Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Ada yang mengeklaim, bahwa hilirisasi nikel di negeri ini telah banyak memperoleh keuntungan. Hal tersebut juga dikatakan orang nomor satu di negeri ini Presiden Joko Widodo, bahwa hilirisasi nikel telah memberikan keuntungan yang besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia.
Namun, pernyataan tersebut dibantah Muhammad Al Amin Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan, seperti dilansir media Tempo, Jumat (18-8-2023) disebutkan bahwa keuntungan dari hilirisasi nikel itu tidak sebanding dengan daya rusak industri nikel, “Pernyataan presiden itu keliru, tidak didasari fakta dan data di lapangan,” ungkap Al Amin.
Dalam hal ini, Al Amin menyampaikan data tentang ribuan petani dan nelayan yang saat ini kehilangan mata pencahariannya akibat pembangunan smelter nikel. Menurutnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022 telah menunjukkan angka kemiskinan di Sulawesi Selatan mencapai 8,70 persen, Sulawesi Tengah 12,33 persen, dan di Sulawesi Tenggara 10,11 persen, padahal tiga provinsi tersebut merupakan penghasil nikel terbesar.
Sementara itu, diperoleh data dari Aliansi Sulawesi yang menunjukan bahwa tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah mencapai 12,33 persen dari populasi atau termasuk 10 provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Hal itu tercermin juga dari rasio gini dan pendapatan daerah yang rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
Sementara kondisi di Sulawesi Selatan tak kalah mengkhawatirkannya, data penduduk miskin mencapai 8,70 persen. Lalu, angka kemiskinan di Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan tertinggi di angka 10,11 persen. Ini merupakan rekor pertumbuhan warga miskin tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Potensi Nikel di Indonesia
Program hilirisasi nikel beralasan karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, menjadikannya negara yang kaya akan potensi tambang nikel. Nikel adalah logam transisi yang sangat penting dalam industri modern, terutama dalam pembuatan baterai, baja tahan karat, dan berbagai produk elektronik. Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari eksploitasi sumber daya alam ini.
Nilai ekonomis nikel di Indonesia sangat signifikan. Pasar baterai yang makin berkembang, terutama untuk mobil listrik telah mendorong permintaan akan nikel dan produk turunannya seperti nikel laterit. Ini memberi peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemasok utama bahan baku baterai global. Dengan ekspor nikel yang kuat, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, di sisi lain, eksploitasi nikel juga membawa tantangan besar terutama dalam hal dampak lingkungan. Proses ekstraksi nikel sering melibatkan penggunaan bahan kimia beracun dan pemusnahan hutan hujan untuk membuka lahan tambang. Ini dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan perubahan pola cuaca. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan industri tambang untuk memprioritaskan praktik pertambangan berkelanjutan yang meminimalkan dampak lingkungan negatif.
Proyek hilirisasi nikel semula dimaksudkan untuk menekan ekspor bahan mentah, sementara Indonesia juga harus berusaha meningkatkan nilai tambah nikel dengan membangun industri pengolahan lokal (smelter). Fungsi smelter itu sendiri merupakan fasilitas pengolahan hasil tambang untuk meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak sehingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir.
Meskipun potensi nikel besar, Indonesia juga harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam ekonomi yang terlalu tergantung pada komoditas tunggal. Penting untuk terus mendorong diversifikasi ekonomi agar negara lebih tahan terhadap fluktuasi harga nikel di pasar global.
Potensi nikel di Indonesia menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga datang dengan tanggung jawab besar dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan pendekatan yang bijak dan terencana, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam ini untuk kepentingan jangka panjang untuk kemakmuran rakyat, bukan karena gengsi kepentingan industri prestisius para oligarki seperti mobil listrik dan lainnya.
Data yang diperoleh dari laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Ada peningkatan jumlah sekira 20,88 persen dibandingkan pada 2021, yang nilainya mencapai 2,73 juta metrik ton. Bukan hanya itu, Indonesia tercatat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia pada 2022, yakni mencapai 21 juta metrik ton. Hal ini menempatkan posisi Indonesia setara dengan Australia, telah menyumbang 21 persen dari total cadangan nikel global sepanjang tahun lalu.
Oleh sebab itu, penggunaan nikel di masa depan akan sangat tergantung pada perkembangan teknologi, kebutuhan pasar, dan isu-isu lingkungan. Sementara nikel memiliki potensi besar untuk mendukung berbagai industri, penting juga untuk mengimbangi pertumbuhan ini dengan pertimbangan terhadap dampak lingkungan dan praktik eksploitasi yang berkelanjutan.
Sudut Pandang Islam
Dalam pandangan Islam, industri dianggap sebagai salah satu aspek kehidupan manusia yang dapat memberikan manfaat dan kemakmuran, tetapi harus dijalankan dengan mematuhi prinsip-prinsip moral, etika, dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Beberapa prinsip yang relevan tentang industri dalam sudut pandang Islam, di antaranya:
Pertama, keadilan dalam berbisnis. Islam mengajarkan pentingnya berbisnis dengan adil dan jujur. Perdagangan yang mengandung penipuan, riba (bunga), atau praktik-praktik tidak etis lainnya diharamkan dalam Islam.
Kedua, pemenuhan kebutuhan masyarakat. Industri diharapkan memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan manfaat kepada umat manusia. Produk dan layanan yang dihasilkan seharusnya bermanfaat dan tidak merugikan.
Ketiga, menjaga lingkungan hidup. Islam mendorong untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Industri diharapkan tidak merusak alam atau mencemari lingkungan. Prinsip “amanah” (amanah dari Allah Swt.) menuntut manusia untuk merawat alam.
Keempat, kesesuaian upah. Islam menganjurkan pembayaran upah yang sesuai, perlindungan terhadap hak-hak pekerja, dan perlakuan baik terhadap mereka. Perbudakan dan eksploitasi pekerja diharamkan.
Kelima, kekayaan yang berputar. Prinsip zakat dan sedekah mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh dari industri seharusnya juga digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dalam hal ini industri juga harus memerhatikan aspek sosial.
Keenam, inovasi teknologi. Islam mendorong pencarian ilmu pengetahuan, inovasi, dan kemajuan dalam berbagai bidang, termasuk industri. Namun, inovasi ini harus dilakukan dengan mematuhi nilai-nilai Islam.
Dalam pandangan Islam, industri adalah sarana yang dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran asalkan dijalankan dengan penuh tanggung jawab moral, etika, dan kepedulian terhadap lingkungan serta kesejahteraan masyarakat. Ingatlah sabda Rasullullah akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup, diumpamakan dengan kebaikan dari orang yang menanam pohon.
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri menjadi sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah.” (HR Muslim)
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]