Perekonomian Buruk, Rakyat Terpuruk

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Neti Ernawati
Ibu Rumah Tangga

Sistem ekonomi Islam menetapkan pengaturan terhadap sumber-sumber pemasukan negara yang berasal dari sumber daya yang dimiliki negara. Dengan pemasukan tersebut, negara akan mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat, seperti beras murah, bahkan gratis. Begitu juga dengan biaya pendidikan dan kesehatan. Melalui penerapan sistem Islam secara kafah, kesejahteraan rakyat akan sangat mungkin terwujud.

CemerlangMedia.Com — Kondisi perekonomian bangsa sedang tidak baik-baik saja. Deflasi selama lima bulan beruntun menjadi salah satu parameter keadaan perekonomian Indonesia yang makin memburuk. Indikator lain pun turut menguatkan pendapat tersebut, mulai dari turunnya pendapatan domestik bruto (PDB), masih terkontraksinya PMI manufaktur, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus bertambah (cnbcindonesia.com, 05-10-24).

Pasokan Cukup, Daya Beli Belum Sanggup

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi yang ditunjukkan dengan penurunan harga sejumlah barang dan jasa. Meski pada awalnya memberikan keuntungan pada konsumen, tetapi deflasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi, pengangguran, dan beban utang.

Penurunan harga terjadi pada bahan pangan strategis, seperti cabai, telur, daging ayam, dan tomat. Sementara harga beras, gula, dan minyak masih terpantau tinggi. Bahkan, peternak telur sempat melakukan demo lantaran harga telur jatuh setelah permintaan terus turun. Hal serupa dilakukan oleh pedagang ayam karena ada oknum pedagang yang menjual ayam dengan harga lebih murah dan dinilai menjatuhkan harga pasaran.

Namun, ketersediaan bahan pangan dan turunnya harga ternyata tidak mampu membuat permintaan bahan pangan meningkat. Fakta tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran bahwa ada permasalahan pada daya beli masyarakat yang melemah.

Pelemahan daya beli dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya pendapatan yang turun. Pendapatan domestik bruto (PDB) para petani, misalnya ketika harga sayuran anjlok beberapa waktu yang lalu. Ketersediaan suplai sayuran tidak diimbangi dengan jumlah permintaan konsumen dan kemampuan penyimpanan komoditas sayuran. Situasi ini membuat banyak petani tidak memperoleh pendapatan, bahkan merugi karena membusuknya komoditas sayuran.

Permasalahan berikutnya datang dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih lesu akibat permintaan luar negeri dan manufaktur global yang lesu. Kondisi ini membuat perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan lebih memilih untuk memanfaatkan persediaan, menjaga biaya, serta efisiensi operasional.

Dalam beberapa kondisi, lesunya permintaan manufaktur turut mendorong bertambahnya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK). Banyaknya PHK dan pengangguran sendiri turut menjadi penyebab melemahnya daya beli. Rentetan masalah yang berkesinambungan ini kemudian menjadi penyebab melemahnya daya beli dan berujung pada menurunnya permintaan barang dan deflasi.

Deflasi Beruntun, Harga Beras Enggan Turun

Banyak pihak menyimpulkan, penyebab utama deflasi ini adalah kenaikan harga pangan yang sangat tinggi di akhir 2023 hingga awal 2024. Keadaan tersebut secara berangsur-angsur telah membuat daya beli masyarakat melemah. Oleh karenanya, meski saat ini stok bahan pangan dinyatakan cukup dan harga terpatok murah, masyarakat yang sudah terlanjur mengalami pelemahan daya beli tidak mampu menaikkan jumlah permintaan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi, tetapi sayangnya harga beras masih saja tinggi. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian. Hampir 56 % konsumsi dari masyarakat kelas menengah dan bawah adalah untuk kebutuhan pangan. Beras sebagai bahan pangan utama cenderung menjadi prioritas belanja masyarakat.

Wajar apabila kemudian daya beli masyarakat yang saat ini rendah, terkonsentrasi pada pembelian beras sebagai bahan makanan pokok. Sementara untuk bahan pangan lain, seperti lauk dan sayur cenderung dikurangi atau dihemat dengan menggunakan stok persediaan yang telah ada atau dibuat seadanya.

Kesejahteraan Terkikis, Pemerintah Tebar Optimis

Selama ini, sebagian besar kinerja perekonomian Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Penurunan daya beli menyebabkan rumah tangga menahan daya belinya. Daya beli sektor rumah tangga yang terus menurun akan berdampak langsung pada tidak tercapainya kesejahteraan anggota keluarga, termasuk ibu dan anak.

Jika untuk biaya belanja kebutuhan pokok saja rumah tangga sudah mengurangi konsumsinya, apalagi untuk mengeluarkan biaya pendidikan dan kesehatan yang lebih mahal. Aspek pendidikan dan kesehatan akan sangat besar kemungkinannya untuk dikorbankan demi kelangsungan hidup rumah tangga. Imbasnya, generasi akan sangat mungkin mengalami penurunan kualitas kesehatan dan pendidikan.

Sayangnya, semua indikasi krisis ekonomi tersebut tidak membuat pemerintah bergerak melakukan tindakan antisipasi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati justru menyatakan sikap optimisnya. Diperkirakannya, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 ini akan tetap stabil di atas 5% atau tepatnya 5,06% secara tahunan.

Islam Solusi Kesejahteraan Ekonomi

Islam memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Dalam sistem Islam, pemerintah akan memastikan tercukupinya kebutuhan pokok setiap individu, mulai dari sandang, pangan, hingga papan. Semua individu juga dipastikan mampu mengakses layanan pendidikan dan kesehatan secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dalam buku yang berjudul Sistem Ekonomi Islam, Syekh Taqiyuddin an Nabhani merinci peranan negara dalam menjalankan perdagangan yang sehat. Dalam perdagangan, masalah harga akan diserahkan kepada ahli finansial yang ditunjuk negara. Baitulmal akan bertindak sebagai penjaga harga melalui kegiatan operasi pasar.

Apabila stok berlimpah, pemerintah melalui baitulmal akan memborong barang yang berlebih tersebut, kemudian menyimpannya sebagai persediaan masa paceklik. Dengan begitu, ketika ketersediaan barang di pasar kurang, suplai dari baitulmal akan menjaga kestabilan stok di pasaran sehingga kenaikan harga atau inflasi tidak terjadi. Namun, apabila stok berlimpah adalah barang yang tidak dapat disimpan lama, maka baitulmal akan memborong barang yang berlebih tersebut dan membagikannya kepada rakyat dengan cuma-cuma agar harga barang tidak anjlok di pasaran.

Sistem ekonomi Islam menetapkan pengaturan terhadap sumber-sumber pemasukan negara yang berasal dari sumber daya yang dimiliki negara. Dengan pemasukan tersebut, negara akan mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat, seperti beras murah, bahkan gratis. Begitu juga dengan biaya pendidikan dan kesehatan. Melalui penerapan sistem Islam secara kafah, kesejahteraan rakyat akan sangat mungkin terwujud. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *