Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com
Penyadaran harus dilakukan dengan pembinaan (pendidikan ideologis). Kaum muslim harus menyadari bahwa penjajahan Isra3l terhadap Gaza hanya bisa dilawan tatkala umat Islam bersatu dalam institusi negara yang mampu melindungi umat Islam seluruhnya.
CemerlangMedia.Com — Gaza hari ini adalah cerminan ujian persatuan umat Islam. Seruan “Aynal Muslimun” tidak hanya memanggil rasa kemanusiaan kaum muslim. Lebih dari itu, seruan tersebut juga menggugat komitmen kaum muslim terhadap persaudaraan, tanggung jawab, dan nilai keadilan.
Gaza, lebih dari satu tahun kini menjadi medan derita yang tidak kunjung usai. Pertanyaan aynal muslimun (ke mana kaum muslimin) bukanlah seruan keputusasaan, melainkan pengingat keras bagi insan yang mengaku muslim untuk segera bertindak nyata membela saudara-saudaranya di Gaza.
Hingga saat ini, korban tewas telah mencapai sedikitnya 43.922 orang dalam 13 bulan genosida yang dilakukan Isra3l di Gaza. Sementara itu, jumlah korban luka kurang lebih 103.898 orang (detikNews.com, 19-11-2024).
Lebih jauh, angka kematian anak di Gaza, Palestina imbas serangan Isra3l sangat mencengangkan. Isra3l membunuh setidaknya 67 anak Palestina setiap hari di tengah genosida yang dilakukannya. Hal ini diungkapkan oleh Pejabat Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Louise Wateridge kepada Al Jazeera. Hal ini akan makin memburuk, sebab tidak ada tanda-tanda akan berakhir (CNN.indonesia, 10-11-2024).
Wajar saja aynal muslimun menggema, sebab warga Gaza merasa berjuang sendiri mempertahankan tanah kaum muslimin seluruh dunia. Kaum muslimin seolah hanya menjadikan penderitaan rakyat Gaza sebagai tontonan tanpa bisa berbuat apa-apa untuk saudara dan tanahnya.
Langkah Nyata, Angkat Senjata
Menghadapi genosida Isra3l terhadap Palestina memerlukan langkah nyata berupa pengerahan pasukan militer oleh negara-negara muslim. Hal ini dilakukan bukan hanya sekadar langkah politik, melainkan kewajiban moral dan agama untuk membela dan melindungi saudara seiman.
Langkah ini menjadi penting, sebab dapat melindungi saudara muslim di Palestina secara langsung serta dapat menekan Isra3l untuk menghentikan agresinya. Oleh karenanya, umat Islam harus mendesak pemimpin-pemimpin mereka untuk segera mengirim pasukan terbaiknya ke bumi Palestina dan meninggalkan retorika kosong seperti yang selama ini dilakukan.
Walaupun opini atau narasi juga penting dilakukan untuk membentuk opini umum, tetapi pada level negara seharusnya bisa melakukan hal yang lebih dari sekadar membentuk opini berupa kecaman atau kutukan. Kecaman atau kutukan itu sepatutnya dilakukan oleh tingkat individu atau kelompok masyarakat saja yang mempunyai keterbatasan usaha dalam membela Palestina.
Lemahnya kutukan dan kecaman verbal, sebab Isra3l telah mendominasi dalam sistem internasional. Isra3l, walaupun jumlahnya notabene jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kaum muslimin di dunia, tetapi ditopang oleh kekuatan besar Amerika Serikat yang mempunyai hak veto di dewan keamanan PBB. Hal inilah yang menyebabkan resolusi internasional sering kali mandek atau tidak diterapkan.
Oleh karenanya, pengiriman militer adalah kewajiban strategis kaum muslimin, terutama negara-negara muslim yang memiliki kekuatan militer yang signifikan, misalnya Turki yang memiliki salah satu angkatan udara terkuat di dunia dengan pengalaman operasi lintas batas. Ada pula Pakistan yang memiliki pasukan tentara besar dan terlatih serta mempunyai nuklir.
Begitu pun Mesir dan Yordania. Kedua negara ini berbatasan langsung dengan Palestina. Mereka mempunyai kekuatan untuk membuka front darat. Jika negara-negara ini bersatu, Isra3l tidak akan mampu menghadapi tekanan militer multi-front.
Nasionalisme Melemahkan Perjuangan
Negara-negara muslim bukanlah negara yang lemah. Sejatinya mereka mampu melawan kekuatan Zionis Isra3l dan menjawab seruan “Aynal Muslimun”. Namun, kekuatan mereka terbajak oleh nasionalisme, ideologi yang mengamputasi solidaritas kaum muslimin terhadap saudaranya.
Alhasil, Palestina yang menjadi bagian dari wilayah kaum muslimin, bahkan pernah menjadi kiblat kaum muslim kini dibiarkan sendirian tanpa pembelaan dan perlindungan dari kekuatan kaum muslim lainnya. Lebih jauh, nasionalisme menyebabkan negeri-negeri kaum muslim lebih mementingkan urusan dalam negeri daripada urusan umat secara keseluruhan.
Nasionalisme telah nyata dijadikan sebagai alat untuk memecah persatuan kaum muslim seluruh dunia sehingga umat Islam lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini menjadi peluang bagi Isra3l untuk makin membabi buta menggempur Gaza tanpa adanya kekuatan umat Islam yang bersatu untuk melawannya.
Adanya nasionalisme ini pula, negeri-negeri muslim yang mempunyai kekuatan militer tidak merasa mempunyai kewajiban untuk membela saudaranya di Palestina, contohnya Mesir. Walaupun berbatasan langsung dengan Palestina, tetapi lebih memilih untuk menjaga stabilitas dan keamanan negerinya daripada terlibat dalam konflik militer melawan Isra3l.
Sungguh, racun nasionalisme menjadi penghalang utama terbentuknya kekuatan global untuk melawan penjajahan, termasuk genosida oleh Isra3l. Ideologi ini mencabik negeri muslim menjadi entitas-entitas kecil yang tercerai-berai.
Oleh karena itu, selama nasionalisme bersemayam di dalam pemahaman kaum muslim, selama itu pula keterpurukan kaum muslim terjadi. Kaum muslim tidak akan mampu menjawab seruan “Aynal Muslimun”, sebab terhalang tembok besar nasionalisme yang lahir dari mabda kapitalisme sekularisme.
Di samping itu, beberapa negeri muslim telah menormalisasi hubungannya dengan Isra3l. Hal ini menjadi penyebab lemahnya solidaritas di antara kaum muslim. Kerja sama dengan Isra3l seolah melegalisasi tindakan Zionis untuk membantai saudaranya di Palestina.
Hal ini menjadikan dukungan kepada Palestina makin sedikit di kancah internasional. Isra3l paham betul bahwa ikatan hubungan bilateral dengan negeri-negeri muslim dapat memasung kekuatan umat Islam. Zionis pun memanfaatkannya untuk membantai umat Islam di Palestina.
Menghimpun Kekuatan Kaum Muslimin
Jeritan “Aynal Muslimun” dari Gaza menyayat hati kaum muslim seluruh dunia. Untuk itu, sudah saatnya kaum muslim menghimpun kekuatan untuk melawan Zionis Isra3l dan membebaskan Palestina dari kebiadaban Yahudi laknatullah alaihi.
Umat Islam harus disadarkan bahwa penderitaan Gaza merupakan penderitaan umat Islam secara global, sebab kaum muslim ibarat satu tubuh yang jika satu bagian sakit, maka bagian lainnya akan merasakan sakit pula. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)
Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685).
Penyadaran ini bisa dilakukan dengan pembinaan (pendidikan ideologis). Kaum muslim harus menyadari bahwa penjajahan Isra3l terhadap Gaza hanya bisa dilawan tatkala umat Islam bersatu dalam institusi negara yang mampu melindungi umat Islam seluruhnya. Institusi negara tersebut mampu memobilisasi militer untuk membebaskan wilayah Islam yang sedang dijajah, termasuk Gaza, Palestina.
Selain itu, umat Islam juga harus membuang jauh pemahaman Barat yang mengkhianati persatuan kaum muslimin, seperti nasionalisme, demokrasi, sekularisme yang merontokkan perasaan kaum muslim akan rasa kesatuan global yang didasarkan pada akidah Islam. Pemikiran-pemikiran inilah yang melemahkan kekuatan umat sehingga tidak mampu bergerak melawan Isra3l.
Dengan demikian, saatnya umat Islam menerobos nasionalisme dan menghimpun kekuatan untuk melawan Isra3l. Kekuatan yang didasarkan pada seruan jihad, sebagaimana perintah Allah Swt. untuk mempertahankan tanah di bumi Palestina.
٣٩اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌۙ
“Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS Al Hajj: 39).
Khatimah
Urgensi untuk membentuk kekuatan global melalui institusi negara Islam saat ini sudah sangat mendesak. Hal ini disebabkan karena satu-satunya cara untuk melindungi kaum muslimin dari segala bentuk penyiksaan adalah dengan berdaulat penuh terhadap diri sendiri, yakni kembali mempunyai wilayah sendiri dan menerapkan hukum-hukum Islam secara kafah di wilayah tersebut dan tidak tercerai berai, tidak dipimpin oleh penguasa yang menjadi boneka-boneka musuh Islam.
Dengan begitu, pertanyaan “Aynal Muslimun” akan terjawab dengan lantang jika umat Islam berada dalam satu kepemimpinan serta sistem pemerintahan yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadis. Umat Islam akan senantiasa terjaga kehormatan dan segenap jiwa raganya dalam sebuah sistem negara Islam. Wallahu a’lam. [CM/NA]