Oleh: Ummu Rifazi, M.Si.
“Penerapan syariat Islam yang mulia secara menyeluruh dalam negara Islam dengan kurikulum pendidikan yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunah terbukti telah melahirkan generasi gemilang, bertakwa, dan berkepribadian mulia.”
CemerlangMedia.Com — Suasana duka dan proses pengusutan tragedi calon dokter spesialis anestesi yang diduga memilih mengakhiri hidupnya sendiri masih terus berlangsung sampai saat ini. Temuan guratan pena di buku harian salah satu anak bangsa tersebut menyiratkan beban kehidupan yang demikian berat.
Torehan tulisan itu begitu memilukan bagi siapa pun yang membacanya. “Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini… Apa Tuhan tau saya tersiksa… Apa Tuhan tau aku kesakitan… Aku sendirian, aku berjuang sendiri… Semoga Tuhan mengampuniku… Tuhan, aku sakit… Aku mohon tempat aku pulang.” (aceh.tribbunnews.com, 17-08-2024).
Belakangan diketahui bahwa dokter muda tersebut adalah salah satu responden dalam skrining kesehatan jiwa yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada Maret 2024. Mendiang merupakan salah satu dari 399 orang responden yang mengalami depresi berat dan mempunyai keinginan untuk bvnvh diri (idntimes.com, 18-08-2024).
Lagi-Lagi Masalahnya Uang
Masalah tekanan mental yang dialami para peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) telah menjadi perhatian Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Tragisnya kasus kematian dokter muda peserta PPDS UNDIP tersebut mendorong IDI untuk melakukan advokasi terhadap tiga hal utama yang diduga menjadi pemicu depresi para tenaga medis peserta PPDS, yaitu mereka tidak mendapatkan gaji, beban jam kerja yang melebihi batas normal 80 jam per minggu, dan pekerjaan administrasi tambahan di rumah sakit yang sebetulnya bukan tugas para peserta PPDS ini.
Ketiadaan gaji dari rumah sakit tempat mereka bekerja merupakan masalah pertama sekaligus utama yang sangat mendasar. Para peserta PPDS ini sudah menjadi dokter dengan rata-rata usia 30 tahun yang sudah tidak lagi dibiayai orang tuanya, bahkan di antara mereka ada yang telah berkeluarga. Posisi mereka dalam pendidikan PPDS ini adalah sebagai mahasiswa dan sekaligus juga sebagai pegawai Kementerian Kesehatan.
Oleh karenanya, mendapatkan gaji merupakan sesuatu hal yang sangat penting dan mendasar untuk membiayai kebutuhan hidup diri sendiri maupun keluarga bagi yang telah menikah. Tekanan mental akibat ketiadaan gaji ini makin besar ketika mereka juga menjadi korban perundungan para senior, seperti disuruh membelikan makanan, mengantarkan ke bandara, dan berbagai tuntutan lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan tugas akademik (mediaindonesia, 22-08-2024).
Sungguh miris ketika para calon dokter spesialis ini harus menanggung beban finansial akibat tidak digaji di rumah sakit tempat mereka bekerja. Perlakuan yang didapatkan ini sangat tidak sepadan dengan profesi mereka yang begitu mulia, menyembuhkan orang yang sakit dan menyelamatkan banyak nyawa. Dapat dipahami, ketika mereka mengalami depresi berat sewaktu menjalani studi sekaligus bekerja menyelamatkan hidup para pasien, sementara mereka sendiri harus mengalami kesulitan untuk ‘menyambung dan menyelamatkan hidup’ akibat ketiadaan gaji ini.
Masalah pembiayaan pendidikan dokter merupakan sesuatu hal yang mendapat perhatian khusus dari Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Macan Yusuf. Sampai saat ini, mahalnya biaya pendidikan dokter menjadi sesuatu hal yang tidak kunjung usai. Dia mengatakan bahwa masyarakat mempertanyakan pengelolaan pemerintah terhadap 20 persen anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk sektor pendidikan. Dia mengimbau Kemendikbudristek untuk mengevalusi dan menyusun prioritas anggaran biaya pendidikan tinggi agar tidak lagi membebani peserta didik dan orang tuanya (antaranews.com, 19-06-2024).
Ketika pemerintah memperhatikan pendidikan para calon dokter ini, maka mereka dapat menjalani studinya dengan baik dan tenang, tanpa terbebani biaya. Alhasil, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan di Indonesia, baik dari segi jumlah, distribusi, maupun kualitas mudah dicapai. Kebutuhan tenaga dokter spesialis untuk negeri ini akan dapat terpenuhi sesuai yang dibutuhkan dan tidak perlu mendatangkan dokter spesialis asing dari luar negeri sebagaimana yang pernah diwacanakan oleh pemerintah.
Tentu saja hal tersebut tidak dapat diwujudkan dalam sistem kapitalisme sekuler liberal yang diterapkan di negara ini. Minimnya peran pemerintah dan pengelolaan SDA negeri oleh para pemilik modal maupun swasta mengakibatkan keuntungannya mengalir kepada segelintir orang saja dan tidak dapat dirasakan ataupun dimanfaatkan oleh rakyat.
Biaya pendidikan seharusnya bukan masalah di negeri ini. Indonesia sejatinya sangat mampu untuk membiayai sektor pendidikan dengan sangat layak karena limpahan kekayaan sumber daya alam (SDA). Jika SDA ini dikelola pemerintah dengan sistem yang sahih dan amanah, tidak hanya sektor pendidikan yang mampu dibiayai dengan baik, tetapi juga berbagai pelayanan rakyat lainnya.
Pengelolaan Kedokteran oleh Khil4f4h Islamiah
Islam adalah satu-satunya sistem kehidupan yang sahih dan amanah. Peradaban Islam meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika peradaban Islam mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan ilmu kedokteran. Dokter atau yang pada masa itu dikenal dengan sebutan tabib merupakan salah satu golongan orang berilmu yang dengan kemuliaan profesinya menjadi jalan kesembuhan dan menyelamatkan nyawa banyak orang.
Sedemikian pentingnya profesi seorang dokter terkait nyawa manusia sehingga Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam menekankan batasan tanggung jawab seorang dokter terhadap pasiennya. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Malik dari Amr bin Shuaib bahwa hanya dokter yang memiliki keahlian saja yang boleh melakukan praktik pengobatan kepada pasien. Pemahaman yang bisa didapatkan dari sabda Rasulullah tersebut adalah bahwa pekerjaan seorang dokter sangat serius dan membutuhkan ilmu yang tinggi.
Penerapan syariat Islam yang mulia secara menyeluruh dalam negara Islam dengan kurikulum pendidikan yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunah terbukti telah melahirkan generasi gemilang, bertakwa, dan berkepribadian mulia dengan menyumbangkan para tokoh di bidang kedokteran, seperti Abu Bakar bin Zakariyya dan Ibnu Sina. Karya-karya besar mereka sampai saat ini masih menjadi acuan kedokteran modern di seluruh dunia.
Tidak bisa dimungkiri, perkembangan di bidang kedokteran memang membutuhkan pembiayaan yang besar. Neggara dengan sistem Islam mampu membiayai semuanya lewat pengelolaan keuangan kas negara (baitulmal) yang memiliki sumber pemasukan melimpah dari pos kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan negara. Masyaallah, allahummashuril bil Islam, wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]