Oleh: Hadi Kartini
CemerlangMedia.Com — Hari guru diperingati setiap 25 November dan pada tahun ini jatuh pada Sabtu. Pada peringatan Hari Guru kali ini, banyak harapan yang disematkan. Salah satunya, mewujudkan kemunculan sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia melalui Kurikulum Merdeka Belajar. Akankah Kurikulum Merdeka Belajar bisa mencetak manusia unggul Indonesia seperti yang diharapkan?
Peringatan Hari Guru kali ini, mengusung tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Dari tema yang disampaikan lewat Peringatan Hari Guru Nasional 2023 tersebut, kita dapat melihat kata “Merdeka” yang berkaitan dengan Kurikulum Merdeka.
Adapun kurikulum ini dibuat untuk mewujudkan kemunculan SDM unggul Indonesia yang mempunyai profil pelajar pancasila. Dengan begitu, tema ini dapat dianggap relevan dengan kondisi pendidikan kita sekarang (tirto.id, 13-11-2023).
Peringatan Hari Guru merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap guru yang telah mendidik anak bangsa. Didikan seorang guru akan berpengaruh terhadap kehidupan anak bangsa ke depannya. Banyak cara dilakukan anak didik untuk menghargai jasa dan pengorbanan seorang guru yang telah mendidik mereka. Ada yang memberikan hadiah, memberi surat ucapan terima kasih, persembahan seperti puisi dan drama, dan banyak lagi cara anak didik mengungkapkan tanda terima kasih atas jasa guru mereka.
Kurikulum Merdeka Belajar Mencetak SDM Unggul?
Tema yang diusung dalam peringatan hari guru kali ini dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Pada Kurikulum Merdeka Belajar, seorang guru dituntut untuk lebih mengambil peran dalam proses belajar mengajar. Lebih variatif dalam mendidik dan bisa mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Selain guru dituntut mengembangkan kemampuan mengajar, peserta didik juga harus bisa menemukan potensi yang mereka miliki dan mereka sukai untuk dikembangkan. Kurikulum Merdeka Belajar lebih fleksibel, fokus pada pengembangan karakter serta kompetensi siswa. Sedangkan pada kurikulum sebelumnya hanya fokus pada pelajaran dan materi saja. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan terobosan baru pemerintah untuk mewujudkan SDM unggul yang diharapkan bisa membawa Indonesia menjadi negara yang patut diperhitungkan.
Kurikulum Merdeka Belajar akan mulai diterapkan secara nasional pada Tahun Ajaran 2024. Saat ini, Kurikulum Merdeka Belajar masih berlaku secara pilihan di sebagian sekolah (detik.com, 29-07-2023). Namun, kurikulum ini sudah diterapkan secara terbatas mulai 2021.
Sudah dua tahun berjalan dan sampai saat ini, Kurikulum Merdeka Belajar belum membuahkan hasil yang diharapkan. Dunia pendidikan malah makin terperosok, banyak kasus kejahatan terjadi di lingkungan sekolah. Salah satu kasus yang sampai saat ini angkanya makin meningkat adalah kasus bullying. Pelakunya sudah merambah anak-anak sekolah dasar. Bullying yang mereka lakukan sudah mengarah kepada kekerasan fisik, bahkan tidak sedikit yang berujung pada hilangnya nyawa korban.
Belum lagi rasa hormat, sopan-santun, dan menghargai guru, jauh dari sikap anak didik zaman sekarang. Mereka makin bebas bertindak semau mereka tanpa ada batasan. Ada siswa melaporkan guru karena tidak terima terhadap sanksi yang berikan guru, bahkan tidak segan-segan menganiaya gurunya. Mengolok-olok guru dan banyak lagi tingkah laku anak didik yang jauh dari sikap orang yang berpendidikan. Makin sedikitnya jam pendidikan agama Islam pada Kurikulum Merdeka Belajar ternyata membuat anak didik kebablasan.
Kurikulum Merdeka Belajar Produk dari Sistem Kapitalisme Sekuler
Kurikulum Merdeka Belajar adalah produk dari sistem pendidikan yang menganut sistem kapitalisme sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan sehingga melahirkan prinsip kebebasan termasuk kebebasan berperilaku. Tujuan pendidikannya adalah kesuksesan secara materi, yakni siswa bebas berekspresi untuk mendapatkan materi. Tingkah laku mereka tidak terlalu diperhatikan, yang penting sukses dalam mengembangkan diri. Oleh karenanya, sering muncul tingkah laku di luar kewajaran. Mereka bebas melakukan apa pun sesuai dengan keinginan mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sistem kapitalisme sekuler tidak hanya berdampak dalam dunia pendidikan. Dalam bidang sosial pun, sistem kapitalisme sekuler juga mencengkeram kehidupan para pendidik. Guru dituntut berpenampilan menarik di depan kelas karena hal itu sangat berpengaruh terhadap anak didik. Sedangkan gaji yang diterima guru tidak seimbang dengan pengorbanan yang diberikan sehingga sebagian besar guru mencari kerja sampingan di luar jam mengajar untuk menutupi kebutuhan pokok dan juga kebutuhan untuk mengajar. Alhasil, fokus untuk mengajar menjadi terpecah sehingga banyak para guru hanya sekadar menunaikan kewajiban tanpa adanya bimbingan terhadap tingkah laku anak didik.
Sistem pendidikan yang tidak tepat dan kurangnya perhatian guru maupun orang tua terhadap anak didik serta pengaruh teknologi saat ini, membuat generasi menjadi rusak. Ya, saat ini perkembangan teknologi sangat pesat, jika tidak ada pihak yang mengontrol, maka kenakalan-kenakalan remaja akan makin meningkat. Mereka dengan mudah mengakses konten-konten tidak bermanfaat dan dipraktikkan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Oleh karena itu, maka semua pihak harus bekerja sama untuk bisa memperbaiki perilaku generasi, terutama pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Pemerintah harus menata ulang kurikulum pendidikan yang diterapkan saat ini, yang terbukti banyak menimbulkan masalah dalam dunia pendidikan. Mengontrol konten-konten di media sosial yang mengarah kepada kerusakan generasi karena mereka tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi.
Sistem Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan yang mampu menjadikan anak didik mempunyai karakter unggul adalah kurikulum yang datang dari pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah Swt.. Dia lah Zat yang menciptakan manusia dan alam semesta ini, tentu Dia pulalah yang paling tahu aturan apa yang cocok bagi manusia, termasuk dalam hal pendidikan. Allah Swt. telah menurunkan agama Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, tidak hanya mengurusi urusan ibadah ritual saja, tetapi Islam juga merupakan aturan hidup bagi manusia termasuk dalam hal pendidikan.
Islam mempunyai sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi berkarakter kuat dan mulia. Ini terbukti pada masa peradaban Islam, banyak lahir generasi-generasi unggul. Baik kepribadian, tsaqafah, maupun IPTEK-nya. Sistem pendidikan dalam Islam berbasis akidah Islam. Dengan akidah yang benar, anak didik akan mampu mengendalikan tingkah laku mereka. Mereka akan paham mana perbuatan baik dan perbuatan buruk. Melalui tsaqafah Islam dan dibarengi IPTEK, anak didik akan mengetahui aturan-aturan Islam dalam kehidupan sehingga apa yang mereka pelajari semata-mata mencari keridaan Allah Swt. dan digunakan untuk kemajuan Islam itu sendiri.
Dalam Islam, ilmu untuk diamalkan, ilmu juga meningkatkan derajat seseorang. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Mujadilah ayat 11, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis,” maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu,” maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Begitulah, Allah Swt. sangat memuliakan orang-orang yang berilmu.
Pendidikan dalam Islam juga mengajarkan adab kepada guru karena guru adalah orang tua kedua bagi anak yang harus dihormati dan dihargai. Bahkan dalam Islam, untuk mendapatkan ilmu yang berkah harus mendapat keridaan seorang guru. Bukan seperti saat ini, guru cuma dihargai ketika Peringatan Hari Guru saja. Lepas Hari Guru, anak didik akan bersikap semaunya lagi.
Salah satu penghargaan negara Islam terhadap guru adalah dengan memberikan gaji yang sangat layak. Pada masa kekhalifahan, guru digaji 15 dinar, 1 dinar=4,25 gram emas. Kalau kita bandingkan untuk saat ini, gaji guru pada masa kekhilafahan sangat besar sehingga guru pada masa itu hanya fokus mendidik generasi tanpa memikirkan beban ekonomi lainnya. Sebab, negara Islam sudah memberikan penghidupan yang sejahtera pada rakyatnya di semua aspek kehidupan.
Di samping negara memberikan gaji yang sangat layak, negara juga memfasilitasi guru untuk meningkatkan kualitas mengajar agar guru bisa memberikan pengajaran dan pendidikan yang berkualitas serta bermutu bagi anak didik. Sebab, pengajaran seorang guru sangat berpengaruh terhadap generasi. Begitulah sistem pendidikan dalam Islam, selain mencetak generasi yang bertakwa dan berkepribadian Islam, negara juga sangat menghargai jasa seorang guru karena guru merupakan salah satu penentu nasib suatu bangsa dan negara.
Wallahu a’lam [CM/NA]