Header_Cemerlang_Media

Menyoal Food Loss dan Waste di Negeri Ini

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Cut Dida Farida
(Pegiat Literasi, Pemerhati Generasi)

CemerlangMedia.Com — Di tengah derasnya permasalahan stunting akibat kemiskinan, kelaparan, dan kerawanan pangan yang tengah membelit anak negeri, ternyata Indonesia menderita kerugian sebesar Rp551 triliun imbas dari makanan terbuang sebanyak 48 juta ton pertahun. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Forum United Nation Food Systems Summit (UNFSS) +2 Stocktacking Moment di Roma, Italia (badanpangan.go.id, 27-7-2023).

Berdasarkan data yang dikutip dari hasil studi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), total sampah makanan Indonesia selama kurun tahun 2000-2019 mencapai 23 juta hingga 48 juta ton pertahun, di mana sampah makanan tersebut jika tidak terbuang percuma, akan mampu menghidupi 61 juta hingga 125 juta jiwa (setara dengan 29%-47% populasi rakyat Indonesia) (cnnindonesia.com, 27-7-2023)

Hal ini tentu amat disayangkan. Di saat sebagian masyarakat tidak mendapat cukup makanan dan mengalami kelaparan akut dalam jangka waktu yang lama sehingga terancam mengalami gizi buruk dan stunting pada balita, bahkan beberapa ada yang sampai rela mengais-ngais sampah demi mendapatkan makanan sisa, ternyata ada perilaku hedonis, boros, dan individualis yang menjangkiti kalangan berkecukupan sehingga merasa cukup dan tak segan membuang-buang makanannya dan tak peduli dengan nasib sesamanya. Sungguh ironis.

Solusi ala Pemerintah, Cukup Efektifkah?

Berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintah guna menekan laju food loss dan waste. Mulai dari bekerjasama lintas sektor yang melibatkan tiga kelompok pelaku meliputi penyedia makanan (donatur) semisal restoran, hotel, retail, dan para penjual makanan, organisasi sosial yang menghubungkan donatur dan penerima (food hub) semisal FoodBank of Indonesia , Yayasan Surplus, BAZNAS, dan lain-lain, dan kelompok penerima manfaat yang mengalami masalah kekurangan pangan semisal anak-anak, lansia, panti asuhan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, lalu penyediaan fasilitas kendaraan guna mendistribusikan logistik pangan, hingga mengkampanyekan gerakan “Stop Boros Pangan” nyatanya bantuan-bantuan tersebut selain tidak tepat sasaran karena tidak semua masyarakat merasakan hasilnya, tidak pula mampu menekan laju food loss dan waste yang setiap tahun makin meningkat, juga solusi yang diambil sama sekali tidak menyentuh akar masalah. Masyarakat miskin dan kelaparan tetap dengan mudah dapat dijumpai dimana-mana, dan akses makanan pun tetap sulit, sekalipun diklaim telah ada lembaga penghubung (food hub).

Akar Masalah yang Sesungguhnya

Tidak ada yang bisa menyalahkan ketika seseorang memiliki keinginan membeli apa pun makanan yang ia mau dan membuang apa pun yang tersisa ketika rasa lapar telah lenyap. Hanya saja, ketika manusia diberi keleluasaan membeli makanan apa pun yang mampu ia beli, tanpa ada kesadaran ia adalah hamba Allah yang tiap tindak tanduknya dibatasi oleh syarak dan sedikit banyak pasti akan berpengaruh ke masyarakat dan lingkungan. Ia akan menjadi individu yang abai terhadap kondisi orang lain yang tengah kelaparan dan tanpa sadar membuang-buang makanannya sehingga berpotensi merusak lingkungan.

Bahaya ketika perilaku tasrif ini tidak hanya menjangkiti individu-individu, tetapi sudah menjelma menjadi masyarakat sekuler nan hedon yang gemar berperilaku konsumstif terhadap makanan dan tak segan membuang makanan layak makan, sekalipun menambah beban limbah sampah makanan.

Perilaku hedonis dan boros tersebut akan tumbuh subur di negara yang tidak diterapkan aturan Allah di dalamnya. Sudah menjadi maklumat bersama, di negara yang berlandaskan asas kapitalisme liberalisme, paham kebebasan menjadi sesuatu yang diagung-agungkan. Bebas untuk membeli dan membelanjakan apa pun yang dimau, tak masalah merogoh kocek dalam-dalam asal bisa mencicipi makanan enak terpuaskan. Masyarakat kapitalis kental dengan sifatnya yang individualis. Kepekaan sosial terkait kesengsaraan yang dialami saudaranya telah tergerus digantikan kenikmatan hidup dalam kondisi berfoya-foya dan lupa daratan.

Tak heran gaya hidup yang seperti itu mampu menyuplai limbah food waste hingga berton-ton karena keringnya iman dan tak peka lingkungan akibat terpinggirkannya agama dari kehidupan (sekularisme).

Agaknya inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah. Selama sistem kapitalisme sekularisme masih diinstal dalam tata kelola sistem kenegaraan dan kemasyarakatan, selama itu pula tak akan ditemukan ujung dari permasalahan food loss dan waste. Masyarakat tidak akan berhenti dari perilaku hedonisnya. Para kapitalis (baca: pemodal) akan selalu melihat masyarakat sebagai pangsa pasar tempat meraup keuntungan sebesar-besarnya. Mereka para kapitalis akan selalu mencari cara memasarkan produk-produknya (termasuk makanan) sehingga masyarakat akan selalu merasa butuh dan jauh dari sikap qana’ah.

Butuh Penyelesaian Paripurna

Berbicara mengenai food loss dan waste, ada tiga komponen yang harus dibenahi, yakni individu, masyarakat, negara. Ketiganya saling terkait dan saling melengkapi sebagai sebuah satu kesatuan.

Individu: dibutuhkan peran individu-individu muslim yang beriman, bertakwa, menghidupkan amar makruf nahi mungkar, dan peduli terhadap sesama. Individu yang terinstal Islam di dalam hati, benak, dan sanubarinya sehingga beramal hanya untuk melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Individu yang tidak cenderung kepada dunia tidak berlaku tasrif dan mengedepankan sifat qana’ah.

Allah Swt. berfirman di dalam QS Al A’raf ayat 31, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Masyarakat: dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam mereduksi volume sampah makanan di lingkungan dengan mendaur ulang sampah organik menjadi produk ramah lingkungan yang bisa dimanfaatkan kembali, semisal pupuk organik atau ecoenzym (EE). Masyarakat pun diharap memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap kondisi warga sekitar. Apakah ada warga atau tetangganya yang kekurangan, membutuhkan bahan makan, tetapi tak memiliki uang untuk membeli, atau bahkan ada warga yang sampai menderita kelaparan. Masyarakat yang penuh empati terhadap kondisi sekitar adalah masyarakat yang memiliki rasa takut kepada Allah Swt. di lubuk hatinya.

Pemerintah: berbagai program yang dilaksanakan pemerintah selamanya akan mengalami kendala jika pemerintah masih menggunakan sistem tata kelola kenegaraan menggunakan sistem buatan manusia. Sistem kapitalisme inilah yang sebenarnya telah menjadi biang kerok kerusakan baik lingkungan hidup maupun kualitas sumber daya manusia. Masalah lingkungan tidak akan terentaskan, problematika kemiskinan tidak akan terpecahkan, jurang antara si miskin dan si kaya akan makin dalam.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum [30]: 41)

Hanya dengan penerapan Islam kafah dalam naungan institusi negara yang bisa menjamin hukum Allah bisa ditegakkan secara sempurna, baik dalam lingkup individu, masyarakat, dan negara. Dan seluruh problem akan terselesaikan secara sempurna.
Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an