tertawa.

“Aduhh, iya deh,” ucap Adella lesu. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan pulang bersama.

“Syaa, kenapa kerja lagi? Kamu kan kemarin udah bilang mau fokus sekolah,” tanya Adella.

“Hmm, gimana yaa, Del? Kamu tau kan, kondisi ekonomi keluargaku? Aku gak tega liat Ayah. Setiap pulang kerja, terkadang sakit-sakitan. Belum lagi ibu, bilangnya lumayan baikan, padahal diam-diam sering nyimpan sakitnya sendiri. Aku gak bisa, Del. Aku gak bisa biarin keadaan orang tuaku gitu aja,” jawab Syakila sendu.

Adella memeluk Asyakila.

“Asyaa, aku ikut sedih, kamu yang kuat ya? Pokoknya, aku yakin, yang namanya Asykila, bisa ngelewatin masa-masa sulitnya,” ucap Adella semangat.

“Iya, aku Asyakila superwoman, hahaha…” keduanya tertawa.

“Eh, Adell, badanku bau ikan tau, udah lepasin pelukanmu,” ucap Asyakilla

Gak apa-apa, ini aroma duit. Besok, kamu harus traktir aku di kantin baksonya Pak Yanto,” ucap Adella semangat.

“Aduh, kayanya besok aku harus kerja lagi, jadi gak sekolah lagi deh,” canda Asyakila.

“Awas aja ya kalo gak sekolah! Aku ancurin pasar ikanmu,” ucap Adella.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan pulang sambil bercanda ria. Keduanya memang sahabat yang serasi.

Sesampainya di rumah Adella, orang tua Adella menatap tidak senang pada anaknya karena pulang terlambat.

“Adella, dari mana saja kamu? Kamu pergi ke tempat lesmu?” tanya sang ayah kesal. Adella menunduk terdiam.

“Bau apa ini?” ucap sang mama terganggu. Mama Adella mendekatinya.

“Bau amis! Adel, kamu habis dari mana?” tanya sang mama penasaran.

“Adella, jawab!” hardik ayah kesal.

“Aku sudah pergi ke tempat les, Ayah,” jawab Adella.

“Bohong!” ucap Ayah marah.

Ayah Adella benar, Adella tidak benar-benar pergi ke tempat les matematikanya. Adella memilih pergi ke tempat perkumpulan organisasi musik di sekolahnya.

Adella sudah menuruti keinginan orang tuanya untuk terus belajar, mengikuti les yang diberikan, tetapi bagaimana lagi, Adella memang lebih senang dan yakin pada bakatnya di bidang musik. Sayangnya, orang tua Adella menutup mata pada bakat yang ada Adella punya.

“Kamu masih berteman dengan anak miskin itu? Hah?” tanya sang mama kesal.

“Adella, kamu masih berteman dengan dia? Bukannya ayah…” ucapan sang ayah terpotong.

“Iyaaa, iyaa, aku bohong! Aku nggak pergi ke tempat les, aku pergi ke klub musikku, dan Asyakila, dia sahabat terbaik aku!”

“Tolong, Ma, jaga ucapan Mama. Mama selalu memandang Asyakila rendah. Memangnya salah dia miskin? Apa orang miskin itu semenj*j*kkan itu di mata mama? Mama jangan tinggi hati jadi orang!” jawab Adella dengan marah memotong ucapan sang ayah.

“Plakk”

Pukulan itu membuat Adella terdiam. Ya, ayahnya menampar pipi kanan Adella.

Pandangan Adella menggelap, air mata sudah tidak tertahan pun jatuh, Adella langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu. Kesabaran sang ayah telah habis atas suara lancang Adella pada ibunya sehingga sang ayah buta dan menampar Adella.

Keesokan harinya, Asyakila bersiap berangkat sekolah. Sebelum ke sekolah, Asyakila mampir ke rumah Adella terlebih dahulu untuk berangkat bersama. Sesampainya di depan gang rumah Adella, Asyakila bersembunyi di pepohonan dekat rumah.

Asyakila tau kalau kedua orang tua Adella tidak senang anaknya berteman dengannya. Saat Adella keluar dari kediamanya, Asyakila terkejut melihat memar di bagian pipi kanan Adella. Asyakila segera menghampirinya.

“Adell, kamu gak apa-apa? Adelll, kamu ditampar?” tanya Asyakila khawatir.

Gak, Syaa, ini make up lagi tren sekarang. Eh, aduhh, Syaa!” rintih Adella sakit karena sentuhan Asyakila pada pipinya.

Tuh, kan, make up dari mana? Dell, kamu ditampar ayah kamu lagi?” Ini bukan pertama kalinya Adella mendapat perlakuan seperti itu dari orang tuanya.

“Dell, ini salahku, aku bilang kita lebih baik tidak usah berteman sedekat ini lagi. Aku takut jadi pembawa hal buruk buat kamu, Adell,” ucap Asyakilla.

“Asyaa, udah berapa kali sih, aku bilang, temenan sama kamu itu membawa kebaikan. Justru nilai matematika aku, lebih baik pas belajar sama kamu, ditambah bisa dapet bakso Pak Yanto setiap hari di kantin,“ ucap Adella.

“Adell, kamu beneran gak apa-apa ini? Aku gak enak sama kamu,” ucap Asyakilla khawatir pada Adella.

“Udahlah, Asya, gak apa-apa, aku udah terbiasa. Kan sekalian, tamparan dari ayah buat nirusin pipi aku tau, hahaha….”Ucap Adella sambil tertawa.

Begitulah Adella. Dia anak yang kuat dan menghadapi masalah selalu dengan candaannya.

Keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, Asyakila dan Adella berpapasan dengan salah guru di sekolah mereka, Bu Nisa. Bu Nisa pun menghampiri mereka berdua.

“Pagi, Asya, Adell,” sapa Bu Nisa.

“Pagi, Bu Nisa,” jawab mereka berdua.

“Adella, pipi kamu kenapa? Kamu baik-baik aja?” tanya Bu Nisa.

“Ahh, ini Bu, Adella kemarin main sepedaan sama ponakan, eh malah jatuh karena ketabrak batu, Bu hehe…,” ucap Adella bohong.

“Ya Allah, Adella, ada-ada aja kamu. Oh iya, Asykila, kamu temui Ibu di kantor, ya, saat jam istirahat,” ucap Bu Nisa.

“Baik Bu,” jawab Asyakila.

“Ya, sudah, segera masuk ke kelas. Pelajaran akan segera dimulai,” perintah Bu Nisa.

Bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan jam Istirahat telah tiba. Anak-anak pun beramai-beramai bersorak ceria keluar kelas.

“Asyaa, aku ke kantin duluan ya, nanti bakso Pak Yanto abis. Ntar aku bilang kamu yang bayar, ya,” ucap Adella lalu pergi.

Asyakila mengangguk mengiyakan. Asyakila pun bergegas ke kantor untuk menemui Ibu Nisa. Setelah berbincang panjang lebar, Asyakila pun menyusul Adella ke kantin.

Asyakila duduk termenung di samping Adella. Adella yang melihat temannya merenung, lalu bertanya.
“Kenapa, Syaa? Kamu kena marah sama Bu Nisa?” tanya Adella.

Nggak, Dell, aman kok. Hanya saja, aku direkomendasikan untuk pertukaran pelajar keluar negeri.”

“Uhuk…,” Adella tersedak. “Apa? Kamu serius? Kamu harus terima, Syaa!” ucap Adella penuh semangat.

“Aku mau, tetapi orang tua aku gimana? Aku bingung, Del,” ucap Asyakila.

“Syaa, ini kesempatan kamu ngerubah kehidupanmu. Aku yakin, orang tuamu juga bakal ngerti. Jangan buang kesempatan emas ini, Sya,” ucap Adella memberi saran.
Asyakilla terdiam mendengar perkataan Adella

Malam di kediaaman Adella.
Pada malam itu, Adella pergi menyelinap keluar untuk tampil disebuah kafe. Adella sudah meminta izin, tetapi tidak diberi izin. Akhirnya Adella pergi dari rumah secara diam-diam.

Sayangnya, saat di pertengahan jalan, kendaraan yang ditumpangi Adella mengalami kecelakaan parah. Adella koma karena kehilangan banyak darah. Kedua orang tua Adella dan Asyakila khawatir pada kondisi Adella.

Dokter pun keluar dari ICU, memberi kabar bahwa Adella mengalami kerusakan ginjal akibat benturan saat kecelakaan. Dengan sigap Asyakila maju ke depan dan mengatakan bahwa dia bersedia memberikan satu ginjalnya untuk Adella

Orang tua Adella terkejut sekaligus berterima kasih pada Asyakila atas perngorbanan yang diberikan pada anak mereka.

Setelah 12 jam berlalu, operasi pun berhasil, Adella berhasil diselamatkan. Walaupun untuk saat ini Adella belum siuman.

Orang tua Asyakila juga turut hadir untuk menjenguk Adella. Kedua orang tua Adella sangat berterima kasih kepada orang tua Asyakila karena telah mengizinkan anak mereka memberikan satu ginjal untuk Adella.

Setelah beberapa minggu kejadian buruk itu terjadi, semuanya kembali seperti semula. Adella mulai membaik dari operasi dan mulai melakukan hobinya bermain musik.

Orang tua Adella mulai mendukung apa yang ada pada Adella sekarang. Asyakila pun melanjutkan perjalanannya ke Negeri Roma guna melakukan pertukaran pelajar.

Setelah satu tahun lamanya, akhirnya Asyakila pun menyelesaikan program pertukaran pelajar. Dia kembali ke Indonesia dan menyelesaikan satu tahun lagi bersama Adella di sekolah mereka, SMA 2 Karya Bangsa.

Setelah menyelesaikan semua pendidikan, mereka pun behasil dan sukses di bidangnya masing-masing. Asyakila menjadi manager di perusahaan terkenal yang ada di Yogyakarta, sedangkan Adella menjadi musisi terkenal. Perjalanan yang tak sia-sia.

Setiap perjalanan tidak ada yang mudah, tentu ada cobaan. Karena itulah, kita harus percaya pada kemampuan diri. Yang paling penting, kuatkan iman pada-Nya karena akan selalu ada kebaikan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *