Perempuan Berperan: Antara Eksploitasi dan Kemandirian

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Tingkat kemiskinan yang ada saat ini dipicu oleh penerapan sistem ekonomi kapitalisme ribawi. Sementara riba diharamkan oleh Allah Swt.. Oleh karena itu, sistem yang diterapkan hari ini perlu ditinjau ulang dalam menciptakan keadilan bagi semua, terutama bagi perempuan.

CemerlangMedia.Com — Pejabat Bupati Sanggau, Suherman, S.H., M.H. membuka kegiatan pembinaan legalitas organisasi perempuan yang bertujuan mengelola dana hibah serta meningkatkan partisipasi perempuan di bidang ekonomi untuk mendorong kemandirian ekonomi di Kabupaten Sanggau. Dalam sambutannya, Suherman menekankan bahwa di era emansipasi saat ini, perempuan sering kali dianggap hanya mampu menangani urusan rumah tangga, padahal mereka memiliki kapasitas yang setara dengan pria dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk melindungi hak dan kesempatan perempuan. Ia juga menambahkan bahwa pemberdayaan perempuan berperan penting dalam meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa, mengingat perempuan adalah pendidik utama dalam keluarga (26-9-2024).

Sebagai navigator dalam kehidupan keluarga, perempuan seharusnya dimuliakan, bukan dijadikan pelengkap, apalagi dieksploitasi seperti dalam sistem kapitalisme ini. Ya, dalam sistem kapitalisme, perempuan sering dieksploitasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan terlibat dalam berbagai jenis pekerjaan.

Pada 2013, standar statistik ketenagakerjaan internasional menetapkan pekerjaan yang dilakukan perempuan di dalam keluarga. Meskipun tidak dibayar, ini tetap dikategorikan sebagai pekerjaan karena memiliki nilai produktif dan berkontribusi pada produktivitas individu, contohnya seorang ibu yang memasak untuk keluarganya. Tidak hanya menjaga kesehatan dan kebahagiaan anggota keluarga, tetapi juga membantu mereka pulih dari kelelahan setelah seharian bekerja. Dengan demikian, aktivitas memasak ini seharusnya diakui sebagai pekerjaan yang penting.

Memberi label pada perempuan bahwa mereka hanya bisa berprofesi sebagai pengurus rumah tangga mencerminkan ketidakpahaman terhadap produktivitas mereka. Ini adalah upaya untuk mengkapitalisasi dan membatasi peran perempuan yang seharusnya diakui sebagai istri dan ibu dalam keluarga.

Namun, tuntutan akan kemandirian finansial perempuan justru menunjukkan adanya masalah mendasar dalam pemenuhan nafkah secara sistemik. Saat ini, banyak perempuan terjebak dalam kemiskinan akut. Berdasarkan perspektif feminisme, kemiskinan ini terjadi karena dominasi pria dalam kehidupan sosial yang menyebabkan perempuan terpinggirkan. Solusi yang ditawarkan oleh sistem kapitalisme adalah memandirikan perempuan secara finansial agar mereka dianggap bernilai di tengah masyarakat, menganggap bahwa ketergantungan kepada suami sebagai tanda ketidakberdayaan.

Ironisnya, kemiskinan perempuan bukan semata-mata akibat bias gender atau dominasi laki-laki. Sering kali, perempuan yang miskin berasal dari keluarga yang juga mengalami kesulitan ekonomi. Tingkat kemiskinan yang ada saat ini dipicu oleh penerapan sistem ekonomi kapitalisme ribawi. Orang kaya makin kaya karena akses modal yang didapatkan dengan bunga (riba). Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki modal makin sulit untuk mendapatkan pinjaman karena beban bunga yang berat. Lebih jauh lagi, riba diharamkan oleh Allah Swt.. Ini menunjukkan bahwa sistem yang ada sekarang perlu ditinjau ulang dalam menciptakan keadilan bagi semua, terutama bagi perempuan.

Yeni, M.Sos. [CM/NA]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : [email protected]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *