Oleh: Ummu Rifazi, M.Si.
Pembangunan yang membawa perubahan kehidupan kepada yang lebih baik secara hakiki (real change) hanyalah ketika berdasarkan ajaran Islam. Sebab, Islam adalah agama yang sempurna, menuntun manusia dengan ajaran yang sahih.
CemerlangMedia.Com — Sejarah eksistensi suatu bangsa tidak pernah lepas dari sosok pemuda. Pemuda adalah ujung tombak perjuangan bangsa. Sosoknya kerap kali hadir sebagai aktor intelektual yang membawa perkembangan suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia pun lekat dengan kecemerlangan pemikiran dan berbagai aksi hebat pemuda Nusantara ini.
Harapan itu juga yang senantiasa dilabuhkan di bahu para pemuda negeri ini. Pada upacara Peringatan Sumpah Pemuda 2024 di Lapangan Upacara Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, pemuda diposisikan sebagai bagian penting dalam pembagunan Indonesia, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, pemuda Indonesia ditekankan partisipasi aktifnya dalam beragam sektor, termasuk agenda global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SGDs) (setneg.go.id., 28-10-2024).
Pemuda Bervisi Barat Melahirkan Destructive Change
Mewujudkan kesetaraan gender menempati posisi kelima dari 17 tujuan yang dirumuskan dalam SDGs atau TPB. Hal ini perlu diwaspadai karena kesetaraan gender sejatinya bukan berasal dari peradaban Islam. Tuntutan kehidupan tersebut lahir dari sistem masyarakat Romawi, Hindu, Arab jahiliah dan kapitalisme. Oleh karena itu, prinsip kesetaraan gender bertentangan dengan fitrah yang Allah berikan.
Beberapa target yang terangkum untuk mewujudkan kesetaraan gender, yaitu menghapuskan praktik yang ‘dianggap berbahaya’ seperti pernikahan anak dan pernikahan dini, menjamin kesetaraan akses perempuan terhadap pekerjaan dan peluang ekonomi, dan menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi. Ketiga target ini sedang masif dimanifestasikan di semua lini kehidupan dengan memanfaatkan peran pemuda negeri ini.
Lewat program kementerian agama, para pemuda dijadikan influencer ‘bahaya pernikahan dini’ bagi rekan sebayanya. Maknanya, para pemuda digerakkan untuk melarang pernikahan yang dihalalkan Allah bagi individu yang telah siap menikah. Sebaliknya, pada saat yang bersamaan, mereka justru menjerumuskan para generasi muda lainnya ke jurang kemaksiatan yang diharamkan Allah, seperti pacaran, perzinaan, dan seks bebas.
Sebagai aktivis gender dan pemberdayaan perempuan, para pemuda aktif menyerukan agar para perempuan ikut menjadi tulang punggung perekonomian keluarganya. Para perempuan akan berjibaku bekerja di luar rumah dari pagi hingga petang. Alhasil, yang didapat adalah tenaga habis terkuras dan kelelahan yang luar biasa. Para perempuan ini akan kehabisan energi, tidak sanggup lagi menjalankan peran utamanya sebagai ummun wa rabbatul bayit dan madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anaknya.
Sebagai aktivis kesehatan perempuan, para pemuda turut melancarkan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi. Dengan peran ini, para pemuda menjamin terpenuhinya HAM setiap orang untuk mengambil keputusan terkait aktivitas seksual dan reproduksi tanpa diskriminasi, paksaan, dan kekerasan. Maknanya, mereka sedang berperan aktif melegalkan s3ks bebas yang diharamkan Allah.
Kesimpulannya, ketika para pemuda berkiprah aktif menyukseskan misi kelima SDGs tersebut, sejatinya dia sedang membawa pemikiran Barat dengan asas sekularisme liberalisme. Pemikiran batil tersebut bukannya mengubah kehidupan menjadi lebih baik, melainkan membawa bangsa dan negara ini menuju perubahan yang menghancurkan (destructive change). Pasalnya, meskipun digambarkan sebagai agenda global untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, SDGs sejatinya adalah alat yang digunakan untuk melemahkan umat Islam dan mengukuhkan hegemoni penjajahan Barat di bumi kaum muslimin.
Sementara Allah telah melarang umat Islam untuk mengikuti apa pun yang diserukan para kafir Barat ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS An-Nisa ayat 141,
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.”
Pemuda Bervisi Islam Mewujudkan Real Change
Pembangunan yang membawa perubahan kehidupan kepada yang lebih baik secara hakiki (real change) hanyalah ketika berdasarkan ajaran Islam. Islam adalah agama yang sempurna, yang menuntun manusia dengan ajaran yang sahih. Oleh karenanya sosok pemuda yang berperan dalam pembangunan ini pun harus mempunyai visi yang sahih, yaitu Islam.
Allah Taala menempatkan pemuda di posisi yang penting sebagai kekuatan di antara dua kelemahan, sebagaimana firman-Nya dalam QS Ar-Rum ayat 54, “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.”
Ayat tersebut menggambarkan pemuda sebagai sosok manusia di puncak energi dan potensi, kunci kebangkitan. Jika sampai saat ini masih banyak aktivis pemuda yang bergerak dan bangga sebagai bagian dari agenda global, buah pemikiran Barat, maka semua itu harus diubah dengan membawa visi Islam yang sahih.
Islam memberikan arah dan tujuan yang sahih kepada para pemuda sebagai agen perubahan hakiki (the agent of real change). Para pemuda harus bangga dan yakin bahwa kebahagiaan di dunia dan akhirat hanya dapat terwujud dengan penerapan Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karenanya, pemuda harus bangga ketika menjadi bagian dari perjuangan menegakkan syariat-Nya dan Khil4f4h. Daulah Khil4f4h Islamiah adalah sebuah support system handal untuk menghadapi tantangan apa pun di dunia ini.
Untuk mewujudkan real change, pemuda harus mempunyai komitmen berikut ini:
Pertama, siap menanggalkan demokrasi sebagai sistem rusak, batil, dan cacat karena mengabaikan tuntunan Ilahi. Sistem ini tidak akan mampu membawa perubahan hakiki yang dibutuhkan oleh umat Islam.
Kedua, memiliki cita-cita besar dan siap berada di garda terdepan untuk untuk memperjuangkan tegaknya Islam kafah dalam institusi Khil4f4h.
Ketiga, berupaya membina diri mengikuti kajian Islam kafah sebagai amunisi perjuangan mewujudkan kebangkitan umat.
Keempat, menyiapkan diri berkontribusi aktif dalam menyampaikan ajaran Islam kafah sebagai solusi atas problematika dunia. Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]