Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com dan Pegiat Literasi)
CemerlangMedia.Com — Sejatinya yang dibutuhkan rakyat P4l3stin4 dari negara-negara mayoritas muslim saat ini bukan hanya bantuan finansial, tetapi sangat membutuhkan bantuan berupa pasukan militer atau senjata untuk melawan penjajahan Zionis di tanah P4l3stin4.
Seperti dilansir sindonews.com (31-10-2023), negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim memang menyatakan dukungannya terhadap rakyat P4l3stin4 hingga saat ini, tetapi dukungan tersebut hanya berupa finansial guna menopang kehidupan rakyat Gaza yang kian menderita akibat peperangan yang terus berkecamuk. Lalu apa yang menjadi alasan negara-negara berpenduduk muslim tersebut tidak mengirimkan bantuan militer untuk Hamas?
Alasan Tidak Mengirimkan Militer
Pertama, diplomasi. Negara-negara mayoritas muslim saat ini cenderung mendukung perjuangan P4l3stin4, tetapi hanya melalui upaya diplomasi dan berbagai bantuan kemanusiaan dari pada intervensi militer secara langsung. Mereka hanya berusaha agar mencapai solusi politik yang berkelanjutan melalui berbagai negosiasi dengan pihak-pihak yang terlibat.
Kedua, aliansi internasional. Beberapa negara mayoritas muslim yang mungkin menghendaki stabilitas di Timur Tengah, cenderung memiliki hubungan diplomatik dan aliansi strategis dengan negara-negara Barat. Oleh karena itu, jika mereka melakukan intervensi militer, maka akan berdampak buruk pada hubungan mereka dengan negara-negara Barat, meskipun nyata-nyata Barat mendukung Zionis Yahudi.
Ketiga, ketidaksetujuan internasional. Adanya kekhawatiran berlebih bahwa jika intervensi militer dilakukan dalam konflik tersebut bisa menimbulkan reaksi internasional yang pastinya akan merugikan, termasuk sanksi ekonomi juga tekanan politik. Sejatinya Amerika Serikat dan sekutunya telah terbiasa menggunakan taktik penjatuhan sanksi dengan tujuan melemahkan mereka yang dianggap berseberangan dengan kebijakan internasional Barat.
Keempat, kompleksitas konflik. Konflik yang terus-menerus terjadi antara Zionis Yahudi dan P4l3stin4, khususnya dengan kelompok Hamas, adalah konflik yang sangat kompleks dan memiliki sejarah panjang dari berbagai aspek politik, agama, dan etnis. Maka menurut mereka, intervensi militer bisa memperumit situasi dan kondisi serta berpotensi menyebabkan konsekuensi yang nyaris sulit diprediksi.
Recep Tayyip Erdogan selaku Presiden Turki baru-baru ini melakukan kecamatan terhadap Barat. Dia menyebut Barat memberi “lampu hijau” pada Zionis untuk melakukan pembantaian di Gaza. Lantas Erdogan mempertanyakan sikap Barat, apakah mereka sedang berusaha menciptakan situasi perang salib yang kedua? (sindonews.com, 32-10-2023).
Kelima, prioritas domestik. Saat ini negara-negara mayoritas muslim seringkali mempunyai masalah internal yang memang memerlukan perhatian tersendiri, seperti stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan isu-isu keamanan internal. Untuk itu bagi mereka fokus terhadap konflik luar negeri bukanlah prioritas utama. Contohnya saja Perdana Menteri Sementara Lebanon Najib Mikati, begitu blak-blakan bahwa dirinya berusaha membuat negaranya tidak ikut terseret ke dalam perang antara Palestina dan Zionis Yahudi (sindonews.com, 30-10-2023).
Lalu apakah yang dimaksud dengan gagasan terkait solusi dua negara yang kini kembali diusulkan oleh berbagai negara?
Seperti dikutip cnnindonesia.com (16-10-2023) bahwasanya Cina mengatakan terkait perang mematikan antara P4l3stin4 dan Zionis yang terus terjadi dalam beberapa hari terakhir, Cina beranggapan bahwa hal itu menunjukkan hubungan kedua negara ini tak kunjung menunjukkan perubahan positif sehingga harus segera dilakukan realisasi terkait solusi dua negara.
Solusi tersebut pertama kali dicetuskan oleh Komisi Peel yang merupakan bentukan Inggris sebagai pemegang mandat kekuasaan di P4l3stin4. Seperti dikutip dari Deutsche welle, untuk menyelesaikan konflik Palestina-Zionis pada 7 Juli 1937, maka komisi tersebut mengusulkan pembentukan negara Yahudi dan Arab. Kedua negara sempat mengabaikan usulan solusi dua negara tersebut. Namun, sering digunakan sebagai landasan untuk penyelesaian konflik ini.
Pada 1947, melalui sidang PBB dibahas kembali usulan ini dan mendapat penolakan keras dari negara Arab yang menentang pembentukan Israel. Penolakan tersebut terjadi lantaran mereka menganggap hal itu begitu menguntungkan bagi orang-orang Yahudi dan tidak adil bagi penduduk Arab. Dan fakta yang ada saat ini adalah tanah P4l3stin4 yang damai dan makmur selama berabad-abad di masa Kekhalifahan Islam, kini porak-poranda akibat genosida yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Mereka tidak hanya membunuh pasukan bersenjata, tetapi juga anak-anak, perempuan, bahkan para orang tua yang lemah.
Bahkan seluruh negosiasi, kesepakatan, juga solusi dua negara yang bertujuan menghentikan kekerasan dan penjajahan di P4l3stin4 dimentahkan oleh penjajah Yahudi melalui serangan militernya sehingga menewaskan banyak warga sipil. Mirisnya, kekejaman itu masih terus terjadi hingga saat ini.
Seluruh Muslim Adalah Saudara
Kaum muslim itu bersaudara karena mereka dipersaudarakan oleh kesamaan akidah. Maka dari itu persaudaraan mereka melampaui batas-batas negara. Seperti firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara.”
Maka wajar jika kita saling mencintai karena kita semua bersaudara. Hal tersebut juga merupakan perintah Nabi Muhamad saw. “Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai…” (HR Muslim).
Atas dasar itulah kaum muslim tidak boleh membiarkan saudaranya dizalimi, apa lagi dijajah. Itu yang terjadi pada P4l3stin4 sekarang, maka seharusnya kita sebagai umat muslim yang bersaudara melakukan pembelaan terhadap saudara kita di Gaza P4l3stin4. Caranya adalah dengan melancarkan jihad. Ini sesuai dengan firman Allah, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian…” (TQS Al Baqarah: 190).
Masalahnya, saat ini tidak mudah bagi kaum muslimin, faktor nasionalisme menjadi penghambat untuk umat Islam melakukan jihad fiisabilillah. Semua itu juga terjadi di hampir seluruh negeri-negeri Arab. Maka solusi hakiki untuk P4l3stin4 beserta problematika kehidupan yang ada saat ini adalah hanya dengan hadirnya seorang pemimpin (khalifah) dalam naungan Khil4f4h. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Imam atau khalifah itu laksana perisai; kaum muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR Muslim).
Semoga saja umat Islam di seluruh dunia memiliki seorang pemimpin yang menerapkan sistem Islam dalam bingkai daulah, yang akan selalu membela hak-hak dan kehormatan kaum muslimin. Hanya dengan adanya khalifah, maka umat Islam bisa mengulang kembali masa kejayaannya seperti dahulu, bahkan dengan mudahnya umat Islam bisa menaklukkan Eropa, Rusia, Amerika Serikat, Cina, juga Zionis.
Di bawah komando seorang khalifah, semua negeri-negeri Islam akan bersatu. Khalifah akan senantiasa menjaga kehormatan kaum muslim dan tidak akan membiarkan siapa pun menindas kaum muslim. Untuk itu kita semua harus memperjuangkan dengan sepenuh hati dan jiwa untuk tegaknya daulah Islam dalam naungan Khil4f4h. Sekecil apa pun kontribusi kita dalam perjuangan ini akan menentukan posisi kita di hadapan Allah Swt.. Wallahu a’llam. [CM/NA]