Sampai Jumpa di Kepingan Mimpi

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rohana
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)

CemerlangMedia.Com — Di sebuah desa yang jauh dari keramaian, hiduplah seorang gadis bernama Syanna. Ia adalah anak yang gemar menulis, menuangkan segala perasaan dan pikirannya ke dalam sebuah buku.

Syanna berkulit hitam manis dan mata sipit. Selain suka menulis, Syanna juga anak yang patuh kepada orang tua serta rajin beribadah. Syanna mempunyai satu impian besar, ingin menjadi seorang penulis yang terkenal.

Setiap malam, sebelum tidur, Syanna menuliskan cita-citanya dalam sebuah buku kecil warisan dari neneknya. Nenek Syanna adalah seorang wanita bijaksana yang selalu menanamkan pentingnya usaha, doa, dan keyakinan untuk meraih apa yang diinginkan. Setiap halaman buku itu penuh dengan coretan, sketsa, dan catatan tentang harapan serta cita-citanya.

Suatu hari, saat Syanna sedang menulis di bawah pohon besar di halaman rumahnya, ibunya menghampirinya. “Apa yang kamu tulis, Nak?” tanya sang ibu dengan lembut.

“Aku sedang menulis cerita tentang seorang gadis yang ingin menjadi penulis terkenal, Bu. Seperti yang sering kita bicarakan.” Jawab Syanna sambil tersenyum.

Sang ibu mengangguk. “Kamu memang sangat berbakat, Syanna. Ibu yakin, suatu hari nanti, tulisanmu akan dikenal oleh banyak orang.” Ucapnya sambil menepuk pundak putrinya.

Syanna tersenyum kecil, tetapi di matanya terbersit sedikit keraguan.
“Tapi, Bu, kadang aku merasa sulit. Banyak orang bilang, menjadi penulis itu tidak mudah. Apa aku bisa?”

Ibunya tersenyum penuh kasih. “Tentu saja kamu bisa, Nak. Tidak ada yang mustahil jika kamu mau berusaha dan terus berdoa. Ingat pesan nenekmu, usaha dan doa adalah kunci dari segala impian.”

Syanna mengangguk pelan. “Iya, Bu. Aku akan terus berusaha,” jawabnya dengan semangat yang kembali tumbuh di hatinya.

Setiap hari, saat waktu luang, Syanna duduk di bawah pohon besar itu, menulis cerita dan puisi. Buku kecilnya adalah teman setia yang selalu menemaninya dalam perjalanan mengejar impiannya.

Pada suatu malam yang syahdu ditemani bintang-bintang dan rembulan yang bersinar terang, Syanna berbicara kepada dirinya sendiri, “Aku harus tetap percaya. Tuhan pasti memberi jalan bagi yang tidak pernah menyerah.”

Syanna sering kali memandang langit dan merenungkan impian-impiannya. Ia percaya bahwa langit yang luas itu seperti kehidupan, penuh dengan kesempatan yang belum terjamah.

Ia selalu mengingat pesan neneknya, “Kamu harus percaya pada kekuatan usahamu dan jangan lupa terus berdoa kepada Tuhan. Tidak ada yang mustahil jika kamu mau berusaha.”

Hari-hari berlalu, Syanna terus menulis dengan tekun. Ia mulai mengirimkan ceritanya ke berbagai penerbit, tetapi sering kali menerima surat penolakan.

Pada suatu sore, ia kembali menerima surat penolakan dari penerbit yang baru saja ia kirimi ceritanya. Syanna meremas surat itu dengan frustrasi. Ibunya yang melihat Syanna di depan rumah dengan wajah murung, berjalan mendekat.

“Ada apa, Syanna? Kamu terlihat sedih,” tanya ibunya dengan lembut.

Syanna menyerahkan surat itu kepada ibunya. “Penerbit ini juga menolak ceritaku, Bu. Mungkin aku memang tidak berbakat.”

Ibunya tersenyum hangat. “Jangan berkata begitu, Nak. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Lihat saja penulis-penulis hebat, mereka semua pernah mengalami penolakan. Yang penting adalah kamu tidak menyerah.”

Syanna menunduk sejenak, lalu mengangkat wajahnya lagi. “Iya, Bu, aku akan mencoba lagi. Aku tidak akan menyerah,” katanya. Kali ini dengan suara yang lebih mantap.

Pada hari-hari berikutnya, Syanna terus menulis dengan semangat yang baru. Ia membaca lebih banyak buku, mempelajari teknik-teknik menulis, dan memperbaiki ceritanya. Ketika ia merasa lelah atau putus asa, ia teringat pada kata-kata ibu dan neneknya.

Suatu hari, Syanna bertemu dengan seorang teman lama, Ani, di pasar desa. Ani tahu tentang kegemaran Syanna menulis dan bertanya, “Bagaimana kabar tulisanmu, Syanna?”

Syanna tersenyum dan menjawab, “Aku masih terus mencoba, Ani. Beberapa penerbit menolak karyaku, tapi aku tidak akan menyerah,” jawab Syanna dengan wajah sendu.

Ani mengangguk penuh semangat. “Itu semangat yang bagus! Jangan pernah menyerah, Syanna. Aku yakin suatu hari nanti, aku akan melihat namamu di sampul buku-buku terkenal.”

Mendengar dukungan dari Ani, Syanna makin termotivasi untuk terus menulis.

Seperti biasanya, Syanna kembali duduk di bawah pohon besar itu, mengambil pena dan kertasnya. Syanna mulai menulis dengan penuh semangat. Ia tahu bahwa menjadi seorang penulis terkenal tidak akan mudah, tetapi ia yakin bahwa usahanya tidak akan sia-sia.

Waktu berlalu dan pada suatu hari, Syanna menerima sebuah surat dari salah satu penerbit besar. Ia membuka surat itu dengan jantung berdebar-debar.

“Bu, lihat ini!” teriak Syanna dengan mata berbinar. “Penerbit besar ini tertarik dengan karyaku!”

Ibunya mendekat dan membaca surat itu. “Syanna, ini luar biasa! Ibu sangat bangga padamu!” Syanna memeluk ibunya dengan erat. “Terima kasih, Bu, atas dukungan dan doanya. Aku tidak akan bisa sejauh ini tanpa Ibu.”

Tidak lama kemudian, buku pertama Syanna dengan judul “Sampai Jumpa di Kepingan Mimpi” diterbitkan dan diterima dengan hangat oleh pembaca. Karyanya mulai dikenal dan dipuji oleh banyak orang. Syanna merasa sangat bersyukur dan bahagia karena impiannya yang dahulu terasa jauh, kini mulai terwujud.

Syanna terus menulis dan menginspirasi orang lain dengan kisah-kisahnya. Setiap kali melihat pembaca tersenyum atau terharu dengan karyanya, ia merasa sangat puas. Ia menyadari bahwa impian bisa menjadi kenyataan dengan usaha yang sungguh-sungguh, doa yang tulus, dan keyakinan yang kuat.

Syanna mulai berkeliling ke berbagai kota, mengadakan diskusi dan pertemuan dengan para pembacanya. Ia berbagi kisah tentang perjalanan hidupnya tentang bagaimana ia berusaha mengatasi rintangan dan terus bergerak maju meskipun sering kali merasa lelah.

Ia selalu mengatakan kepada mereka, “Jangan pernah takut bermimpi karena impian adalah awal dari semua yang bisa kita capai. Teruslah berusaha, berdoa, dan percayalah bahwa Tuhan akan memberikan jalan terbaik.”

Seiring waktu, Syanna menjadi seorang penulis yang terkenal. Namun, ia tetap rendah hati dan selalu ingat dari mana ia berasal.

Syanna tahu bahwa setiap langkah yang telah ia tempuh adalah bagian dari rencana Tuhan untuk dirinya. Ia merasa beruntung bisa menginspirasi banyak orang dan membantu mereka untuk terus berjuang meraih mimpi mereka.

Selain menulis, Syanna juga mendirikan perpustakaan di kota besar, yang ia beri nama “Kepingan Mimpi.” Di perpustakaan itu, ia menyimpan buku-bukunya dan membuka ruang bagi siapa saja yang ingin membaca dan belajar. Ia berharap, perpustakaan itu bisa menjadi tempat bagi banyak orang untuk menemukan inspirasi dan meraih impian mereka.

Syanna menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan keyakinan. Setiap kali ia menulis, ia merasa seperti sedang melukis masa depannya sendiri. Dan di setiap akhir cerita, ia selalu menuliskan pesan kecil, “Sampai jumpa di kepingan mimpi” sebagai pengingat bahwa impian adalah jembatan menuju masa depan yang indah dan setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil.

Ia terus mengingatkan dirinya dan orang lain untuk selalu rendah hati setelah meraih kesuksesan karena sejatinya, kesuksesan adalah kemampuan untuk berbagi dan memberi manfaat kepada sesama. Dengan hati yang penuh syukur, Syanna berharap bisa terus menulis dan menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *