Oleh: Irsad Syamsul Ainun
Creative Design CemerlangMedia.Com
CemerlangMedia.Com — Refleksi akhir tahun. Sudah berapa banyak buku yang tuntas terbaca? Berapa surah yang dihafal? Berapa agenda dakwah yang terlaksana? Rasa-rasanya, banyak hal yang terbuang sia-sia. Apalagi di sepanjang September—Desember.
Menyesal, marah, kecewa, semua jadi satu. Bukan marah kepada orang lain, tetapi lebih kepada diri sendiri. Entah apa yang salah dengan plan tahun ini. Hanya karena segelintir ucapan membuat hati patah berkeping-keping. Sempat berpikir, bahkan pemikiran ini memenuhi seluruh ruang otak dan hati sepanjang Desember ini. Ya, fase ingin menyudahi semua lembaran ini.
Lembaran yang seolah tidak pernah habis ceritanya. Panjang sekali. Rasanya seperti rel yang harus dilewati. Mendiamkan hampir semua orang, menjauhi, bahkan juga memutuskan untuk tidak menyapa sama sekali. Hadir dalam setiap pertemuan tanpa senyum, canda, dan tawa. Semua dilalui dengan perasaan hambar.
Ah, sudahlah, sepertinya memang tak pantas berada di jalan ini. Mereka hanya butuh di saat ada mau. Ucapan itu terus terngiang, lalu menguasai seluruh kesadaran.
Akan tetapi, makin membayangkan bagaimana cara mengucapkan untuk melepaskan diri dari perkumpulan ini, hati ini makin tidak karuan. Fase perjalanan ibadah seolah terseok-seok. Ingin segera mencapai garis finish, tetapi lagi-lagi terpelanting jauh tak terarah.
Ya Rabb… Bisakah melupakan segala fase saat ini agar bisa kembali seperti sediakala. Menjadi sosok yang tak pantang menyerah, kembali pada fase yang selalu optimis. Apa pun tantangannya, diri ini ingin menjadi pribadi yang menjadi ahli surga-Mu. Bimbing hati dan langkah ini agar selalu berada dalam genggaman-Mu.
Pada akhirnya, diri ini dihadapkan pada persoalan yang butuh kerja ekstra. Bahkan, menurut pakar parenting, setiap orang memiliki waktu 24 jam nonstop. Namun, jam tersebut bisa berbeda jauh dengan waktu kerja setiap ibu. Ya, inilah babak baru dalam hidupku, menjadi bagian ibu asuh.
Hampir dua pekan diri ini sibuk, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali bersama bocil yang usianya belum genap enam bulan. Tidak terbayang bagaimana rasanya menjadi ibu beneran. Kadang harus mandi sebelum salat Subuh agar tak telat ke mana-mana. Walaupun perkara mandi ini sudah menjadi kebiasaan.
Akan tetapi, entahlah, ternyata memang butuh skil khusus dalam mengolah waktu. Sekarang sadar bahwa mungkin selama fase futur, diri ini terlalu sibuk menata luka. Sibuk menata keping-keping hati yang dalam genggaman-Nya sampai terlupa betapa berharganya sebuah perkumpulan.
Lupa bahwa ada sahabat taat yang menunggu untuk terus berkarya dan terus menebar manfaat. Kini makin mengerti bahwa kadang kala ketika kita dipertemukan dengan luka adalah agar bisa kembali. Kembali pada-Nya yang Maha Memenuhi janji. Sakit memang ketika terluka terus-menerus, apalagi tanpa obat yang tepat. Sementara obat mujarabnya bukan pada manusia, tetapi pada-Nya, Sang Pemilik jiwa raga. Saat jalan kita tak lagi terarah, kembalilah pada-Nya!
Mimika, 27 Desember 2024 [CM/NA]