Oleh. Rusita, S.Pd.
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Dimudahkannya investasi asing di Indonesia menimbulkan daya tarik antar negara. Para pemilik modal telah berhasil memancing mangsa untuk melahap umpannya. Dengan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar, dan perdagangan internasional terbuka lebar. Apa yang tidak memungkinkan untuk asing meningkatkan investasinya.
Negara Tirai Bambu
Tanda tangan Cina soal investasi 175 T kepada Indonesia membuktikan keberhasilan presiden Jokowi. Pemerintah Indonesia sangat mendorong rencana investasi Xinyi Group yang merupakan perusahan pemain kaca terbesar di dunia. Dikutip dari CNBC Indonesia bahwa Jokowi telah menuliskan apresiasi dirinya terhadap Xinyi Group yang telah mendukung downstreaming industri kaca panel surya Indonesia, Sabtu (29-7-2023).
Penanaman modal Cina di Indonesia menjadi perhatian serius ungkap Muhammad Zulfikar salah satu peneliti Cina—Indonesia di Center for Economic and Law Studeies (Celios). Memang tidak dapat dimungkiri bahwa hubungan Cina dan Indonesia sangat dekat, terutama di bidang perdagangan dan investasi. 2022 lalu Cina telah meminjamkan lebih 5 miliar dollar AS kepada Sri Lanka yang digunakan untuk pembangunan, tetapi sekarang negara tersebut dilanda kebangkrutan.
Menuru Zulfikar, apa yang terjadi di Sri Lanka memang terdapat tanda indikasi terhadap Indonesia. Khususnya masalah investasi yang telah menjadi sorotan publik pada tingkat utang yang berpotensi merangkap. Hal tersebut diungkapkannya pada saat acara Diskusi Pakar Ekonomi Makro di Jakarta (Bisnis.com, 26-7-2023).
Kemudian pada April lalu, APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanjan Negara) menjadi jaminan utang pada Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung. Hal ini langsung diminta oleh Cina kepada Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi yaitu Luhut Panjaitan. Hebatnya kerja Cina yang membuat jebakan investasi berbalut utang.
Terjebak Utang
Bisnis yang dilakukan pemerintah dianggap sudah berbahaya. Risiko kerugian terus terjadi hingga APBN menjadi jaminan. Dahulu memang tujuannya adalah bisnis, tetapi sekarang berbeda karena faktanya pemerintah dipaksa untuk menerima tanggungan beban sebab utang. Kesulitan yang besar ini ternyata hanya dijadikan angin lewat dan tidak memengaruhi cara pandang pemerintah terhadap investasi.
Sebenarnya krisis ekonomi kian tampak di setiap tahunnya. Secara umum, negara penggerak ekonomi global seperti Amerika Serikat, Cina, dan Uni Eropa sudah mengarungi tekanan yang cukup berat. Tahun ini, kondisi ekonomi global makin terlihat suram. Inflasi yang meningkat 2022 lalu menjadikan AS masuk ke dalam resesi. Hal ini juga tidak lepas dari pengaruh sistem ribawi yang menjadi jantungnya perekonomian dalam sistem kapitalisme.
Riba merupakan penyakit bagi masyarakat dan negara. Dalam dunia perbankan, ketergantungan investasi sangat erat kaitannya dengan hal ini, yakni adanya suku bunga yang menghasilkan laba haram dan investasi yang berbalut utang. Hal ini dapat dipastikan berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Gaya penjajahan modern tidak lagi menggunakan fisik, tetapi bebasis sistemik. Oleh sebab itu, cara mengatasinya juga dengan cara sistemik. Ekonomi kapitalisme misalnya, yang jelas gagal menyejahterakan rakyat, tetapi tetap bertahan dengan riba dan pasar modal sebagai umpan untuk tetap hidup. Sudah saatnya umat berpaling dan mencari solusi hakiki yang berasal dari Allah, yaitu sistem ekonomi Islam.
Politik Ekonomi Islam & Investasi
Tujuan politik ekonomi ialah menjalankan hukum-hukum Islam dalam memecahkan persoalan umat. Ekonomi Islam yang mampu menstabilkan keuangan negara tidak akan menimbulkan kerugian yang akhirnya berdampak utang. Justru Islam dalam ekonomi dan politiknya mampu meningkatkan pendapatan, yaitu dengan meninggalkan sistem perbankan yang berbasis ribawi.
Dikutip dari Al Wa’ie edisi September 2022, “Riba adalah setiap tambahan bagi salah satu pihak yang berakad dalam akad pertukaran tanpa ada pengganti atau riba adalah tambahan sebagai pengganti dari waktu (tempo).” (Abdul Aziz al Khayyath, Asy- Syariikaat fii asy Syarii’ah al Islaamiyah wa al- qaanuun al- Wadh’i, 2/168).
Adapun kegiatan investasi memang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Tanpa investasi, ekonomi akan sulit berkembang. Namun, dalam sistem kapitalisme yang menggunakan asas kebebasan kepemilikan ini akan menimbulkan akad-akad yang batil dan hukum perbuatan jatuh pada kategori haram. Seperti investasi bebalut riba, judi, penimbunan, penipuan, dan pasar modal kapitalis dengan jual beli saham, ausransi, dan koperasi.
Berbeda dengan Islam dalam hal investasi sumber uang dan sektor yang akan diberikan, harga harus jelas dan sesuai hukum syarak. Oleh sebab itu, orang yang terlibat dalam investasi harus paham tentang agama dan seluk-beluk investasi agar terhindar dari transaksi haram. Contohnya seperti syirkah, jual beli, perdagangan internasional, dan instishna’.
Sebagai contoh Imam Ibnu Qudamah berkata, “Manusia membutuhkan kegiatan mudharabah karena dinar dan dirham tidak akan berkembang dengan transformasi (taqlib) dan perdagangan. Namun, tidak semua orang yang memiliki harta mampu berbisnis dan tidak semua yang mampu berbisnis memiliki harta. Oleh karena itu, bisnis dibutuhkan bagi kedua belah pihak. Allah mensyariatkan bisnis untuk memenuhi hajat kedua belah pihak tersebut.
Saat ini, dunia sangat butuh tatanan ekonomi global yang baru untuk menyelesaikan persoalan ekonomi yang diciptakan oleh kapitalisme. Hanya Islam yang menjadi satu-satunya asas keselarasan manusia dalam hal bermuamalah. Kesenjangan ekonomi, utang ribawi, dan masalah perekonomian lainnya akan dituntaskan dengan sistem ekonomi Islam. Oleh sebab itu, sebuah negara perlu menegakkan sistem pemerintahan yang menerapkan sistem Islam yakni Daulah Khil4f4h.
Wallaah a’lam [CM/NA]