Oleh. Hestiya Latifah
(Mahasiswi dan Aktivis Dakwah)
CemerlangMedia.Com — Indonesia digadang-gadang akan menjadi tempat konser salah satu Boyband luar negeri, Coldplay, yang dijadwalkan pada 15 November 2023 di lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (Kompas.com, 12/5/2023).
Tiket konser Coldplay dibanderol mulai harga Rp 800 ribu hingga yang termahal adalah Rp 11 juta. Pembeli akan mendapatkan keuntungan spesial apabila membeli tiket dengan harga tertinggi berupa akses backstage, akses masuk venue eksklusif, dan merchandise. Begitu pun varian harga yang lain akan mendapatkan keuntungan bermacam-macam tergantung pembelian jenis tiketnya.
Kabar ini tentu sangat menarik bagi masyarakat Indonesia, terlebih bagi para penggemar Coldplay yang ingin menyaksikan konser perdana tersebut. Bahkan, tak sedikit dari penggemar luar negeri yang ingin datang ke Indonesia demi untuk menyaksikan konser Coldplay. Padahal harga tiket konser Coldplay lebih tinggi dibanding harga tiket konser Girlband Blackpink, yakni seharga Rp 3,8 juta pada Maret lalu.
Namun, berita ini juga mengundang banyak kontra di lain pihak. Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Ketua PA 212 yang menolak konser Coldplay pada November mendatang karena Boyband tersebut mendukung L687. Sebagaimana diketahui, mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim dan L687 adalah haram di dalam Islam.
Pengaruh Kapitalisme
Antusiasme masyarakat membeli tiket konser dengan harga yang selangit ternyata tidak terlepas dari program menyejahterakan pembuat kebijakan yakni para regulator yang tujuannya adalah memenuhi kepentingan para kapitalis dalam ranah industri hiburan. Bagi kapitalisme, selama ada permintaan yang mendatangkan keuntungan maka permintaan tersebut harus diadakan dan segera diberi ruang tanpa berpikir lagi apakah akan berefek buruk atau tidak bagi masyarakat. Ini menjadi masalah yang tak kunjung selesai dalam kehidupan.
Padahal jika kita amati lebih jauh, konser bukanlah termasuk bagian dalam memenuhi kebutuhan asasiyah (dasar). Sebaliknya membunuh rasa empati yang ada dalam diri manusia, hanya memikirkan diri sendiri, yang kemudian menjerumuskan manusia pada keegoisan, serakah, dan tidak memikirkan nasib sesama.
Ini merupakan bagian dari strategi kapitalisme yang ingin menjatuhkan kaum muslim agar tidak menjadi muslim sejati yang seharusnya fokus pada kehidupan akhirat dan sibuk memikirkan umat. Namun, menjadi muslim yang fokus pada kehidupan duniawi, menjadi diri yang egois, serta menjalankan hidup hanya bertujuan ingin mendapatkan materi dan kesenangan belaka. Menjunjung tinggi kebahagiaan melalui cara apapun, tanpa peduli baik atau buruk, halal ataukah haram.
Padahal banyak permasalahan yang sedang dialami negeri ini di antaranya stunting, kemiskinan, pengangguran, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya. Dari sini dapat terlihat bagaimana manusia saat ini belum sebenarnya menampakkan empatinya terhadap sesama, belum terlihat kepeduliannya kepada hal-hal besar, dan kepada masalah-masalah yang ada, tetapi hanya fokus pada diri individu saja.
Islam Solusi Hakiki
Dalam Islam, seorang pemimpin atau khalifah memiliki kewajiban meriayah (mengurusi) umat dengan akidah Islam, di antaranya penanaman tauhid yang berefek pada akhlak seseorang. Melakukan apapun, maka syariat yang akan mengarahkannya dalam bertindak dan beramal. Menanamkan kepada diri untuk saling mengasihi, tolong menolong, dan berlomba-lomba dalam kebaikan, serta tak lupa amar makruf nahi munkar.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2, “… Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Sabda Rasulullah saw., “Perumpamaan orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Musim)
Demikianlah Islam mendidik dan mengajarkan bagaimana menjadi muslim sejati yang peduli terhadap sesama, merangkul, dan senantiasa mengajak kepada kebaikan, bukan justru mengajak kepada hal-hal yang tidak bermanfaat hingga menjadikan diri lupa akan syariat. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan yang melalaikan dan maksiat yang dapat mengundang murka Allah Swt. dan siksa-Nya di hari akhir. Wallahua’lam bishawab. [CM/NA]
One thought on “War Tiket Konser Coldplay, Bikin Muslim Mati Empati”
Islam agama sempurna dan paripurna, semua aktifitas manusia di atur : ibadah, akhlak dan muamalah. Begitupun dengan hiburan, tidak asal menyenangkan hati sendiri dan orang lain. Melanggar syariat dalam hiburan maka berdosa