Oleh. Novida Sari, S.Kom.
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Sobat salihah, siapa sih yang tidak bangga jika negaranya menjadi pemenang di dalam ajang kejuaraan, apalagi perhelatan kelas dunia? Pasti prestasi dan prestise kian melambung tinggi untuk pemenang dan negara yang menaunginya. Tak heran demi meraih kedua hal ini, berbagai cara akan diupayakan. Bagi si atlet, dia akan latihan, memperhatikan gizi, menjaga kesehatan, menjaga berat badan, dan recovery energi biar nggak kelelahan juga cedera otot. Negara pengusungnya akan memberikan pelatihan yang menyeluruh, pembinaan olahraga prestasi terstruktur, grand design olahraga prestasi, juga berbagai reward menggiurkan bagi atlet yang berprestasi.
Di perhelatan Sea Games 2023 Kamboja yang barusan usai, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa Indonesia telah menggelontorkan dana Rp 852,22 Miliar, dana ini digunakan untuk persiapan, pemberangkatan hingga bonus bagi atlet. Dana ini diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan bangga bu Sri Mulyani menyebutkan bahwa Indonesia berhasil menyabet 87 medali emas, 80 perak dan 109 perunggu. (cnnindonesia.com, 17 Mei 2023). Tapi, apa perlu sebanyak itu ya Sob, dana yang harus digelontorkan?
Prestise di Tengah Himpitan Hidup
Bukan tidak bangga akan prestasi yang diraih oleh rekan atlet. Namun, dukungan total pemerintah kepada dunia olahraga rasanya tidak berbanding lurus dengan sektor lain. Kita masih ingat, bagaimana dukungan pemerintah saat Olimpiade Tokyo tahun 2020 lalu, pemerintah memberikan bonus yang luar biasa fantastis, atlet yang berhasil meraih medali emas, akan mendapat bonus Rp. 5,5 Miliar per orang, pelatih mendapat Rp2,5 miliar (Situs Kemenpora, 13 Agusuts 2021). Keliatan all out banget kan? Sementara di sektor yang menyangkut hal urgen berupa nyawa, sepertinya dukungan dan dana yang mereka kucurkan nggak se-all out itu.
Kalau kita lihat data, untuk panjang jalan yang belum beraspal sepanjang 179 815 Km (bps.go.id, Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (km) 2019-2021). Belum lagi kalau kita berbicara dengan jalan rusak. Padahal Infrastruktur itu penting, yang menikmatinya juga khalayak ramai, dan ternyata banyak orang yang kesulitan mengakses hajat hidup mereka karena sulitnya mengakses kesehatan dan pendidikan.
Di sektor pendidikan, yang putus sekolah ada 1% atau sekitar 938 anak usia 7 sampai 18 tahun karena terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, 74% anak putus sekolah karena tidak ada biaya, 12% anak putus sekolah karena tidak ada keinginan, 3% anak putus sekolah karena pengaruh lingkungan (Hasil survei United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF).
Beda hal dengan sektor kesehatan, Indonesia belum memenuhi data prevalensi stunting di angka kurang dari 20%, karena prevalensi stunting Indonesia berada di angka 21,6% di tahun 2022 (kemkes.go.id, 25 januari 2023). Bahkan 17 Juta warga Indonesia itu ternyata menderita gizi buruk, tertinggi di Asia Tenggara (katadata, 2022). Miris bukan?
Padahal ya Sob, sektor-sektor ini harusnya menjadi perhatian serius, dukungan dan bantuan dana dari pemerintah karena menyangkut kebutuhan urgen dan nyawa banyak orang. Bukan sekadar memenangkan perhelatan demi menaikkan prestise dan pamor.
Olahraga dalam Kacamata Islam
Islam adalah agama mulia yang harus disebarkan ke seluruh dunia. Kalau tidak disebar, bagaimana mungkin ia menjadi rahmatan lil ‘alamin. Oleh karenanya, olahraga yang dilakukan tentu yang mendukung hal ini, makanya Rasulullah saw. bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah.” (HR Bukhari, Muslim).
Bukan tanpa alasan Rasulullah saw. memerintahkan demikian, karena olahraga ini mampu melatih kesehatan dan kekuatan fisik hingga kaum muslim mampu menjadi pemimpin umat dan dunia. Bukan untuk ajang mendapat prestasi individu dan prestise semata. Sesuai dengan firman Allah Swt.,
وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ
Artinya: “Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya.” (TQS Al Anfal: 60)
Namun dengan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan sekarang, olahraga justru menjadi sebuah wadah untuk meraih semua ambisi materi duniawi. Makanya pendistribusian anggarannya juga basisnya materi, bukan pada tanggung jawab dan empati kemanusiaan.
Khatimah
Islam dengan sistemnya yang paripurna akan memperhatikan kebutuhan pokok rakyatnya berupa akidah, sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, keamanan, nyawa, dan lapangan pekerjaan. Berangkat dengan ketakwaan individu dan hukum Islam yang mulia, negara akan memprioritaskan sesuai fikih probabilitas.
Olahraga akan diposisikan sebagai sarana untuk kebugaran tubuh, kekuatan fisik demi menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia sebagai bagian kepentingan dakwah luar negeri, tanpa mengesampingkan kebutuhan dan keamanan pokok dalam negeri. Wallahu a’lam [CM/NA]