Wanita Tangguh Itu Bernama Zera

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rihana El Lova
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com

CemerlangMedia.Com, TULISAN INSPPIRATIF — Zera bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji yang sangat fantastis. Baru dua tahun bekerja, ia sudah mampu membeli rumah di kompleks perumahan sederhana. Rumah yang bisa ditempati oleh Zera bersama suami dan keempat anaknya, serta mertuanya.

Bukan tanpa alasan ia kembali bekerja. Bahtera rumah tangganya hampir karam. Beberapa kali berada di ujung tanduk. Zera tidak menyangka, di kala niatnya bulat untuk menjadi ibu rumah tangga dan aktif mengikuti tahsin dan kajian pekanan secara rutin, ia mendapatkan kenyataan pahit dalam rumah tangganya. Suami yang ia percayai menikah lagi dengan teman SMA-nya. Reuni yang diikuti oleh suaminya ternyata membawa malapetaka bagi rumah tangga mereka.

Pernikahan suaminya itu diketahui saat Zera hamil anak keempat. Kala itu Zera memantapkan pilihan untuk menjadi ibu rumah tangga full time. Zera tidak lagi ingin berkarir di luar rumah walaupun gajinya jauh lebih besar daripada suaminya saat itu. Ia rasa cukup dengan pencapaiannya, membeli dua rumah, bisnis suaminya bagus, serta mertua yang selalu mendukungnya.

Namun, ujian datang tanpa diduga. Suaminya, Rian menikah lagi. Parahnya lagi, pernikahan Rian direstui oleh ibunya. Mertua yang selama ini tinggal bersamanya dan selalu bersikap baik terhadap Zera ternyata tega ikut membohongi Zera.

“Izinin saja, Neng, toh Rian lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu,” ujar mertua Zera mengiba.

Zera bukan menolak syariat poligami, tetapi yang sangat ia khawatirkan adalah kemampuan suaminya. Selama ini, Zeralah yang lebih banyak men-support perekonomian keluarga. Rumah, mobil, dan kebutuhan sehari-hari, 80% adalah dari penghasilan Zera. Jadi, bagaimana mungkin Rian bisa menghidupi dua rumah tangga, sedangkan satu rumah tangga saja Rian sudah kelimpungan? Terlebih, Zera telah berhenti bekerja, otomatis pendapatan hanya dari Rian semata.

Mata dan hati Zera memanas. Ia tidak pernah menduga, keputusannya resign dari pekerjaan dan ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak harus begini keadaannya. Bayangannya dahulu, ia banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak dengan bahagia. Namun, ternyata malah mempertontonkan ketidakharmonisan hubungan dalam rumah tangga.

Bayangannya dahulu, ia akan tertawa mendengarkan cerita anak-anak setelah mereka pulang sekolah. Namun nyatanya, anak-anak selalu menyaksikan ibunya menangis saat mereka pulang sekolah.

Bayangannya dahulu, ia seperti ibu-ibu di kompleks perumahannya, sibuk antar jemput anak-anak sekolah. Namun nyatanya, ia bolak-balik ke rumah sakit karena sering drop, terlebih dalam keadaan hamil muda yang membuatnya makin payah menjalani hari.

Tidak hanya itu, kelahiran anak keempatnya tidak membuat kehidupan lebih baik berpihak kepadanya. Empat bulan setelah anaknya lahir, suaminya pun berada dalam kebangkrutan, usahanya hancur, utang di mana-mana.

Rumah yang Zera tempati hasil kerjanya dahulu terpaksa dijual untuk menutupi utang dan kebutuhan hidup. Akhirnya, Zera pun menyerah dengan keadaannya waktu itu. Zera menggugat cerai suaminya. Zera meminta suaminya untuk tinggal bersama istri barunya saja.

Berkali-kali Zera meminta cerai kepada suaminya, tetapi suaminya bergeming. Akhirnya, ia sendiri yang menggugat cerai suaminya. Zera pergi ke pengadilan agama dan melengkapi berkas gugatan. Rian hanya pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa.

Mereka melewati hari-hari gelap di rumah petakan kecil. Rian menyewa tempat itu untuk berteduh karena rumahnya sudah laku terjual. Tidak ada lagi canda tawa di sana, yang ada hanya tangisan Zera yang meratapi nasibnya. Namun begitu, Rian tetap berusaha menjalani bisnis kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Modalnya ia dapatkan dari hasil menjual rumah yang tersisa.

Pendapatan Rian hanya cukup untuk makan saja. Rian sebulan penuh pulang ke rumah Zera. Zera pun bertanya-tanya mengapa akhir-akhir ini Rian tidak pernah mengunjungi rumah istri barunya. Rian tersenyum tipis dan menjawab, “Sekalipun tidak pernah dikunjungi, ia tidak akan pernah meminta cerai.”

Mendengar jawaban Rian, Zera merasa terusik. Ia pun menyadari, selama suaminya bangkrut dan menjalani usaha kecil-kecilan, pendapatannya selalu masuk ke dalam kantong Zera. Zera bahkan tidak tahu, bagaimana selama ini Rian menafkahi istri keduanya tersebut.

Walaupun berkali-kali Rian menjelaskan bahwa istri keduanya tersebut hanya butuh status pernikahan bukan nafkahnya, tetapi Zera tetap tidak percaya kepada omongan Rian. Zera tetap menuding Rian telah mengkhianatinya.

Namun, berkat kegigihan Rian mempertahankan rumah tangganya dan janji Rian untuk selalu bersama Zera, akhirnya Zera luluh. Zera mencabut gugatan cerai terhadap suaminya. Keluarga tersebut kembali bersatu utuh.

Setelah mencabut gugatan cerai, Zera meminta izin kepada Rian untuk kembali bekerja. Rian menyetujuinya. Pengasuhan anak-anak seperti saat dahulu Zera bekerja, anak-anak ditinggal bersama neneknya. Terlebih sekarang waktu Rian kebanyakan kosong, jadi lebih banyak mengurus anak-anak di rumah.

Biaya sekolah sangat mahal, itulah sebabnya Zera memutuskan untuk kembali bekerja. Apalagi usaha Rian masih belum pulih seperti dahulu. Zera kembali memupuk rasa percaya dirinya untuk bekerja dan meniti karir di luar rumah. Sedihnya, ia terpaksa harus berhenti mengikuti kelas tahsin, tetapi ia masih bisa mengikuti kajian rutin pekanan pada Sabtu dan Ahad.

Kini Zera kembali bekerja. Pikirannya tidak hanya terpaku pada kondisi rumah tangganya. Banyak hal yang harus ia pikirkan sekarang. Deadline kerjaan dan lain sebagainya mampu mengalihkan perhatian Zera dari masalah rumah tangganya. Ia seolah kembali merayap untuk hidup “layak”. Beruntung ia sudah memahami qada dan qadar Allah bahwa rezeki telah diatur oleh Sang Kuasa.

Kewajiban seorang ibu tetap ia kerjakan sebisanya, sebagai seorang muslimah pun ia tetap berusaha komitmen dalam menjalankan syariat dan menuntut ilmu. Di tempat kerja, Zera sering mengajak teman-temannya untuk menghadiri kajian pada Sabtu dan Ahad.

Zera kembali ceria, badannya pun berangsur terisi, tidak kurus kering seperti dahulu. Pikirannya makin terbuka dan berusaha menjalani hidup dengan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ia pun makin rajin menghadiri kajian. Tidak hanya itu, teman sekantornya makin banyak yang diajak ke kajian.

Kini Zera mempunyai circle pertemanan yang baik, mempunyai kebiasaan amar makruf nahi mungkar yang kuat. Walaupun kembali menjadi wanita karir, tetapi kewajiban berdakwah dan menuntut ilmu tetap dikerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Hal yang sangat disyukuri, Zera bisa menekan egonya untuk tunduk kepada Allah Subhanahu wa Taala di saat menjalani gelapnya hidup. Ia pun bersyukur, mampu menyelamatkan bahtera rumah tangganya. Zera bisa menerima kenyataan dirinya di madu dengan nafkah seadanya dari Rian. Setidaknya dari itu semua, anak-anaknya berada dalam pengasuhan utuh orang tuanya, bukan menjadi anak broken home.

Kini Zera hanya fokus bagaimana memainkan perannya sebagai seorang istri dan ibu. Ia tidak lagi peduli dengan omongan orang lain bahwa wanita muda yang mempunyai karir cemerlang dimadu oleh suaminya. Zera hidup hanya mencari rida Allah Taala. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *