Sudah saatnya umat kembali hidup dalam naungan sistem Islam. Sebuah sistem hidup yang aturannya bersumber dari Allah Swt. Sang Pemilik kehidupan. Sistem yang mampu menjadi solusi untuk segala macam permasalahan umat karena hanya dengan Islamlah peradaban gemilang bisa diraih.
CemerlangMedia.Com — Isu tentang susu ikan untuk menggantikan susu sapi dalam program makan siang bergizi gratis yang diwacanakan oleh Prabowo sebagai presiden terpilih, akhir-akhir ini banyak menuai pro kontra. Bahkan, beberapa media asing ikut menyoroti polemik tersebut, seperti koran asal Singapura, The Straits Times. Meski seperti diketahui bersama, susu ikan sudah lama menjadi inovasi pemerintah RI, yakni sejak 2023 (11-09-2024).
Wacana makan siang bergizi gratis untuk anak-anak sekolah sejatinya menjadi kabar gembira bagi rakyat di tengah tingginya angka stunting di Indonesia. Rakyat berharap, adanya asupan makanan bergizi dari program pemerintah tersebut dapat menekan tingginya angka stunting. Rakyat selalu berharap jika janji-janji yang diucapkan para calon kandidat presiden dahulu dapat direalisasikan setelah mereka terpilih dan menduduki jabatannya.
Meski kenyataannya, semua janji-janji yang diucapkan saat kampanye lebih banyak yang tidak terealisasi. Akan tetapi, rakyat selalu menaruh harapan besar kepada siapa pun yang terpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini. Dengan kepolosannya, rakyat sering kali berprasangka baik bahwa siapa pun yang terpilih, tentunya akan memperjuangkan nasib rakyat.
Mereka lupa bahwa dalam sistem kapitalisme demokrasi, semua harapan tentang sosok pemimpin yang mengayomi dan melindungi, tidak akan pernah terwujud dan tidak akan pernah ditemukan. Hanya harapan semu dan tidak akan menjadi nyata. Begitulah tabiat sistem kapitalisme demokrasi. Pemimpin terpilih tidak akan pernah pro pada kepentingan rakyat. Sebaliknya, setiap kebijakannya hanya untuk kepentingan segelintir orang.
Sebagaimana diketahui bersama, biaya untuk menyediakan semua makanan gratis tersebut sangatlah besar. Program tersebut ditargetkan dapat terealisasi pada 2029. Jika sepenuhnya dapat terealisasi, diperkirakan menelan biaya sekitar 44 miliar dolar AS per tahun. Angka ini sangat fantastis, bahkan dua kali lipat melebihi anggaran kesehatan saat ini. Oleh karenanya, wajar adanya jika para pengamat mempertanyakan kemampuan negara untuk membiayainya.
Mari bandingkan dengan sosok pemimpin dalam sistem Islam. Pemimpin di dalam Islam adalah sosok yang mumpuni dan sudah memenuhi syarat-syarat untuk menjadi seorang pemimpin. Dalam memutuskan setiap kebijakan, selalu dilakukan setelah melalui proses pengkajian yang mendalam dengan merujuk kepada Al-Qur’an, hadis, qiyas, dan ijma’ sahabat.
Prioritas kebijakan pemimpin adalah bagaimana menciptakan kesejahteraan di tengah masyarakat. Kurikulum pendidikannya juga berbasis akidah Islam. Tujuannya agar tercipta generasi yang berpola pikir dan berkepribadian Islam. Kesehatan masyarakat, terutama generasi juga menjadi prioritas penguasa. Program-program unggulan dicanangkan guna meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Sumber pendanaannya jelas, salah satunya dari berbagai sumber daya alam (SDA) yang dimiliki negara.
SDA tersebut dikelola oleh negara yang kemudian hasilnya diperuntukkan untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian, berbagai persoalan rakyat yang hidup dalam naungan Islam sangat bisa diminimalkan. Hal ini karena kesejahteraan mereka menjadi prioritas negara. Dengan demikian, rakyat tidak akan dipusingkan dengan banyaknya persoalan, seperti susahnya mencari pekerjaan, biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal, stunting, dan masih banyak lagi.
Demikian seharusnya seorang penguasa. Bukan hanya sekadar mengobral janji, tanpa pernah ditepati. Rakyat butuh bukti, rakyat butuh kinerja dan solusi. Bukan sekadar diberikan harapan, tanpa solusi hakiki. Untuk itu, sudah saatnya umat kembali hidup dalam naungan sistem Islam. Sebuah sistem hidup yang aturannya bersumber dari Allah Swt. Sang Pemilik kehidupan. Sistem yang mampu menjadi solusi untuk segala macam permasalahan umat karena hanya dengan Islamlah peradaban gemilang bisa diraih. Wallahu a’lam [CM/NA]
Rina Herlina
Payakumbuh, Sumbar [CM/NA]