Oleh. Novida Sari, S.Kom.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Sob, tau tidak, kalau baru-baru ini Eddie Hearn, salah satu promotor tinju Inggris baru saja ngomongin tentang Ramadan. Seperti yang dilansir dari Boxing King Media, Eddie Hearn mengatakan rasa respeknya pada Islam, bahkan mengaguminya. Dia juga merasakan kedisiplinan Islam melalui Ramadan, karena pengakuan Eddie Hearn sendiri tuh sob, pasti berat untuk puasa dan bertanding di saat yang bersamaan.
Di tempat lain, dalam pertandingan bola Liga Italia lanjutan serie A, duel antara Intermilan vs Fiorentina, ada kejadian yang menarik perhatian. Jadi sob, menjelang buka puasa tuh, Luca Ranieri melakukan tindakan gimmick cedera dan meminta bantuan medis, tujuannya ternyata agar rekan se-timnya Sofyan Amrabat bisa berbuka puasa. Wuih, perhatian banget kan sob. Dan yang lebih menarik lagi nih, pertandingan Sabtu, 1 April kemarin tuh, Fiorentina yang menjadi grup Ranieri dan Amrabat ini menang 1-0 di kandang lawan. Keren banget kan?
Kok bisa ya, Negara Eropa yang notabene minoritas Islam tuh ya, bisa menghargai dan mengerti akan pentingnya puasa. Bahkan mereka lebih menunjukkan respeknya dengan menghargai orang yang berpuasa dalam tindakan nyata.
Respek Puasa di Negeri Mayoritas Muslim Dunia
Rasa respek yang dimiliki oleh Eropa, tidak dimiliki oleh beberapa oknum di negeri kita. Contohnya saja nih ya, Juru Bicara Kementerian Agama Abdul Rochman menilai kebijakan Pemerintah Kota Serang, Banten, yang melarang restoran, rumah makan, warung nasi, dan kafe berjualan di siang hari selama Ramadan sangat berlebihan. Dia mengatakan bahwa, “Kebijakan ini tidak sesuai dengan prinsip moderasi dalam mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, dan cenderung berlebih-lebihan. Dan secara hukum, lanjut Adung, himbauan bersama tersebut juga bertentangan dengan peraturan di atasnya. Yaitu, bertentangan dengan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Pernyataan ini senada dengan pernyataan Mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Pada waktu menjabat, ia pernah mengatakan bahwa warung-warung tak perlu dipaksa tutup. Kita harus hormati juga hak mereka yang tak berkewajiban, dan tak sedang berpuasa. Bahkan yang lebih menarik perhatian lagi nih sob, Presiden Joko Widodo mengeluarkan surat larangan buka puasa bagi pejabat dan pegawai pemerintah. Larangan ini tertuang dalam surat Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 38/Seskab/DKK/03/2023. Lantas pernyataan ini menjadi polemik di berbagai kalangan. Bagaimana tidak, alasan pandemi menjadi endemi tiba-tiba saja dimunculkan. Padahal di kesempatan lain, presiden terlihat sangat mendorong kegiatan belanja, nonton konser dan bola, juga pergi wisata. Tujuannya tuh ya, agar meningkatkan ekonomi nasional. Waduh, alasannya nggak konsisten banget ya.
Ramadan Momentum Kebersamaan Muslim
Salah satu hal menggembirakan dalam Ramadan adalah buka puasa bersama. Setiap muslim akan merasa senang tatkala berbagi dan berbuka bersama. Perwujudan respek dan kekeluargaan makin tumbuh subur di momen buka bersama. Sehingga, meskipun larangan buka puasa bersama ini ditujukan untuk pejabat dan pegawai pemerintah, dan tidak berlaku bagi masyarakat umum, akan tetapi kesan yang menonjol itu lebih pada mengada-ada nya, ya kan sob? Soalnya jika dibandingkan nih, antara kerumunan dan keramaian yang ditimbulkan oleh nonton konser dan bola itu jauh lebih besar dan ramai ketimbang dengan buka bersama. Dan tidak dipungkiri lagi yah, kegiatan semisal konser, balap motor, nonton bola, itu lebih tidak memperhatikan lagi protokol kesehatan, belum lagi resiko tawuran, mabuk-mabukan bahkan pelecehan, dan pencopetan.
Kemudian nih sob, kebijakan PPKM itu kan sudah lama dicabut. Nah, kenapa giliran ibadah puasa Ramadan malah dikait-kaitkan dengan ini ya? Tentu masyarakat bertanya-tanya, jangan-jangan negara kita mengidap islamofobia.
Islamofobia Hasil Sekularisme
Dalam undang-undang, kebebasan memeluk agama dan kepercayaan, serta menjalankan agama, dan kepercayaan itu dijamin, namun nampaknya ini tidak berlaku bagi agama Islam, khususnya bagi mereka yang ingin melakukan ibadah, dan ajaran agamanya dengan totalitas. Padahal ya sob, Al-Qur’an yang menjadi pedoman umat Islam telah mengatakan bahwa kita harus masuk Islam secara kafah, alias nggak boleh setengah-setengah.
Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 208,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا ادۡخُلُوۡا فِى السِّلۡمِ کَآفَّةً ۖ وَلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِؕ اِنَّهٗ لَـکُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Namun, sekularisme yang memisahkan agama dan kehidupan telah menciderai jaminan menjalankan agama ini. Sekaligus menciderai keagungan seruan Allah Swt. agar kita mencintai identitas kita sebagai muslim. Spirit Ramadan di tengah kaum muslim telah dihalangi, bahkan penerbitan kebijakan tak tepat guna dan mengada-ada telah membuktikan bahwa rezim ini mengalami islamofobia.
Islamofobia lahir dan tumbuh subur dalam sistem peraturan sekularisme. Oleh karena itu, pemuda harus menyadari bahwa aturan sekularisme merupakan makar yang dihantamkan kepada kaum muslim, agar jauh dari agamanya. Di samping itu, sekularisme juga melahirkan kepribadian ganda. Kerumunan dan keramaian untuk kegiatan ibadah dilarang dan dibatasi, di sisi lain hal yang mendatangkan keuntungan ekonomi, meskipun merusak moral malah digembar-gemborkan.
Khatimah
Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Jaminan akan kebenaran ajarannya, telah Allah Swt. sebutkan di dalam Al-Quran. Bahkan Islam pernah diterapkan lebih dari 13 abad lamanya. Selama berlangsungnya peradaban Islam ini, tidak ada tuh diskriminasi atau phobia kepada ajaran agama tertentu. Kalau bukan karena rahmat yang dihasilkan oleh Islam, pasti peradaban Islam itu tidak akan bertahan lama ya kan, Sob?
Tidak sepatutnya negeri kaum muslim mengidap islamofobia. Kan aneh, masak orang Islam membatasi ibadah Islam itu sendiri, ya kan? Malu dong, sama orang Eropa sana. Kalau begini, nggak bakal mungkin deh kita bisa menjadi khairu ummah alias umat terbaik. Predikat umat terbaik sedang menunggu kita, oleh karena itu, yuk kita kaji Islam lebih mendalam lagi, biar bisa menjalankan Islam kafah. Terus menegakkan institusi yang menjaminnya. Biar tidak ada lagi islamofobia di tengah kaum muslim itu sendiri. [CM/NA]