Oleh: Syifa, S.E.
CemerlangMedia.Com — Berbagai seruan muncul di kanal sosial media untuk memboikot produk yang terafiliasi dengan Isr*el. Hal ini terjadi karena masifnya serangan Isr*el terhadap P4lestina. Seruan boikot datang dari berbagai negara, di antaranya Indonesia, Malaysia, Kuwait, Maroko, Mesir dan Yordania.
Pemboikotan produk Isr*el menyasar pada produk andalan mereka, seperti KFC, Starbucks, Pepsico, Netflix, Walt Disney, dan masih banyak lagi. Walhasil, berbagai respons datang dari perusahaan yang menjadi sasaran boikot. Mereka mulai ketar-ketir dikarenakan boikot ini memberikan dampak negatif, yakni menurunkan minat para pelanggan terhadap produk mereka.
Apa Itu Boikot?
Secara singkat, makna boikot kerap kali didefinisikan sebagai sebuah tindakan atau strategi yang dilakukan individu atau kelompok untuk mengekspresikan ketidaksetujuan atau protes terhadap suatu entitas, seperti perusahaan, produk, atau layanan individu dengan cara sengaja menghindari terlibat secara aktif dengan entitas tersebut. Jadi, boikot terhadap produk Isr*el adalah tindakan untuk tidak memanfaatkan produk tersebut dalam berbagai kebutuhan karena kebencian terhadap Isr*el.
Aksi ini turut membuat para pakar memberikan komentarnya, seperti yang dilansir dari detik.com (17-3-2024). Pengajar Komunikasi Pemasaran di London School of Public Relations Safaruddin Husada mengatakan bahwa aksi boikot ini merupakan kesempatan bagus bagi brand lokal untuk leluasa mengomunikasikan keunggulan produknya. “Sebenarnya momen boikot ini merupakan momen yang pas bagi merek lokal untuk menunjukkan ke publik kalau mereka berdiri di sisi yang benar, tidak memiliki keterkaitan apa pun yang sifatnya bisa melanggengkan penjajahan Isr*el atas P4lestina,” kata Safaruddin.
Ternyata aksi boikot ini memberikan alarm kekhawatiran terhadap Isr*el sehingga membuat Perdana Menteri Isr*el Netanyahu langsung mengeluarkan misi prioritasnya, yaitu penanggulangan gerakan boikot, divestasi, dan saksi. Dampak lain di balik aksi ini adalah ribuan karyawan di Isr*el akan kehilangan pekerjaannya.
Laporan lama dari Al-Jazeera pada 2018, gerakan boikot berpotensi menimbulkan kerugian hingga USS 11,5 M atau sekitar 180.48 T. Tidak mau disudutkan oleh dunia, Perdana Menteri Isr*el membantah soal kerugian tersebut. Netanyahu mengatakan, apabila ini terjadi, maka akan menambah penderitaan rakyat P4lestina, bukan menguranginya (CBCN, 03-12-2023).
Menanggapi aksi boikot ini, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, “Hal tersebut dikembalikan kepada masyarakat, kalau itu membantu, ya, silakan saja,” (CNN, 09-11-2023). Selain itu, dia juga menegaskan bahwa sikap pemerintah masih terus mengecam terhadap serangan tersebut. Dalam waktu dekat, pemerintah akan melakukan pertemuan dengan Presiden AS untuk meminta sikap tegas Barat dalam konflik P4lestina—Isr*el.
Di lain kesempatan, yakni di kanal YouTube Najwa Shihab pada (04-4-2024), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi memberikan pernyataan saat ditanya tentang aksi boikot produk yang dikaitkan dengan situasi P4lestina. Pernyataan yang ia lontarkan ialah bahwa Indonesia telah maksimal dan sudah mentok melakukan berbagai upaya dalam membela P4lestina. Artinya, aksi boikot produk tersebut sudah merupakan aksi mentok yang paling maksimal menurutnya.
P4lestina Tidak Butuh Kecaman
Pernyataan Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri tentang aksi boikot produk Isr*el sekiranya menggambarkan dan menjelaskan sikap mereka yang sebenarnya terkait P4lestina. Sekaligus mengukur sejauh mana taraf kepedulian dan usaha maksimal yang telah dilakukan untuk muslim P4lestina.
Sejatinya, penguasa negeri ini mengambil posisi berada di tengah-tengah konflik antara P4lestina dan Isr*el. Artinya, tidak membela penuh dan tidak juga mengabaikan sama sekali. Sungguh, ini merupakan sikap yang ambigu, apalagi ini berbicara dalam konteks sebuah negara yang punya wewenang lebih dibandingkan individu atau perusahaan dalam hal seruan boikot.
Kejelasan dan kekuatan seperti apa yang dapat diberikan oleh sebuah negara atas suatu peristiwa perang karena saat ini saja belum jelas keberpihakkannya. Semestinya pemimpin dunia hari ini melihat sikap Rasulullah yang tidak mengenal kompromi ketika berurusan dengan kafir penjajah.
Kondisi terkini di P4lestina kian pilu. Bantuan makanan diblokade mengakibatkan kelaparan melanda warga sipil. Keadaan mereka memanggil kita agar makin besar kekuatan yang diberikan untuk membebaskan mereka. Bukan malah mengeluarkan pernyataan ambigu atau lebih tepat abai dan tak acuh seperti di atas.
Oleh karena itu, sikap masih berpikir untuk kompromi dengan Barat adalah sebuah penghinaan karena sudah jelas, negara kafir adalah musuh. Lalu kompromi seperti apa yang hendak dilakukan dengan musuh? Apa pandangan mata kita sudah buram untuk bisa membedakan mana kawan dan mana lawan?
Solusi Efektif, Boikot Sistem Kufur
Aksi boikot produk Isr*el bukanlah sebuah aksi yang salah atau cuma-cuma, apalagi aksi ini datang dari berbagai pihak, baik individu maupun perusahaan yang mereka juga bergerak di dunia bisnis. Di satu sisi mereka mengalami kerugian, di sisi lain mereka benci terhadap produk Isr*el.
Hal ini patut diapresiasi. Akan tetapi, harus dipahami dengan benar lagi cermat bahwa tindakan sebatas boikot produk mereka tidaklah memberi pengaruh yang signifikan terhadap pembantaian saudara kita di Gaza.
Mengapa? Karena kalau dikatakan boikot ini berdampak buruk terhadap perekonomian Isr*el, tentu iya. Akan tetapi, itu tidak seberapa. Lalu kemudian kita mengira bahwa hal ini bisa membuat Isr*el berhenti menyerang P4lestina karena kekurangan dana? Tunggu dulu. Mari kita bedah.
Kita tahu bahwa dana penyokong utama militer Isr*el bukan hanya dari produk asli mereka, melainkan ada aliran deras lagi segar dari AS dan negara-negara berkepentingan lainnya yang akan menjadi tameng terdepan Isr*el selama operasi militer. Bahkan, ‘bantuan’ terhadap Isr*el dari negeri-negeri muslim sendiri juga ada. Hanya saja bukan dalam bentuk dana, melainkan dalam bentuk sikap, seperti sikap negeri muslim yang ikut mendukung solusi dua negara, gencatan senjata, pertimbangan ekonomi, dan lain sebagainya.
Hal ini menunjukkan rapuhnya pembelaan negeri muslim terhadap problem saudara sendiri (P4lestina). Jadi, sudah bisa kita tebak bahwa boikot yang dilakukan oleh negeri-negeri muslim di dunia hanyalah upaya seujung kuku.
Oleh karena itu, saat berbicara masalah boikot, seharusnya bukan hanya boikot kurma atau jenis produk Isr*el lainnya. Akan tetapi, banyak sekali produk kaum kafir berupa pemikiran yang jauh lebih genting untuk diboikot seperti sekularisme, pluralisme, demokrasi, kapitalisme, serta turunan lainnya yang berkuasa hari ini.
Produk pemikiran inilah yang membuat kaum muslimin mengadopsi akidah atau keyakinan dan standar hidup buram lagi salah. Oleh karena itu, memboikot ide pemikiran ini jauh lebih penting daripada sekadar boikot produk.
Pemboikotan semacam itu juga tidak cukup pada level individu, tetapi juga harus skala negara. Hal ini hanya mampu dilakukan oleh negara adidaya. Negara adidaya yang dimaksud bukanlah Amerika, Rusia, Cina, atau bahkan negeri muslim hari ini yang masih mengambil produk pemikiran kafir. Bukan! Negara adidaya yang dimaksud adalah Daulah Khil4f4h Islamiah yang dasar negaranya adalah akidah Islam dan aturan yang diterapkan adalah aturan Islam.
Wallahu a’lam. [CM/NA]