Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Dunia perfilman mengalami perkembangan pesat di era 4.0. Tak hanya film dalam negeri yang dapat peminat tinggi. Film luar negeri pun mendapat antusiasme yang enggak bisa dianggap remeh.
Selain menjanjikan dari sisi raupan keuntungan, nyatanya ada misi lain yang enggak bisa diabaikan dari dunia perfilman saat ini. Apa itu? Nilai-nilai yang disuntikkan.
Tak ada satu pun hasil karya sastra yang tanpa nilai. Baik itu berupa karya tulis, lagu, film, atau yang lainnya. Bisa dipastikan semua tak bebas nilai. Ada nilai yang ingin ditularkan oleh si empunya.
Film pun sama. Ada nilai-nilai yang ingin ditularkan pada penontonnya. Entah itu nilai positif atau negatif. Keduanya pasti punya efek.
So, jika ada yang masih beranggapan film hanya sekadar tontonan, ini adalah pendapat lugu banget. Why? Because, kini film sudah jadi tuntunan. Contoh kehidupan.
Okelah jika film yang ditonton memberikan nilai positif dan bisa jadi tuntunan kebaikan, tak jadi soal. Perkaranya film kini dikemas dengan tuntunan keburukan. Banyak banget film yang mengandung unsur pornografi, pornoliterasi, bahkan mengajarkan ajaran sesat. Cek aja di TV, YouTube, dan medsos lainnya. Bisa dipastikan film yang membuka aurat, adegan pacaran, perselingkuhan, free sex, dll bermunculan.
Efek nilai-nilai negatif pada tontonan ini bukan kaleng-kaleng. Nyatanya banyak banget yang akhirnya mengikuti tren salah kaprah yang ada dalam film. Enggak lagi jadi sekadar tontonan, tetapi malah jadi tuntunan.
Alangkah ruginya hidup kita yang cuma sekali-kalinya dan enggak bakal berulang ini kita gunakan untuk mengikuti arah yang salah. Tontonan yang kita tonton jangan sampai membelokkan kita dari arah yang benar. Why? Karena kita bakal dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas apa yang kita lakukan.
Allah berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 36 yang berbunyi:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Look! Allah melarang kita mengikuti sesuatu yang kita enggak tahu. Ini berarti kita kudu nyari tahu, apakah film yang kita tonton bermanfaat atau nirmanfaat? Apakah film yang kita tonton memberikan nilai positif atau negatif? Apakah film yang kita tonton jadi tuntunan kebaikan atau malah menjerumuskan kita pada keburukan?
Pertanyaan-pertanyaannya ini musti kita jawab biar kita enggak tersesat. Bahaya banget jika kita sampai ikut-ikutan maksiat gegara tontonan salah kaprah yang kita tonton. Bukannya jadi taat, kita bakal tergolong bermaksiat. Nauzubillahimindzalik.
Ingat ya, setiap perbuatan kita bakal Allah mintai pertanggungjawaban. Termasuk mata kita yang kita gunakan untuk nonton. Kalau tontonan kita oke dan membawa kebaikan, pahala bisa kita raih. Sebaliknya, jika tontonan yang kita tonton ngajak pada keburukan dan kita ikuti, bisa dipastikan dosa yang bakal kita tuai.
Sayangnya di era sekularisme menjaga mata dari tontonan keburukan bukan perkara mudah. Saking jauhnya agama dari kehidupan, membuat kita sulit membedakan mana film yang sesuai syariat Allah dan yang enggak. Banyak film yang kelihatan islami, nyatanya jauh dari Islam yang sesungguhnya.
Nah, inilah yang butuh kehati-hatian kita dalam melangkah. Jangan sampai kita terjebak arus perfilman yang salah! Tetap stay di jalan Allah dengan banyak cari tahu mana yang halal dan yang haram! Keep istikamah dalam ketaatan agar kita enggak terbelokkan dengan dunia perfilman yang enggak hanya sekadar tontonan, tetapi jadi tuntunan.
Kalau punya kemampuan, berusahalah bikin tandingan. Buat film yang mencerahkan dan mengajak kebaikan. Insyaallah, dengan upaya sekecil apapun yang kita lakukan, nilainya di hadapan Allah bukan kaleng-kaleng. Oke? [CM/NA]