Ujianku Sangat Berat, Harus Bagaimana?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Hanimatul Umah
(Peserta Kelas Menulis Opini CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Waktu berlalu dengan cepat, jarum menit menunjukkan di angka satu, jarum pendek di angka 6. Sambil beberes dapur kupegang gawaiku sambil melihat pesan di grup yang sudah bermunculan tanda presensi peserta. Aku ketik namaku dan kata SIAP, tanda aku sudah siap mengikuti ujian.

Azan Maghrib berkumandang, aku bergegas mengambil air wudu untuk salat. Seperti biasanya, kegiatan selanjutnya tadarus dan lanjut menyiapkan makan malam untuk keluargaku. Masakan habis, aku pun dengan gercep goreng bahan makanan yang ada. Singkat waktu, makanan sudah siap disantap, tersisa sedikit lauk untuk anak yang belum pulang kerja.

Alhamdulillah, tenang dan senang tugas domestik terselesaikan. Sambil memegang ponselku, aku kembali melihat pesan. Ada perintah japri ke mentor guru dengan kata bismillah saya siap. Langsung dibalas 5 poin soal. Wuih… Membaca soal bergumam dalam hati, keren banget kalau fast respon begini.

Akan tetapi, ini soal bikin aku bingung mau diapakan. Perintahnya buat analisa, soalnya agak aneh. Kubaca berulangkali, aku coba ketik jawaban, kuhapus lagi, kayaknya beda jawabannya sebab soalnya beda juga. Duh, bagaimana ini? Aku nggak mau banyak waktu hanya untuk bertanya ke salah satu teman.

Azan kembali berkumandang tanda tiba salat Isya. Beberapa menit berlalu, aku izin ke mentorku, Mbak Vo, untuk salat. Pastinya berdoa bisa menyelesaikan ujian akhirku. Kembali kupegang gawaiku, aku kerjakan soal nomor satu entah jawabannya yang benar seperti apa, aku terus mengetik sembari melihat pukul delapan kurang seperempat.

Lanjut soal nomor dua, aku ketik sesuai pikiranku sambil berkata dalam hatiku, ini soal kenapa nggak sesuai materi kemarin ya? Ah, sebelumnya kubaca di grup kalau soal masing-masing bukan dengan merangkai atau menabur, eh kayak bunga aja, yak. Oh, berarti soal nomor 1-5 beda juga analisanya.

Ya sudah, selanjutnya soal nomor 3, ini tersulit bagiku. Sempat aku kosongkan dan lanjut ketik nomor 4, sebisaku, semampuku, kujawab kalimat demi kalimat. Bergumam terus dalam hati, “Ini kok soal kayak frasa atau apa sih, maksudnya kurang mengerti, apalagi jawabannya blas nggak mudeng. Kacau!

Mungkin aku akan jawab soal-soal itu dengan story versi aku, “Tidak terburu-buru untuk memahami maksudku, cukup dengarkan aku dengan teliti dan bijaksana agar tidak salah paham yang akhirnya salah mengambil keputusan.”

Harus menganalisa kalimat di atas seperti apa, nggak mumet ta? Hampir aku kosongkan semua, tetapi aku tak boleh menyerah begitu saja.

Kucari posisi yang nyaman, bangun dari duduk menuju kamar. Kututup rapat pintu kamarku sambil lanjut soal nomor 5. Wah, ini sih sudah agak terbiasa nemu soal yang begini, juga semampuku menganalisis karena waktu hampir satu jam sesuai kesepakatan waktu ujian. Masih kurang beberapa menit, terjawab soal di poin ini.

Scroll ke atas, lanjut mengetik jawaban nomor 3. Tok… tok… suara pintu kamarku. “Ya, ada apa mbak?” Kujawab dari dalam kamar, dibukalah pintu oleh anakku yang baru pulang ngajar, “Mak, nasi habis, lauk dikit. Kakak makan apa?” Sontak aku bangun dari duduk. Biasanya si kakak beli di perjalanan pulang, ini tumben, maunya masakan mamanya. Apa sedang berhemat dalam hatiku.

Kusuruh anak kedua membeli makanan di gang ketiga belakang rumah. Dengan gercep ia pun membeli sebungkus nasi. Alhamdulillah, lega hatiku. Walau sempat tersendat nulis jawaban paling sulit sedunia, yakni soal nomor 3. Daripada kosong, aku jawab juga, meskipun salah tak apalah. Ingat sekolah, kalau jawab akan dapat poin 1 hehe. Masih bisa tersenyum di sela pusing kepala, ditambah gigi geraham bawah goyang terus. Nikmat rasanya, senut-senut.

Waktu begitu cepat berlalu, satu jam terasa kurang. Belum ada aba-aba habis waktu, tetapi merasa sudah waktunya limit. Kukirimkan jawaban kelima soal tadi. Kling! Di bawah kuketik, pusiiiing, nyeraah…Dalam hati berkata sabar, Mak, sudah bukan saatnya kau emosi.

Curhatlah kepada yang bersangkutan, hahaha. Pusing, bingung, bercampur sakit gigi, kayak adonan kue keluar dari oven, berharap jangan bantat hasilnya.

Ujianku begitu berat, kamu harus kuat mak! Semangat dalam hati, jangan menyerah. Ini hanya ujian bukan kutukan. Apa lagi ujian soal dari cikgu @Fawatifu Syuara. Ujian hidup seorang hamba dari Sang Pencipta harus disikapi dengan sabar. Bersabar dari semua ujian pasti ada hikmahnya, Allah mencintai orang yang bersabar. Bersabarlah dengan kesabaran yang baik!

Mintalah kepada Allah dengan sabar dan salat. Dalam kehidupan, semua manusia diuji, mana yang sabar dan tidak. Luar biasa malam itu (1-8-2023) malam yang bersejarah bagi peserta ujian khusus bagiku. Sangat menguras energiku. Alhamdulillah, perut sudah terisi nutrisi, kalau tidak, bisa masuk angin.

Hujan chat di grup begitu deras, para peserta mengungkap dan menceritakan apa yang mereka alami sewaktu ujian. Guru sudah siap diserang, heboh, dan inilah serunya kebersamaan kami, circle takwa yang kita cari, senyum bahagia menanti setelah bersakit-sakit kepala, tertawa kemudian. Masyaallah bahagia ini sungguh sederhana, hanya milik orang yang berjiwa takwa. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *