Mental Illness, Kualitas Pemuda Makin Hopeless

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Neti Ernawati
Ibu Rumah Tangga

Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan dan membina masyarakat agar menghasilkan generasi yang cemerlang dan berkualitas. Semua itu dilakukan melalui penerapan sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam, mulai dari skala paling kecil, yaitu keluarga hingga ke skala paling besar, yaitu negara.

CemerlangMedia.Com — Jutaan remaja Indonesia dikhawatirkan menghadapi masalah kesehatan mental yang makin serius. Indonesia National Adolescent Mental Health Survey 2024 mencatat, 34,9% atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) Isyana Bagoes Oka menekankan pentingnya menyadari tantangan generasi muda yang makin kompleks, seperti isu kesehatan mental yang memengaruhi kehidupan generasi muda dan fenomena childfree yang makin berkembang (Disway, 16-02-2025).

Kesehatan mental remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis, cyberbullying, dan kecanduan digital. Remaja dengan ketergantungan pada media sosial cenderung menutup diri dan terisolasi. Kepercayaan diri yang ditentukan oleh standar media sosial, sering menimbulkan rasa cemas dan kurang percaya diri. Tidak heran, banyak remaja yang memiliki masalah kesehatan mental akibat kecanduan media sosial (Kompas.com, 13-02-2025).

Sejatinya, generasi mudalah yang kelak akan meneruskan estafet pembangunan. Pemuda yang mengalami gangguan mental tentulah tidak dapat mengambil tanggung jawab besar meneruskan kehidupan bangsa. Mirisnya, meski informasi mengenai dampak buruk media sosial sudah makin disadari, tetapi masih banyak pihak, terutama orang tua yang tidak melakukan pembatasan akses media sosial. Bahkan, ada sekitar 88,99% anak usia lima tahun ke atas di Indonesia yang sudah mengakses media sosial.

Mental Illness Disebabkan Banyak Faktor

Media sosial kerap dijadikan penyebab utama pada kasus mental illness atau gangguan mental, padahal kedudukan media sosial hanyalah sebagai sarana, sedangkan yang berpengaruh di dalamnya adalah isi atau konten yang disebarkan melalui sarana atau media tersebut. Oleh karena jaringan yang sangat luas, konten di medsos memiliki dampak besar bagi para pengaksesnya, mulai dari menjadi tren hingga menyebabkan fomo.

Apabila konten itu bersifat positif, maka hal positif pula yang akan tersebar. Namun sebaliknya, apabila konten itu bermuatan negatif, maka hal negatiflah yang akan tersebar.

Begitu juga ketika konten berisi gangguan mental tersebar di medsos, seperti kecemasan, stres, rasa ingin kabur, atau pilihan untuk freechild. Hal-hal tersebut dapat menggema di medsos dan memunculkan perasaan yang sama pada orang-orang yang terjangkau konten. Terbukti dengan makin banyaknya kaula muda yang merasa takut untuk menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak. Bahkan, kini mencapai sekitar 72 ribu atau 8,2 persen perempuan memilih untuk tidak memiliki anak (BPS, Susenas 2022).

Gangguan mental ini tidak dapat dengan begitu saja masuk ke dalam diri seseorang dengan kepribadian dan mental yang baik. Namun, akan mudah masuk ke dalam diri seseorang yang telah memiliki kecenderungan gangguan mental juga. Banyaknya gangguan mental yang terjadi pada generasi saat ini menjadi indikasi bahwasanya generasi saat ini banyak yang telah memiliki bibit gangguan mental sebelumnya.

Tidak dimungkiri, penerapan sistem kapitalisme sekularisme dan neo liberalisme selama berpuluh tahun telah mengobrak-abrik kepribadian, mental, dan karakter seseorang. Pendidikan sekuler telah membentuk remaja berperilaku liberal sehingga gagal memahami jati dirinya.

Remaja pun gagal memahami penyelesaian sahih atas segala persoalan kehidupannya dan makin jauh dari tata aturan agama. Penyakit mental pun tidak terhindarkan, mulai dari kurangnya kontrol emosi, perilaku menyimpang, hingga kriminalitas.

Parahnya lagi, kepribadian dan mental yang tidak baik-baik saja tersebut sudah diturunkan hingga ke anak cucu, baik melalui pendidikan keluarga, sekolah, maupun lingkungan. Alhasil, makin banyak generasi yang mengalami gangguan mental. Kondisi ini tentu bukan hal yang baik bagi keberlangsungan bangsa. Generasi emas 2045 dapat berubah menjadi generasi cemas jika kondisi ini terus dibiarkan.

Pembinaan Generasi dalam Islam

Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan dan membina masyarakat agar menghasilkan generasi yang cemerlang dan berkualitas. Semua itu dilakukan melalui penerapan sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam, mulai dari skala paling kecil, yaitu keluarga hingga ke skala paling besar, yaitu negara.

Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan dengan asas akidah Islam. Melalui tiga pilar utama, yakni keluarga, masyarakat, dan negara, kontrol sosial yang mengedepankan amar makruf nahi mungkar dijadikan sebagai acuan berperilaku. Negara memiliki andil yang besar dalam menyiapkan orang tua dan masyarakat yang baik sebagai lingkup pembinaan generasi.

Negara memberikan jaminan dari kesejahteraan keluarga sampai pada pembentukan orang tua yang mampu menjadi suri teladan, mampu mendidik dan melindungi anaknya. Bahkan, negara membantu para pemimpin keluarga agar mampu menafkahi keluarganya dengan layak dan mengoptimalkan peran ibu sebagai madrasah pertama. Dengan demikian, anak dapat bertumbuh tanpa kekurangan kasih sayang sehingga terhindar dari trauma dan luka batin.

Dalam lingkup yang lebih besar, masyarakat dan negara akan membentuk generasi yang mampu membangun peradaban Islam yang mulia dan bermental kuat. Negara dengan otoritasnya akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam.

Negara akan menjadikan remaja sebagai generasi yang berpegang teguh pada tata aturan kehidupan yang sahih, yaitu syariat Islam. Alhasil, tidak akan muncul generasi yang cemas dan galau menghadapi persoalan dan masa depan, bahkan sampai takut berketurunan. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *